Author Topic: Diskusi Gereja Non-Kalsedon dengan Gereja Kalsedon  (Read 7171 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Vision Stefanus, vision 150 murid saat Yesus naik ke sorga, vision Yohanes saat di Patmos sudah cukup kox.
Kl itu vision sudah dialami sgitu banyak orang, maka itu sudah sah.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Kalau mengacu pada ayat Alkitab, pernah.

Kis 7:55   Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 

 :nod:

Hahahaha ... begini saudara ku, kekeliruan yang dilakukan oleh manusia dalam memahami makna Alkitab adalah :"Manusia itu sering melupakan Tradisi dan budaya, saat peristiwa Alkitab itu dituliskan", sehingga sering terjadi "Kekeliruan" dalam menafsirkan Firman Tuhan tersebut.

Nah .. pertanyaannya adalah :"Bagaimana Jika Kisah 7 : 55, dituliskan .. dan Yesus berdiri di tengah-tengah Allah..?".==> Maka sudah pasti akan lahir pemikiran, bahwa Allah itu ada "banyak", sebab Yesus berdiri ditengah-tengah Allah, artinya : ada beberapa Allah disana dan Yesus berdiri "ditengah-tengahnya".

Pertanyaan yang kedua adalah :"bagaimana jika Kisah 7 :55, dituliskan .. dan Yesus berdiri disebelah Kiri Allah..?"==> Maka sudah pasti juga akan melahirkan pemikiran, bahwa Yesus itu ternyata lebih rendah dari pada posisi "sesuatu yang lain", sebab ternyata Yesus tidak berdiri disebelah kanan Allah, melainkan disebelah kiri Allah, dimana karena ada sesuatu yang lebih besar dari pada Yesus dan berdiri di sebelah kanan Allah, maka Yesus berdiri disebelah kiri Allah.

Jadi saudara-saudara semua ..

Pernyataan Yesus yang berdiri disebelah kanan Allah, tidak dimaksutkan bahwa ada Allah yang lain, selain Yesus. Namun pernyataan tersebut diungkapkan oleh Rasul Stefanus, untuk "Menekankan" Ke-ilahian dan Keutamaan Yesus itu sendiri yang merupakan Allah yang Sejati, sebab .. pernyataan "sebelah kanan" dalam budaya dahulu, menyatakan sesuatu yang "Sangat di Utamakan".==> Contoh : dalam budaya saat ini di Indonesia, sering sekali kita mendengarkan istilah "tangan kanan", nah .. apakah tangan kanan adalah benar2 merupakan suatu tangan kanan dari seseorang ???==> Jawabnya adalah tidak, sebab pengertian istilah tangan kanan, adalah berarti "kepercayaan atau orang yang dipercaya atau orang yang diutamakan".==> demikian juga halnya dengan Kisah 7 : 55 tersebut diatas.

Dari mana kita dapat mengetahui, bahwa Kisah 7 : 55 tersebut diatas, tidak dapat diartikan secara hurufiah atau tidak dapat diartikan bahwa ada Allah yang lain, selain Yesus itu sendiri ???==> Jawabnya terletak dalam ayat selanjutnya di Kis 7 : 59 - 60, dimana Stefanus menyerahkan nyawanya pada Yesus dan bukan pada Allah lain disebelah Yesus, sebab jika ada Allah lain disebelah Yesus, maka sudah pasti Stefanus akan menyerahkan nyawanya pada Bapa dan Yesus, Tapi lihatlah ... Steanus menyerahkan nyawanya cuma pada Yesus, artinya : Pernyataan Stefanus bahwa Yesus berdiri disebelah Kanan Allah, lebih menekankan pada Istilah Keutamaan dan Kemuliaan Yesus dalam Ke-Ilahian-Nya.

Jadi, Kisah 7 : 59 - 60 adalah "Kunci" pembuktian, bahwa tidak ada Allah lain disebelah Yesus dalam Kisah 7 : 55.


Salam ..

Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
@Jesuit

Bro, memang apa yang disampaikan di Alkitab bisa diartikan sebagai vision Stefanus. Dalam hal ini, sang penulis KPR tentunya tidak 'melihat' apa yang 'dilihat' oleh Stefanus.

Tetapi, bisa dipastikan bahwa Stefanus memahami bahwa Allah bukanlah satu pribadi, bukan hanya pribadi Jesus saja. Itulah mengapa Stefanus melihat Jesus berada di sebelah kanan Allah.

Mengapa Stefanus menyerahkan nyawanya kepada Jesus? Karena Stefanus percaya bahwa Jesus memiliki hakekat Allah. Justru disinilah kita bisa belajar tentang iman Allah Tritunggal. Bahwa Bapa itu Allah, bahwa Jesus itu Allah, dan (walau tidak disebutkan Stefanus) bahwa Roh Kudus itu Allah.

Syalom

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Re: Diskusi Gereja Non-Kalsedon dengan Gereja Kalsedon
« Reply #63 on: June 27, 2013, 12:01:43 PM »

Anak Alllah pastilah Allah sebagaimana anak manusia pastilah manusia,dan anak binatang tentunya binatang.

Jadi ada tiga pribadi Allah yaitu Bapa,Anak dan Roh Kudus.

Ibrani 1:5   Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?"

Ibrani 5:5   Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini",


Ayat tsb diatas jelas sekali Sang Firman diperanakkan didalam kekekalan oleh Allah Bapa.


Shalom

Sang Firman tidak pernah diperanakan dalam Kekekalan Allah Bapa, sebab Bapa adalah Eksistensi atau pernyataan Keberadaan Sang Firman sebagai "Pencipta". ( berdasarkan pengertian yang terdapat di Alkitab ).

Nah .. kembali ke Fakta Alkitab di Ibrani yang saudara nyatakan diatas, tidak ada membuktikan sama sekali, bahwa ada "proses penciptaan dalam kekekalan" disana, sehingga jika kita memahami ayat tersebut, sebagai adanya suatu hasil "penciptaan", maka pemahaman kita tersebut, sudah pasti keliru .. sebab faktanya, ayat tersebut "Tidak menyatakan adanya proses penciptaan disana".==> Tetapi pada ayat tersebut Allah menekankan proses "Inkarnsi", Ia dilahirkan dan BUKAN  di ciptakan, jadi kalau pernyataan "Dilahirkan" di ayat tersebut, kita artikan sebagai suatu "Penciptaan", maka pengertian tersebut adalah keliru, sebab pengertian "Penciptaan" di Alkitab, harus dituliskan dengan kata "Create", artinya : membentuk sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan dilahirkan memeiliki pengertian, adanya sesuatu yang berproses menjadi bentuk yang berbeda ( dari yang sudah ada menjadi bentuk yang baru )..==> Adam tidak pernah dikatakan di lahirkan, tetapi di ciptakan dan kita keturunan adam, tidak pernah dikatakan diciptakan tetapi dilahirkan.


Salam ...

Offline hanhalim2

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 4084
  • Reputation Power:
  • Denominasi: R.katholik
Re: Diskusi Gereja Non-Kalsedon dengan Gereja Kalsedon
« Reply #64 on: June 27, 2013, 12:21:37 PM »

Itukan bahasa simbolis bro bukan literal.

Anak kunci atau anak panah tidak berarti kunci dan busur memiliki anak toh ?

Ada ada saja bro ini

Shalom

Kalo menyola ya harus percaya pada apa yang tertulis , bukan apa yang di ada ada Tuhan Yesus memberkati


Han
Bukan semua nas/ayat  yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah dan juga Tidak seluruh Firman Allah tertulis lengkap dalam Alkitab.

( mudah mudahan dimengerti penjelasannya )

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Saya sudah duga bhw Bro Jesuit akan mngartikan ayat itu mnggunakan konsep ttentu shg artinya mjd tdk sbgmn yg tertulis di ayat itu.

Tp dari jawaban Bro Jesuit itu, saya jd paham bhw kami punya pjelasan yg bbeda mengenai tritunggal walau sama-sama mengakui ke-ilahi-an Yesus Kristus.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Re: Diskusi Gereja Non-Kalsedon dengan Gereja Kalsedon
« Reply #66 on: June 27, 2013, 12:34:41 PM »
Bro Jesus_dm,
Aku dapat menerima analogi "rajutan tikar" yg Anda berikan.
Tapi terus terang aku juga tidak berani mengatakan bahwa analgoi Anda itu benar, karena analogi "rajutan tikar" itu IMHO terlalu dangkal utk meng-analogi-kan misteri agung inkarnasi.
Sebagai contoh keterbatasan analogi tikar yg harus diabaikan:
Jika analogi rajutan tikar itu mengabaikan implikasi bahwa tikar = setengah benang rajutan merah + setengah benang rajutan putih (misalnya),  maka analogi tikar itu dapat aku terima, karena 1 Anak Manusia = 1 Allah sekaligus 1 Manusia.

Nah .. disinilah perbedaan pemahaman kita saudara ku, yaitu :"Saudara memahami Proses Inkarnasi itu, sebagai inkarnasi yang tidak utuh, sehingga ada bagian yang tidak turut berinkarnasi, atau bagian yang tidak turut berinkarnasi akan tetap memakai wujut asalnya", dimana dalam pemahaman ini, saudara memahami bahwa "ada sebagian yang berinkarnasi dan ada sebagaian yang merupakan titisan ataupun turunan utuh".

Contoh pemahaman saudara :

Ada Suatu A ( Allah ) dan ada suatu B ( manusia ), kemudian ber-proses menjadi C ( Yesus ), maka dalam diri C, terdiri dari dari Substansi A dan Substansi B, dimana kedua Substansi itu adalah terpisah. ==> atau dengan Istilah "unity".

Nah, jika Inkarnasi kita pahami dengan demikian, pada dasarnya pemahaman tersebut bukanlah suatu Inkarnasi, tetapi akan lebih tepat, jika pengertian tersebut kita pahami dengan istilah "titisan ataupun turunan", sebab ada bagian yang tidak dapat melebur menjadi satu dengan bagian lainnya.

Nah .. jika pemahaman demikian kita pegang, maka pertanyaannya adalah :"Apakah mungkin Substansi Manusia itu akan setara dengan Substansi Allah"?. Pada hal, kita telah sepakat bahwa Hakikat yang satu tidak akan melebihi ataupun tidak akan lebih rendah dari Hakikat yang lainnya, atau Ke-Dua Hakikat adalah Setara., tetapi dengan pemahaman saudara diatas, maka menurut saya adalah:"Tidak mungkin Hakikat Manusia akan setara dengan Hakikat Allah".


Salam ...

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Dahulu saya pernah diskusi dg Jesuit di forum tetangga.

Pmikiran Jesuit DM :

Bapa adalah Allah YHVH.
Ketika inkarnasi, maka Bapa meninggalkan atribut ke-ilahi-anNya dan datang sbg manusia yaitu Manusia Yesus Kristus (just Manusia).

Bagaimana dg ke-ilahi-an Yesus yg ditinggalkanNya itu?
Nah, ke-ilahi-an inilah yg pd saat itu dikenal sbg Bapa dan keilahian itu tetap mngatur segala sesuatu di alam semesta sekalipun Pirbadi Yesus Kristus sedang menjadi Manusia di bumi.

-----------

Betulkan Bro Jesuit pmahaman saya akan pmikiranmu?
« Last Edit: June 27, 2013, 12:47:11 PM by siip »
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Saya sudah duga bhw Bro Jesuit akan mngartikan ayat itu mnggunakan konsep ttentu shg artinya mjd tdk sbgmn yg tertulis di ayat itu.

Tp dari jawaban Bro Jesuit itu, saya jd paham bhw kami punya pjelasan yg bbeda mengenai tritunggal walau sama-sama mengakui ke-ilahi-an Yesus Kristus.

Benar saudara ku dan saya sebenarnya sangat memahami Ajaran Tritunggal anda, karena Kristen yang ada di Indonesia adalah Lahir dari Turunan Konsili Khalsedon, jadi .. walaupun kita sama-sama mengimani dan meyakini, bahwa Yesus adalah Allah Yang Kekal dan pencipta semesta alam dan isinya, serta satu-satunya perantara yang Esa, namun perbedaan kita terletak pada :

1. Konsili Khalsedon melahirkan pemikiran, bahwa Hakikat Allah Yang Esa itu, terdiri dari : Bapa, Anak dan Roh Kudus.
2. Konsili Nicea melahirkan pemikiran, bahwa Hakikat Allah Yang Esa itu, menyatakan diri dalam 3 ( tiga ) Eksistensi, yaitu : Sebagai Bapa, Sebagai Anak dan Sebagai Roh Kudus ( Una Substantia Tress Personae = Satu Substansi pada 3 Kepribadian atau 3 Keberadaan atau 3 Pernyataan atau 3 Personality ).

Dimana dalam ke-dua perbedaan pemahaman diatas, telah banyak melahirkan perbedaan dalam penafsiran terhadap Firman Allah, terutama dalam hal melihat Diri Yesus sewaktu di dunia, yaitu :

1. Konsili Khalsedon melihat Yesus sewaktu didunia ini, sebagai Allah dan Manusia.
2. Konsili Nicea melihat Yesus sewaktu didunia ini adalah manusia biasa yang sama dengan saya dan saudara semua, sekalipun Roh Manusia Yesus adalah Roh Allah yang Sejati.

Akibatnya adalah :

1. Konsili Khalsedon, memahami bahwa ada saatnya akan terjadi keterpisahan antara Substansi Allah dan Substansi manusia pada diri Yesus, sehingga setiap penderitaan  yang dialami oleh Yesus, akan diartikan bahwa yang menderita adalah Substansi manusianya dan pada saat Peristiwa Salib, maka Substansi Allah itu telah memisahkan diri dengan Substansi Manusia, sehingga substansi manusia berseru .. mengapa Allah meninggalkan dirinya ??? ==> Pemahaman ini sebenarnya akan lebih tepat, jika manusia Yesus itu dipahami sebagai suatu "titisan ataupun turunan" dan bukan sebagai suatu Inkarnasi.

2. Konsili Nicea, memahami karena Substansi Allah dan Substansi Manusia, telah bersatu atau bercampur dalam diri Yesus, maka kedua Substansi tidak dapat terpisahkan lagi, sebab kedua substansi telah menjadi satu satu substansi, yaitu : Manusia Yesus, sehingga pada setiap penderitaan yang dialami oleh Yesus, maka Yesus mengalami dan merasakan semua penderitaan itu, sebagai Manusia, sebab kedua-substansi telah menjadi satu dalam diri manusia Yesus, sehingga dengan demikian, peristiwa salib, tidak dipahami sebagai Keterpisahan Substansi Allah dengan Substansi manusia, tetapi peristiwa salib dipahami, sebagai Seruan Manusia ( yang diwakili oleh Yesus sebagai perantara ), terhadap Allah Yang Esa, sehingga dalam peristiwa salib, Manusia yang telah terbuang dari hadapan Allah ( Peristiwa Kejatuhan Adam ), melalui Yesus dapat datang dan berseru kepada Allah. ( Kejatuhan Adam ... Allah Berfirman .. Adam, dimanakah Engkau,... Peristiwa Salib, setelah sekian lama Adam atau manusia itu terbuang dari hadapan Allah, maka melalui Yesus di Kayu Salib, Adam ataupun Manusia itu telah berani datang menghampiri Allah dan berseru .. Allah Ku, Allah Ku, dimanakah Engkau ..)

Dan lain-lain, Salam ...

Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Apakah anda tidak tertukar, bro Jesuit?

Konsili Nicea lah yang justru menjadi dasar doktrin bahwa Jesus adalah Allah dan Manusia yang tidak terpisahkan.


Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
@Jesuit

Bro, memang apa yang disampaikan di Alkitab bisa diartikan sebagai vision Stefanus. Dalam hal ini, sang penulis KPR tentunya tidak 'melihat' apa yang 'dilihat' oleh Stefanus.

Tetapi, bisa dipastikan bahwa Stefanus memahami bahwa Allah bukanlah satu pribadi, bukan hanya pribadi Jesus saja. Itulah mengapa Stefanus melihat Jesus berada di sebelah kanan Allah.

Mengapa Stefanus menyerahkan nyawanya kepada Jesus? Karena Stefanus percaya bahwa Jesus memiliki hakekat Allah. Justru disinilah kita bisa belajar tentang iman Allah Tritunggal. Bahwa Bapa itu Allah, bahwa Jesus itu Allah, dan (walau tidak disebutkan Stefanus) bahwa Roh Kudus itu Allah.

Syalom

Begini saudara ku, sekalipun itu visi yang dialami oleh Stefanus, tetapi jika disana ada dua pribadi yang berbeda ( Bapa dan Yesus ), maka bukan kah artinya, stefanus itu akan menyepelekan Bapa atau meremehkan Bapa, jika  Stefanus menyerahkan nyawanya hanya pada Yesus, seharusnya Stefanus jika tidak meremehkan Bapa, maka Stefanus harus menyerahkan nyawanya pada Bapa dan Yesus, tetapi karena disana memang cuma ada Yesus yang dikenal dan dilihat Stefanus dalam Ke-Allahan-nya, maka Stefanus hanya berseru dan berdoa pada Yesus seorang diri saja.


Salam ...

Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Quote
Begini saudara ku, sekalipun itu visi yang dialami oleh Stefanus, tetapi jika disana ada dua pribadi yang berbeda ( Bapa dan Yesus ), maka bukan kah artinya, stefanus itu akan menyepelekan Bapa atau meremehkan Bapa, jika  Stefanus menyerahkan nyawanya hanya pada Yesus, seharusnya Stefanus jika tidak meremehkan Bapa, maka Stefanus harus menyerahkan nyawanya pada Bapa dan Yesus, tetapi karena disana memang cuma ada Yesus yang dikenal dan dilihat Stefanus dalam Ke-Allahan-nya, maka Stefanus hanya berseru dan berdoa pada Yesus seorang diri saja.

Betul, bro, Stefanus hanya mengenal ajaran Jesus. Tetapi dari vision nya, kita jelas tahu bahwa Stefanus JUGA mengenal Bapa. Ia menyerahkan nyawanya kepada Jesus, karena ia tahu, bahwa Jesus sehakekat dengan Bapa dalam Allah Tritunggal.


Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Apakah anda tidak tertukar, bro Jesuit?

Konsili Nicea lah yang justru menjadi dasar doktrin bahwa Jesus adalah Allah dan Manusia yang tidak terpisahkan.

Konsili Nicea tidak pernah mengajarkan, bahwa dalam hidup-Nya "Sebagai Manusia", Yesus itu adalah Allah dan Manusia, tetapi dengan Jelas dalam doktrin Una Substantia Tress Personae, memiliki pemahaman, bahwa Allah itu benar-benar telah menjadi manusia, yang sama dengan saya dan saudara semua.

Jadi, yang menjadi Dasar pemahaman bahwa Yesus selama hidup-nya di dunia ini adalah Allah dan Manusia, pemahaman tersebut dikembangkan sejak Konsili Khalsedon, sehingga kami mengatakan, bahwa Khonsili Khalsedon telah kembali pada Ajaran Nostarian yang telah dianggab sesat, sebab Ajaran Nostarian memahami bahwa dalam diri Yesus itu, terdapat dua nature, yaitu : Allah dan Manusa, dimana kedua nature ini adalah terpisah, sekalipun ada dalam satu wadah diri Yesus.


Salam ..

Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Ijinkan saya menyampaikan Konsili Nicea yang berhubungan dengan Arianisme :

Arianism adalah bidaah/ heresi yang sangat berbahaya, di awal abad ke -4 (319) karena mengajarkan ajaran sesat dalam hal Trinitas dan Kristologis. Bidaah ini diajarkan oleh Arius, seorang imam dari Alexandria, yang ingin menyederhanakan misteri Trinitas. Ia tidak bisa menerima bahwa Kristus Sang Putera Allah berasal dari Allah Bapa, namun sehakekat dengan Bapa. Maka Arius mengajarkan bahwa karena Yesus ‘berasal’ dari Bapa maka mestinya Ia adalah seorang ciptaan biasa, namun ciptaan yang paling tinggi. Arius tidak memahami bahwa di dalam satu Pribadi Yesus terdapat dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia.

Berikut ini adalah ringkasan ajaran sesat/ heresi Arianism:

- Kristus Sang Putera tidak sama-sama kekal (tak berawal dan berakhir) dengan Bapa, melainkan mempunyai sebuah awal.
- Kristus Sang Putera tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
- Allah Bapa secara tak terbatas lebih mulia dari pada Kristus Sang Putera.
- Kristus Sang Putera adalah seorang ciptaan, yang diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, berupa kodrat malaikat (super-archangel) yang tidak sehakekat  dengan Allah Bapa.
- Tuhan bukan Trinitas secara kodratnya.
- Kristus Putera Allah bukan Putera Allah secara kodrati, tetapi Putera angkat.
- Kristus Putera Allah diciptakan dengan kehendak bebas Allah Bapa.
- Kristus Putera Allah tidak tanpa cela, tetapi dapat secara kodrati berubah/ berdosa.
- Kristus Putera Allah tidak dapat memahami Allah Bapa.
- Jiwa dari Kristus Putera Allah yang sudah ada sebelumnya (dari super archangel tersebut) mengambil tempat jiwa manusia dalam kemanusiaan Yesus.

Maka menurut Arius, Kristus adalah bukan sungguh-sungguh Allah, namun juga bukan sungguh-sungguh manusia (sebab jiwanya bukan jiwa manusia). Sebagai dasarnya Arius mengambil ayat Yoh Yoh 1:14, “Firman itu menjadi manusia/ “the Word was made flesh”, dan ia berkesimpulan bahwa Firman itu hanya menjelma menjadi daging saja tetapi tidak jiwanya. Prinsip ini kemudian juga diikuti oleh Apollinaris (300-390).

Ajaran sesat ini diluruskan melalui Konsili Nicea (325) yang dihadiri oleh sekitar 300 uskup. Ajaran Arius ini dikecam, dan dianggap sebagai inovasi radikal.  Maka dibuatlah suatu pernyataan Credo, untuk mempertahankan ajaran para rasul, yaitu Kristus adalah “sehakekat dengan Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.” Pada waktu penandatanganan ajaran ini, hampir semua dari para uskup tersebut setuju, hanya terdapat 17 uskup yang enggan bersuara, namun kenyataannya hanya 2 orang uskup yang menolak, ditambah dengan Arius sendiri.

Konsili Nicea ini sering disalah mengerti oleh umat non-Kristen, sebab mereka menyangka bahwa baru pada tahun 325 Yesus dinobatkan sebagai Tuhan. Ini salah besar, sebab pernyataan Kristus sehakekat dengan Allah tersebut dibuat untuk meluruskan ajaran sesat Arianism dan untuk menegaskan kembali iman Gereja yang berasal dari pengajaran para rasul. Maka kita mengenal pernyataan itu sebagai “Syahadat Para Rasul”, karena memang dalam syahadat tersebut tercantum pokok-pokok iman yang diajarkan oleh para rasul.

Perjuangan melawan bidaah Arianism kemudian dilanjutkan oleh St. Athanasius (296-373). Ajaran St. Athanasius yang terkenal adalah bahwa kalau Kristus mempunyai awal mula, maka artinya ada saat bahwa Allah Bapa bukan Allah Bapa, dan di mana Allah Bapa tidak punya Sabda ataupun Kebijaksanaan….Ini jelas bertentangan dengan Wahyu Allah dan akal sehat. “Sebab jika Allah Bapa itu kekal, tak berawal dan tak berakhir maka Sabda-Nya dan Kebijaksanaan-Nya pasti juga kekal, tak berawal dan berakhir.”

Demikian yang dapat saya tuliskan mengenai bidaah/ heresi Arianism dan Konsili Nicea.




Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Betul, bro, Stefanus hanya mengenal ajaran Jesus. Tetapi dari vision nya, kita jelas tahu bahwa Stefanus JUGA mengenal Bapa. Ia menyerahkan nyawanya kepada Jesus, karena ia tahu, bahwa Jesus sehakekat dengan Bapa dalam Allah Tritunggal.

Beda pemahaman kita disini, dalam pemahaman saya, Bapa dan Anak itu, bukan Hakekat atau Substansi dari Allah Yang Esa, tetapi Bapa dan Anak itu adalah Eksistensi ataupun pernyataan ataupun keberadaan dari Allah Yang Esa, dikatakan Allah itu sebagai Eksistensi Bapa, sebab Alkitab menyatakan bahwa Allah itu adalah Sang Pencipta, karena Ia Sang Pencipta, maka Ia disebut atau dipanggil Bapa, demikian juga halnya dikatakan sebagai Eksistensi Anak, sebab Allah Yang Esa itu telah Inkarnasi menjadi manusia Yesus ( Yohanes 1 : 14 ), nah .. Karena Allah Yang Esa itu telah Inkarnasi, maka sewaktu Inkarnasi Ia tidak dapat lagi disebutkan sebagai Allah, tetapi karena Ia berasal dari Allah Yang Esa, maka Ia disebut sebagai Anak Allah.

Disanalah perbedaan kita saudara ku, dalam memahami Hakikat dan Eksistensi Allah, dimana saya memahami bahwa Hakikat Allah itu adalah Esa atau Tunggal dan Bukan Tiga, tetapi Hakikat Allah itu adalah Esa, dimana Hakikat yang Esa ini menyatakan diri dalam 3 Eksitensi yang berbeda, yaitu : Sebagai Bapa, Sebagai Anak dan Sebagai Roh Kudus.


Salam ...