I. Kerusakan Total Tidak Berarti
A. Kerusakan total tidak berarti kerusakan mutlakSeringkali, penggabungan kata "kerusakan" dengan kata "total" menimbulkan kesan bahwa keburukan manusia sudah mencapai taraf yang maksimal - bahwa manusia sudah menjadi sejahat yang dapat dilakukan olehnya, kurang lebih seperti Iblis.
Tetapi kerusakan total berbeda dari kerusakan mutlak. Kerusakan mutlak berarti bahwa seseorang menyatakan kerusakan atau kebobrokannya telah sampai tingkat yang paling maksimal sepanjang waktu. Bukan saja semua pikiran, perkataan, dan perbuatannya penuh dengan dosa, tetapi juga sangat jahat - sejahat yang dapat dilakukannya. Seseorang yang mengalami kerusakan total bukan berarti bahwa kejahatan dalam dirinya sudah mencapai intensitas atau derajat yang maksimal, melainkan bahwa kejahatan dalam dirinya telah mencapai ekstensitas atau luas cakupan yang maksimal. Jadi, kerusakan total bukan berarti ia tidak dapat menjadi lebih jahat lagi, melainkan bahwa tidak ada satu pun perbuatannya yang baik. Kejahatan meresapi setiap kemampuan jiwanya dan setiap bidang kehidupannya. Ia tidak mampu melakukan satupun hal yang baik.
Sebagai Illustrasi :
Ketika anak2 berbohong, mereka sering menceritakan kebohongan2 kecil. mereka dapat menceritakan kebohongan yang jauh lebih buruk. Tetapi kebohongan2 kecil yang mereka lakukan itu pun sudah merupakan suatu kesalahan. Karena itu, mereka dapat disebut jahat. Namun mereka tidak sejahat yang dapat mereka lakukan.
Kitty genovese dibiarkan mati di New York di hadapan dua puluh delapan orang. Sikap apatis kedua puluh delapan orang ini - sikap tidak mau terlibat ini - sungguh keji ; tetapi kedua puluh delapan orang tersebut dapat ikut membunuh Kitty. Mereka tidak melakukan hal tersebut. Mereka tidak sejahat yang dapat mereka lakukan.
Pada masa pemerintahan Raja Saul, Suatu peralihan terjadi :
"Tetapi Roh Tuhan telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada Tuhan" (1Sam16:14)
Dengan kata lain, pada periode awal dari pemerintahannya, Saul tidak bertindak seburuk yang dilakukannya pada masa berikutnya.
Bahkan orang2 yang berada dalam proses melakukan dosa yang tak terampuni (ibr 6:4-8), pada saat tertentu tidak berbuat sejahat yang dapat mereka lakukan, tetapi "pernah diterangi hatinya, pernah mengecap karunia sorgawi, dan pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus"
Di dalam gereja selalu ada orang2 munafik: orang2 yang menjalankan ibadah secara lahiriah tetapi menyangkali kekuatan dari ibadah tersebut (2Tim 3:5)
Mereka bahkan memberitakan Injil serta mengadakan mujizat, seperti Yudas. Orang2 munafik ini dapat menyingkirkan semua kesalehan yang mereka tampilkan dan langsung menganiaya orang lain, tetapi mereka tidak melakukan hal ini.
Dosa2 manusia bukan saja tidak seburuk yang dapat terjadi, tetapi juga tidak semenyeluruh yang dapat dilakukan manusia. Tidak ada seorangpun yang melakukan semua dosa yang dapat dilakukan manusia. Kita semua melanggar perintah2 Allah di dalam pikiran kita, tetapi kita tidak melanggar semua perintah Allah tersebut di dalam tindakan kita.
Contoh : setiap orang pernah membenci, tetapi tidak setiap orang pernah membunuh, hampir semua orang pernah berahi, tetapi tidak semua orang pernah melakukan perzinahan secara aktual.
Alasan bagi masih ditekannya dosa adalah karena Allah, melalui anugerah umumnya (yaitu anugerah yang dicurahkan kepada semua manusia, bahkan kepada orang2 yang tidak percaya), mengekang kejahatan yang akan dilakukan manusia. Misalnya, dalam kejadian 20 kita membaca bagaimana Raja Abimelekh tidak melakukan dosa separah yang dapat dilakukannya, karena Allah mencegah dia dari perbuatan zinah dengan Sarah, istri Abraham. Dan Paulus menulis kepada umat Kristen di Tesalonika (2tes2:7) bahwa "secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan"
Bersambung..