Manusia pertama jatuh ke dalam dosa, memang bukan karena concupiscence. Karena concupiscence/ ‘kecenderungan berbuat dosa’ itu hanya terjadi sebagai akibat dari kejatuhannya di dalam dosa. Menurut St. Thomas Aquinas, dalam Summa Theologica II-II, q. 163, a.1, mengutip Sir 10:13, “Kecongkakan adalah permulaan dari dosa.” “dosa masuk ke dalam dunia oleh dosa satu orang…” Maka dosa pertama dari manusia adalah kesombongan.
Kita ketahui bahwa Allah menciptakan manusia pertama baik adanya, dengan diberikannya 4 rahmat yang disebut 4 peternatural gifts, yang adalah: (a) immortality/ tidak tunduk terhadap kuasa maut, (b) immunity from suffering / tidak dapat menderita, (c) infused knowledge, (d) integrity, yaitu harmoni dan tunduknya segala macam keinginan dan emosi dari kedagingan kita kepada reason (akal budi) (Lih KGK, 405).
KGK 405
405 Walaupun "berada pada setiap orang secara pribadi" Bdk. Konsili Trente: DS 1513., namun dosa asal tidak mempunyai sifat kesalahan pribadi pada keturunan Adam. Manusia kehilangan kekudusan asli, namun kodrat manusiawi tidak rusak sama sekali, tetapi hanya dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada dosa; kecondongan kepada yang jahat ini dinamakan "concupiscentia". Karena Pembaptisan memberikan kehidupan rahmat Kristus, ia menghapus dosa asal dan mengarahkan manusia kepada Allah lagi, tetapi akibat-akibat untuk kodrat, yang sudah diperlemah tinggal dalam manusia dan mengharuskan dia untuk berjuang secara rohani.
Maka dosa kesombongan di sini tidak disebabkan oleh concupiscence, yang mengacu kepada ketidakteraturan keinginan daging, karena sebelum jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa mempunyai yang disebut sebagai the gift of integrity, yaitu segala keinginan daging yang tunduk kepada akal budi.
Menurut St. Thomas, dalam hal ini yang ada adalah ketidakteraturan keinginan rohani yang melampaui takaran yang ditetapkan Allah.
Hal ini dimungkinkan karena manusia selain diciptakan dengan akal budi, juga diberi kehendak bebas. Akal budi dan kehendak bebas inilah yang juga terdapat pada para malaikat, dan kita ketahui bahwa ada sejumlah malaikat yang juga yang memilih untuk tidak taat kepada Allah.
Oleh karena itu, kenyataan bahwa manusia jatuh ke dalam dosa kesombongan ini, bukan disebabkan pertama-tama karena Hawa ‘terpikat’ oleh buah itu secara fisik, tetapi karena Hawa ‘terpikat’ oleh janji yang disebutkan oleh Iblis, bahwa setelah makan buah itu maka ia akan “menjadi seperti Allah” (Kej 3:5).
Jadi dengan pengertian ini, maka bukan berarti manusia diciptakan seperti ‘barang salah produksi’ sehingga jatuh dalam dosa. Alkitab malah menyebutkan bahwa setelah menciptakan manusia, “Allah melihat semua yang dijadikan-Nya itu sangat baik” (Kej 1: 31), padahal pada hari- hari sebelumnya ‘hanya’ dikatakan “baik”. Justru karena diciptakan secitra dengan Allah, maka manusia dapat memilih sendiri apa yang menjadi keinginannya, yaitu untuk taat kepada-Nya maupun menolak-Nya. Sayangnya manusia pertama memilih untuk menolak kasih Allah dan menolak taat kepada Allah, karena lebih percaya kepada bujukan Iblis. Oleh karena itulah, Yesus, sebagai Adam ke-dua ‘memperbaiki’/ memulihkan kejatuhan ini dengan menyatakan kasih kepada Allah Bapa dengan ketaatan yang sempurna terhadap kehendak Allah Bapa, dengan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia.
Allah yang Mahatahu sudah mengetahui bahwa menciptakan manusia dengan akal budi dan kehendak bebas dapat menyebabkan manusia dapat menolak Dia. Tuhan tidak terkejut dengan dosa manusia pertama tersebut, yang akhirnya diturunkan kepada semua manusia. Maka sudah menjadi rencana-Nya pula bahwa Ia akan mengutus Putera-Nya Yesus untuk menebus dosa umat manusia.
Maka sepertinya sudah saya jawab sendiri apa yang saya tanyakan di awal thread.
Syalom