Saya sangat terngiang-ngiang dg 2 mata kuliah di kampus.
Ptama adl kuliah pengembangan organisasi (yg td saya share) krn hanya dia satu-satunya dosen yg mdorong mhsiswa utk tidak text-book.
Kedua adl kuliah psikologi agama.
Dosennya adl romo.
Sbnrnya kuliah psikologi agama itu relatif mbosankan dan mengantukkan, tp ada sbuah kisah yg romo itu critakan yg mnyentak hati saya hingga saat ini.
(Smoga saya blm pernah crita ini ya).
Dia mkisahkan sbuah ekspedisi tim antropologi ke sbuah desa terpencil.
Di desa itu ada sbuah ritual utk mbersihkan makam pd hari-hari ttentu.
Tim ekspedisi itu kmudian intv seorang nenek dan btanya apakah alasannya shg nenek itu rajin ikut ritual.
Nenek itu mjawab: 'Ritual ini dari kecil sudah saya jalankan dan yg saya tau kl saya jalankan maka hati saya tenang. Jika tidak saya jalankan maka hati saya ngga tenang (bahasa skrg: galau).
Stelah kisah itu (yg dsambut dingin para hadirin), maka saya btanya-tanya:
'Jika org animisme bisa bgitu, apa bedanya dg org beragama yg tidak mrasa damai jika tidak mlakukan ritualnya?
Baru skitar 1 tahun stelah ptanyaan di benak saya, maka saya baru dpt jawaban yg mmuaskan hati.