1950
In the year 1950 the last dogma was proclaimed by Pope Pius XII, the Assumption of the Virgin Mary
Kitab Suci memang tidak menuliskan tentang akhir kisah hidup Maria, tidak juga kisah Maria diangkat ke surga, karena memang kisah ini terjadi setelah (hampir) semua kitab2 dalam Kitab Suci ditulis. Tetapi bagaimana pun juga, kitab Wahyu 12 mengkisahkan tentang seorang wanita yang diangkat ke surga. Banyak yang menafsirkan wanita ini sebagai umat kudus Allah. Karena Maria merupakan perwujudan umat Perjanjian Lama sekaligus Perjanjian Baru, maka kisah diangkatnya Maria ke surga dapat dilihat sebagai wujud kemenangan wanita dalam kitab Wahyu tersebut.
Lebih jauh lagi, dalam 1 Kor 15 : 20 Paulus mengajarkan bahwa Kristus bangkit sebagai yang sulung dari antara semua orang2 yg meninggal. Karena Maria sangat dekat dengan semua misteri hidup Yesus, sangat tidak mengherankan jika Roh Kudus menuntun Gereja untuk mengimani bahwa Maria juga ikut menikmati kemuliaan Putra-nya. Karena Maria sangat dekat dengan Yesus selama hidupNya di bumi, maka dia juga pasti bersama dengan Putranya, baik jiwa maupun raganya, di surga.
Sebagai tabernakel perjanjian baru, dimana Allah Putra berkenan bersemayam di dalam rahimnya selama 9 bulan, iman katolik tidak dapat memungkiri bahwa Maria adalah penuh rahmat dan dijadikan tak bercela (immaculate), sebagaimana tabut perjanjian dalam kisah Perjanjian Lama adalah kudus sehingga Allah berkenan bersemayam di dalamnya (juga silakan dilihat lagi penjelasan tentang Maria tidak bernoda). Oleh karena kematian adalah upah dari dosa (Kej 2 : 17), maka logika dari seseorang yang tidak berdosa adalah terbebas dari kematian. Sama seperti Henokh (Ibr 11 : 5) dan Elia (2 Raj 2 : 11) yang berkenan di hadapan Allah sehingga diangkat ke surga tanpa mengalami kematian badan, demikian pula halnya dengan Maria yang olehnya Allah sangat berkenan untuk dilahirkan dari rahimnya. Oleh karena ini, logika iman katolik tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa Maria diangkat ke surga setelah kehidupannya di dunia ini berakhir.
Benar bahwa doktrin Maria diangkat ke surga adalah doktrin yang berkembang seiring berjalannya waktu. Tapi doktrin ini sama sekali BUKAN merupakan ajaran baru, tetapi merupakan rangkaian logika dari apa yang dialami oleh Maria seperti uraian di atas. Ajaran2 bapa2 Gereja Purba pun memberikan kesaksian tentang iman ini, seperti: ""The Passing of the Virgin 16:2-17"" (Pseudo - Melito, 300 M), ""Homily on Simeon and Anna"" (Timothy of Jerusalem, 400 M), ""The Dormition of Mary "" (John the Theologian, 400 M), ""Eight Books of Miracles 1:4"" (Gregory of Tours, 575 M), ""Homily on the Assumption"" (Theoteknos of Livias, 600 M), ""Encomium in dormitionnem Sanctissimae Dominae nostrae Deiparae semperque Virginis Mariae"" (Modestus of Jerusalem, 634 M), ""Sermon I"" (Germanus of Constantinople, 683 M), ""Gregorian Sacramentary, Veneranda"" (Gregorian Sacramentary, 795 M), dsb.
Sebagai kesimpulan, iman tentang Maria diangkat di surga adalah iman Gereja yang telah ada sejak mula2. Paus Pius XII sama sekali TIDAK menciptakan ajaran baru atau ajaran sesat, tetapi justru menegaskan kembali iman sejati Gereja ketika iman ini menghadapi serangan bidaah di waktu itu.