Bisa jadi iman sebesar biji sesawi juga hasil predestinasi
Bisa jadi.
Bila saya cermati Luk 17:5-6
Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu," beberapa simpulan dapat ditarik. Saya menarik satu, yaitu pada saat komunikasi tersebut terjadi, pada saat itu para murid Jesus Kristus belum ada yang memiliki iman sebesar biji sesawi. Saya menarik kesimpulan itu dengan mencermati penggunaan kata
/sekiranya/ oleh Jesus Kristus. Bila Jesus Kristus melihat ada pemilik iman sebesar biji sesawi di antara muridNya, maka menurut saya, Jesus Kristus tidak akan menggunakan kata
/sekiranya/. Tuhan Jesus Kristus akan langsung menunjuk murid pemilik iman sebesar biji sesawi itu.
Namun, ada juga pengertian lain yang dapat ditarik, bahwa ternyata agar iman sampai kepada besaran biji sesawi, maka iman itu harus dipelihara, dipupuk, dijadikan bertambah besar dari sehari ke sehari. Nah, dalam pemaknaan seperti itu, menurut saya, bukan lagi predestinasi, melainkan
freewill. Bahwa 'cikal-bakal' iman yang jauh lebih kecil dari biji sesawi, kemudian dikembangkan oleh pemiliknya untuk bisa sampai kepada besaran biji sesawi. Saya simpulkan seperti itu karena sebelum menyatakan
/sekiranya/, itu didahului oleh permintaan para murid,
"Tambahkanlah iman kami!". Itu ssaya artikan bahwa
BUKAN TIDAK SANGGUP Tuhan JESUS KRISTUS MENGABULKAN PERMINTAAN PARA MURID UNTUK MENAMBAHKAN IMAN PARA MURID, tetapi Tuhan Jesus Kristus ingin agar para muridNya dengan kemerdekaannya (dengan
freewill-nya) memelihara imannya, dan memupuknya dari sehari ke sehari sehingga mencapai besaran biji sesawi.
Damai, damai, damai.