Tapi jd menarik nih..
Kalau pemerintah kan cuma bikin aturan doang.. dia ga peduli mau dituruti atau dilanggar..
Bagaimana kalau yg bikin orang tua kita.. kira2 dimarahin kalo ngelanggar aturannya?
Bagaimana dg Allah? Dia yang adalah KASIH, tp jg ga mau anak anakNya hidup seenaknya sendiri.
Sama aja alithea. Di analogi "jangan ngebut" itu --- bagi yg mengeluarkan "order/law/hukum" semua itu demi ketertiban dan kebaikan.
Ibrani 12:5-6 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
IMO, saya selalu mengambil pengertian yg agak laen dari pada yang laen ... (maklum, saya suka berkhayal ... dan dalam kasus ini tentu yg menyangkut kelogisan ...
).
Ada 3 unsur bersangkutan yang saya ambil dalam "kasus" analogi saya tsb.
1. Yang mengeluarkan "hukum"
2. Yang kena dibawah "hukum"
3. "hukuman" yang BUKAN di lakukan oleh si no.1
Jadi... kalo misal mau dikatakan Tuhan marah ... ya memang mungkin masih bisa --- tetapi "menghukum" , saya tidak mengertikan bahwa hal itu dilakukan si no.1.
Ortu bilang : "jangan ngebut, nanti mati ketabrak" <---> padanan-nya "yang ngebut mati ketabrak".
Apabila seorang anak ngebut dan mati ketabrak, maka unsur no.3 "hukuman" itu BUKAN ortu melakukan hal nyewa mata mata utk ngliatin si anak ngebut ato kagak, dan ortu bilang ke mata mata apabila anak ngebut HARUS ditabarak sampai mati itu anak --- APALAGI, ortu itu sendiri tyg urun-tangan, menabrak anaknya sendiri dikarenakan si anak ngebut. Begitu menurut saya.
Dan entah... saya sempet diskusi dgn teman lain di FIK, sepertinya kebalikan yg ungu tsb ---> yg berupa pendapat bhw Firman Allah kepada AdamHawa (misalnya) itu ibarat : "kalo kamu makan itu buah, kamu Saya pateni (bunuh/dibikin mati).
Saya tidak menyangkal, mati-hidup manusia --- Tuhan jua yg menentukan dan saya akui bisa saja memang begitu adanya cara kerja Allah --- TAPI, ini artinya manusia sedang berpendapat dgn memposisikan dirinya sebagai Allah (dari sudut pandang/kacamata ke-Allah-an).
Sedangkan saya, secara pengertian, saya terasa janggal apabila Allah itu sendiri yang melakukan penghukuman.
Adakah ortu yg benar dan baik akan berkata
"kalo kamu masukin jarikmu ke colokan listrik, saya gampar atopun saya setrum kamu pake voltage tegangan tinggi" ? --- ADA, namun ---imo--- itu bukan contoh ortu yg benar dan baik ... dan juga saya tidak melihat hal KASIH didalam kalimat ijo itu.
Karunia Firman azasnya adalah Kasih.
Firman disampaikan agar manusia selamat, itu tujuan utamanya.
Kalo kamu .... Maka ... KAMU dekat dgn Saya, Kalo kamu ... Maka ... KAMU jauh dari Saya ---> itulah inti "oder/law/hukum/nasihat"NYA.
Di PL sepertinya pengertiannya sbb : Kalo kamu bla3x,
SAYA taro di surga, Kalo kamu bla3x
SAYA jeblosin ke neraka --- di surga SAYA sayang sayang kamu, di neraka SAYA siksa kamu.
Oleh karena itu saya juga berpendapat, kedaulatan yang benar adalah selalu menyangkut hukum (yg benar) yg dikeluarkan, dan tidak bersangkut-paut oleh si pengerluar hukum tsb. ( jadi bukan seperti sbb....Presiden : kamu mencuri, kamu
SAYA hukum) ---> karena Hukum-lah ---imo--- yang "berbicara".
Lagian kalau nurut, ya ga usah takut dimarahin atau dihukum kan..
Kadang pikiran kita terlalu jauh utk hal yang simpel seperti TAAT.
Ya... sebagai personifikasi yg berupa kata sifat... saya rasa mungkin mungkin saja ... Allah "marah" "cemburu" "kesal" dlsb dikarenakan manusia itu dibilangin demi keselamatannya sendiri, auban terus ..
--- namun kalo sampai ke sebuah tindakan ---imo--- "hukum" itu sendirilah yg berlaku.
salam.