PS:
bro cadangdata, menurut saya manusia itu bukan subjek agama, melainkan objek agama. Subjeknya tetap Tuhan (walau ada beberapa agama yang tidak bersubjek juga)
Kalau kekristenan cuma beragendakan kehidupan manusia di bumi, saya pikir kekristenan adalah agama yang payah. Masih mendingan budhisme, atau lebih canggih lagi confusianisme.
Masalahnya, kekristenan bicara sorga atau neraka. Bagaimana tidak? Tuhannya pun sampai rela turun ke bumi demi mengabarkan Kerajaan Sorga. Jadi, dalam kekristenan, surga/neraka bukan konsekuensi logis dari perilaku iman manusia. Surga/neraka adalah motif logis dari perilaku iman manusia. Perilaku iman manusia lah yang merupakan konsekuensi logis dari surga/neraka.
mas pinoq,
Silakan mas...tidak apa-apa... it is enriching to be different...
Memang, proses pengajaran / dogmatisasi agama theis-me hampir mirip semua mas...
Dengan memiliki Tokoh Sentral (Primera Causa) yang disebut Tuhan atau apa lah gitu...
maka, proses pseudo-rasionalisasi atas hukum (pseudo)sebab-akibat menjadi JAUH LEBIH ter-SIMPLIFIKASI..
misal: kalau
penginjil /misionaris mau menjelaskan ke suku nomaden bahwa:
DILARANG MENCURI KAMBING TETANGGA,
maka:
pseudo-rasionalisasi yang paling cepat diterima & dituruti adalah: karena Tuhan me-LARANG mencuri & nanti DOSA, dan kalau Dosa masuk Neraka yang ngerinya audzubillah... hehe...
Coba misalnya diterangkan bahwa:
Kambing tetangga yg gemuk itu adalah hasil kerja keras tetangga, maka kita tidak berhak main comot, karena kita juga tidak mau benda kita dicuri, dsb....
wah.... ngantuk duluan.. atau malah langsung di tebas pedang mas...hehehe.....
Dengan Tools yang efektif inilah, maka
KONSEP PENGAJARAN yang Tuhan-SENTRIS terus berkembang & memang terbukti efektif..Proses PENYAMPAIAN yang Tuhan-Sentris ini lah yang sering secara GAMPANG
di-persepsi sebagai Tuhan-lah SUBJEK AGAMA...Padahal kalau mau sedikit merenung & meresapi..
Konsep Tuhan-SENTRIS itu adalah TOOLS (yg efektif) yg ber-TUJUAN untuk memberi GUIDANCE bagi MANUSIA (bukan Hewan / Malaikat / Setan) agar Perjalanan Hidupnya TIDAK NGAWUR...
dan sebagai GARIS FINISH-nya digunakan Reward SURGA dan punishment NERAKA..begitu menurut interpretasi saya mas...
Sehingga nyambung-nya ke point berikutnya:
- SURGA adalah Konsekuensi Logis Perilaku Iman
Ttg
Surga sebagai Motif Iman / Konsekuensi Iman, pendapat saya:
1. Kita sepakat bahwa
SURGA adalah REWARD yang bersifat FINAL kan ya mas?
2. Jika di-analogikan pada Ilmuwan Fisika tingkat tinggi...
a. Ilmuwan tsb melakukan penelitian siang malam sampai ubanan & botak, sbg besar ber TUJUAN untuk menguak ilmu pengetahuan baru yg belum di eksplor,
b. Dia mengerjakan dengan Tekun & penuh Dedikasi: karena passion-nya & keinginannya mendapat ilmu baru..
c. Hasil Riset-nya itu tentu akan berdampak positif bagi iptek & manusia lainnya..
d. Bila Hasil Itu dianggap Fundamental & Impact-nya Signifikan oleh Panitia Nobel ---> maka dia dianugerahi HADIAH NOBEL...
gitu kan ya proses yg biasa terjadi...
3. Tapi sebaliknya, sy rasa yg terjadi BUKAN DEMIKIAN:
a. Apakah motivasi Ilmuwan itu bekerja siang malam SUPAYA DAPAT NOBEL??
b. Apakah dia riset dengan amat tekun Karena NOBEL? jadi kalau hampir tidak mungkin dapat Nobel --> TIDAK USAH TEKUN RISETnya?
c. Apakah karena ilmuwan itu sudah dibisikin panitia: eh kamu pasti dapat NOBEL lho... --> maka dia baru berupaya sekuat tenaga untuk riset?
4. Dgn analogi diatas: Nobel sebagai REWARD FINAL, maka
Point 2:
Nobel adalah Konsekuensi Logis dari Hasil Ketekunan & Dedikasi Luar biasa si Ilmuwan, yg
pada saat riset dia BELUM PASTI bakal menang atau tidak..
Point 3: Ilmuwan itu
BARU meneliti dengan TEKUN, APABILA NOBELnya pasti dia dapatkan....
kalau tidak.. mending jual siomay aja, kata ilmuwan tsb... hehe...
Yang manakah sikap iman kita?
Salam,