Forim Iman Kristen
Diskusi Tanya Jawab => Diskusi Kristen => Topic started by: Phooey on January 15, 2014, 01:46:44 PM
-
HIDUPKATOLIK.com - Gereja menerima kremasi yang tidak bertentangan dengan ajaran iman. Berikut Pastor Agustinus Lie CDD, Dosen Liturgi STFT Widya Sasana, Malang, menjawab pertanyaan HIDUP di seputar kremasi.
Di Indonesia, apakah sudah ada panduan resmi kremasi dan penyempurnaan abu jenazah?
Secara prinsip, Gereja Katolik biasa memberikan perhatian istimewa terhadap yang wafat, dan memperlakukan jenazah dengan penuh hormat. Di Indonesia, pilihan kremasi tidak dipersoalkan. Biasanya persoalan tanah makam, perawatan, dan keamanan menjadi alasan orang memilih kremasi. Panduan ritualnya diterbitkan oleh PWI-Liturgi pada 1976 dalam buku Upacara Pemakaman. Buku ini diterjemahkan dari teks resmi yang dikeluarkan oleh Kongregasi Ibadat.
Sayangnya, buku tersebut hilang dari peredaran. Akibatnya, banyak pihak, terutama petugas pastoral, menyusun buku pegangan sendiri. Maka, muncul beragam buku ibadat arwah. Akhirnya, Komisi Liturgi KWI menerbitkan revisi buku Upacara Pemakaman ini dengan beberapa penyesuaian. Terbitnya buku resmi Pemakaman Katolik yang berisi Upacara Kremasi, mengandaikan Gereja Indonesia mengizinkan kremasi. Urutan upacaranya sama dengan upacara pemakaman jenazah. Sebelum kremasi, jenazah didoakan dalam Misa Requiem, lalu dibawa ke krematorium.
Ada kalanya jenazah harus segera dikremasi sebelum Misa Requiem. Kasus ini dapat terjadi bila yang wafat mengidap penyakit menular, jarak makam sangat jauh, dan mahalnya biaya pengiriman jenazah. Berdasarkan alasan tersebut, Gereja mengizinkan abu jenazah dalam bejana dihadirkan dalam Misa Reqiuem sebelum dikuburkan, atau disimpan di kolumbarium. Sebenarnya setelah kremasi, tidak ada lagi ritual lain.
Bagaimana ritual pengambilan dan penempatan abu dalam bejana sampai disemayamkan?
Komisi Liturgi, baik KWI maupun keuskupan-keuskupan, dapat membuat kebijakan sendiri untuk menjawab kebutuhan umat. Biasanya hal ini diserahkan kepada kebijakan pastor paroki. Misalnya, kita bisa mengadakan doa, nyanyian disertai bacaan Kitab Suci, saat abu dimasukkan dalam bejana, dan sebelum disemayamkan.
Bagaimana cara yang tepat untuk penyempurnaan abu jenazah?
Prinsipnya, baik pemakaman maupun kremasi, jenazah atau abu jenazah harus diperlakukan dengan hormat. Hal itu termuat dalam Order of Christian Funerals yang disahkan oleh Kongregasi Ibadat pada 1989. Alasannya, tubuh adalah bait Roh Kudus yang berakar dari sakramen pembaptisan. Gereja menghormati badan yang sudah disucikan dengan air baptis. Dalam kremasi, bejana abu jenazah hendaknya terbuat dari bahan yang layak.
Selama dalam perjalanan, bejana dibawa dengan hormat sampai pada peristirahatan terakhir. Praktik menebarkan abu jenazah di laut, di gunung, di udara ataupun di tanah, dianggap tidak hormat. Abu jenazah boleh dimasukkan ke dalam laut, tetapi harus ditenggelamkan bersama bejananya. Bukan dengan cara ditebar. Gereja juga melarang penyimpanan abu jenazah, baik di rumah keluarga maupun teman. Alasannya, rumah bukan tempat penyimpanan abu jenazah, dan praktik itu dapat menimbulkan kesan bahwa umat Katolik memuja arwah atau ”berkomunikasi” dengan arwah. Kolumbarium atau makam adalah tempat yang dianjurkan untuk menyimpan abu jenazah, baik permanen maupun sementara, sebelum dimakamkan di tanah maupun di laut.
Dalam Peringatan Arwah 2 November, apa yang harus dilakukan?
Umat dapat pergi menabur bunga di tempat abu jenazah disemayamkan. Bagi yang memakamkan abu jenazah di laut, tentu ada kesulitan mengenali tempat persisnya abu dilarung. Namun, Gereja menyatakan, pada Peringatan Arwah, umat yang berdoa di makam atau berdoa berturut-turut dari 2 sampai 8 November, akan mendapat indulgensi penuh. Ini berarti arwah yang abunya dimakamkan di laut pun bisa mendapat indulgensi. Bila tetap pergi ke tempat penenggelaman dan menabur bunga, usaha ini dimaknai sebagai ungkapan cinta dan bakti dari keluarga. Baik jika diadakan doa sebelum menabur bunga.
Apa pesan Romo terkait praktik kremasi?
Bila memilih kremasi, keluarga dan imam hendaknya memperhatikan upacara setelah kremasi. Buku Upacara Pemakaman tidak memuat ritual apa pun setelah kremasi. Maka, imam perlu bersikap bijaksana dalam membantu dan mengarahkan umat.
R.B. Agung Nugroho
dikutip dari : http://www.hidupkatolik.com/2012/01/10/kremasi-menurut-gereja
Kalo yang diatas menurut Katolik.
Baru tau, ternyata gak boleh ditebar. :think:
Bagaimana kremasi kalo menurut Kristen ?
-
Nah, saya juga baru tahu kalau tidak boleh ditebar, tetapi tidak tahu alasan pelarangannya, mengapa?
Karena pertama waktu melarung abu jenazah adik saya, ditebar, waktu melarung abu jenazah ayah saya, ditenggeamkan dengan gucinya.
Apa bedanya dan apa sebab larangannya?
-
Nah, saya juga baru tahu kalau tidak boleh ditebar, tetapi tidak tahu alasan pelarangannya, mengapa?
Karena pertama waktu melarung abu jenazah adik saya, ditebar, waktu melarung abu jenazah ayah saya, ditenggeamkan dengan gucinya.
Apa bedanya dan apa sebab larangannya?
Kita tunggu para Romo dan Pendeta turun tangan
:afro:
-
Ayo mana para romo dan Pendeta???
-
Ayo mana para romo dan Pendeta???
Bagaimana menurut Pendeta Siip
Monggo :nod:
-
Kalau sepengetahuan saya, di Indonesia kebanyakan Protestan 'melarang' kremasi jenazah, kecuali GKI. Sementara kalau di AS sepertinya sudah umum melakukan kremasi jenazah, dan banyak yang menyimpan abu jenazahnya di rumah, dan bahkan ditabur di berbagai tempat.
-
Kalau sepengetahuan saya, di Indonesia kebanyakan Protestan 'melarang' kremasi jenazah, kecuali GKI. Sementara kalau di AS sepertinya sudah umum melakukan kremasi jenazah, dan banyak yang menyimpan abu jenazahnya di rumah, dan bahkan ditabur di berbagai tempat.
Cari tempat yang indah ..... untuk columbarium :giggle:
-
Cari tempat yang indah ..... untuk columbarium :giggle:
Minat diluncurkan ke ruang angkasa gak, om kung?
http://www.celestis.com/?src=google/&gclid=CKSt0oHa_7sCFUtV4godXgYA0w
-
Minat diluncurkan ke ruang angkasa gak, om kung?
http://www.celestis.com/?src=google/&gclid=CKSt0oHa_7sCFUtV4godXgYA0w
Akhir hidup seseorang biasanya dikubur didalam tanah lalu menjadi santapan pasukan cacing dan binatang tanah lainnya. Ada pula yang habis dilalap api ( kremasi), sedangkan sebagian lainnya dibekukan atau dibuat mumi. Dengan demikian, para keluarganya tidak dapat lagi berdekatan dan melepas kerinduannya secara langsung.
Tetapi saat ini sebagian orang mendapatkan kesempatan untuk terus berdekatan dan bercengkrama dengan keluarga mereka yang telah meninggal. Sebuah perusahaan Swiss bernama Algordanza telah mampu mengubah jasad manusia menjadi “berlian” melalui suatu proses kimiawi. Mengubah jenazah menjadi berlian kini merupakan tren tersendiri di dunia barat. Sejak berdiri pada 2004, Algordanza yang berarti 'mengenang' dalam bahasa Romancsh (salah satu dari empat bahasa resmi Swiss), kini mempunyai cabang di 20 negara. Enam cabang di antaranya berada di Benua Eropa.
Proses pembuatan :
Untuk mengubah jasad manusia menjadi berlian, proses pertama yang harus dilakoni adalah pengkremasian. "Bila dikremasi, tubuh manusia menyisakan 2,5 kg hingga 3 kg abu. Namun, kami hanya mengambil 500 gram abu," jelas Rinaldo Willy, salah seorang dari dua pendiri Algordanza kepada Agence France-Presse.
Abu tersebut kemudian diproses secara kimiawi sehingga zat potasium dan kalsium terpisah dari karbon. Sekadar catatan, abu jenazah mengandung sekitar 85% zat potasium dan kalsium. Karbon itu lalu dimasukkan ke dalam bejana bertekanan tinggi dan dipanaskan dengan suhu mencapai 1.700 derajat celsius. Tindakan ini akan mengubah karbon menjadi grafit atau allotop karbon. Berkat tambahan tekanan dan panas, grafit akan berubah menjadi berlian.
Keseluruhan proses memakan waktu enam hingga delapan pekan, waktu yang singkat mengingat pembentukan berlian alami menghabiskan ribuan tahun.
Namun, kendati berlian telah terbentuk, proses belum rampung. Masih diperlukan pemolesan dan pemotongan untuk memenuhi permintaan khusus pelanggan. Sebagian besar menghendaki agar berlian menyerupai hati untuk dipakai sebagai kalung, liontin, dan cincin.
Para karyawan yang mengenakan kacamata pelindung sibuk berlalu lalang. Setiap pengunjung tidak boleh mendekati mereka dan harus senantiasa berada di belakang garis kuning-hitam. Menurut Rinaldo, itu sengaja dilakukan untuk menghormati mereka yang telah tiada. "Setiap berlian unik. Warnanya bervariasi, mulai dari biru gelap hingga putih. Ini adalah cerminan dari kepribadian," papar Rinaldo.
Berbicara mengenai harga, Rinaldo mematok nilai nominal antara 4.500 hingga 17.000 franc Swiss (sekitar Rp41,3 juta-Rp156,9 juta), tergantung berat berlian (yang mencakup 0,25 karat hingga 1 karat). Harga itu tidak termasuk pemotongan dan pembentukan berlian. "Di Eropa, ongkos pemakaman sangat mahal. Disamping ruang untuk makam makin sulit, biaya penguburan di Jerman, misalnya, mencapai 12 ribu euro," kilah Rinaldo.
Tetapi tidak semua orang sepakat dengan ide tersebut. Yannick Abel-Coindoz, juru kunci pemakaman Murith di Jenewa, menilai proses itu tidak sesuai dengan etika dan agama.
"Lagi pula mengenakan berlian yang terbuat dari jenazah orang yang Anda cintai justru membuat Anda semakin terikat. Sehingga, Anda tidak kunjung merelakan kepergiannya,anda mau???
dari berbagai sumber
dikutip dari http://www.gallerydunia.com/2011/01/pembuatan-berlian-dari-mayat.html
Ini dijadikan berlian .... karena sumber beritanya enggak kredibel .... diandaikan dapat dilakukan ....
Apakah diperbolehkan Gereja
:think:
-
saya bukan Pendeta
-
Ini dijadikan berlian .... karena sumber beritanya enggak kredibel .... diandaikan dapat dilakukan ....
Apakah diperbolehkan Gereja
Saya yakin, itu sudah termasuk tidak menghormati, seperti yang anda kutip dari Hidup, om. Jadi sudah pasti tidak direstui Gereja.
saya bukan Pendeta
Tetapi tidak dilarang memberi pendapat kan, om?
:D
-
saya bukan Pendeta
Malah lebih baik, kalo berpendapat mewakili pribadi
:afro:
-
Pan tadi katanya nunggu romo or pendetaa
-
Pan tadi katanya nunggu romo or pendetaa
Anggap saja sudah Pendeta om.
:D
-
Saya yakin, itu sudah termasuk tidak menghormati, seperti yang anda kutip dari Hidup, om. Jadi sudah pasti tidak direstui Gereja.
:D
Saya pernah baca, jangan sampai kremasi dianggap sebagai bentuk penolakan kebangkitan badan.
:)
-
Saya pernah baca, jangan sampai kremasi dianggap sebagai bentuk penolakan kebangkitan badan.
:)
Itu karena terlalu terikat pada pov manusia, seolah Tuhan tidak bisa membangkitkan kalau tubuhnya sudah jadi abu. Padahal dikubur pun bisa hilang lenyap.
:shrug:
-
Kalau sepengetahuan saya, di Indonesia kebanyakan Protestan 'melarang' kremasi jenazah, kecuali GKI. Sementara kalau di AS sepertinya sudah umum melakukan kremasi jenazah, dan banyak yang menyimpan abu jenazahnya di rumah, dan bahkan ditabur di berbagai tempat.
Apa memang ada ayat yg melarang kremasi ?
:)
-
Saya pernah baca, jangan sampai kremasi dianggap sebagai bentuk penolakan kebangkitan badan.
:)
Saya tertarik menanggapi ini.
Kalau jenazah yang dikremasi dianggap tidak bisa dibangkitkan, kasihan dong nasib orang2 Kristen yang mati terbakar sampai menjadi abu, termasuk orang2 kristen mula-mula yang dibakar pada masa penganiayaan oleh Nero dan kaisar2 romawi lainnya. :think:
-
Saya tertarik menanggapi ini.
Kalau jenazah yang dikremasi dianggap tidak bisa dibangkitkan, kasihan dong nasib orang2 Kristen yang mati terbakar sampai menjadi abu, termasuk orang2 kristen mula-mula yang dibakar pada masa penganiayaan oleh Nero dan kaisar2 romawi lainnya. :think:
Tapi ini betul terjadi mod.
Kisah nyata, masih termasuk keluarga saya sendiri.
Suaminya meninggal ketika masih beragama Buddhist dan dikremasi, istrinya kemudian masuk Kristen, yang kebetulan melarang keras kremasi.
Akibatnya si istri yang sudah tua menjadi galau, ia tak mau dikubur sendiri sementara suaminya dikremasi. Alhasil si istri pindah gereja yang mengijinkannya dikremasi kalau kelak dia meninggal.
Sekarang mereka berdua sudah bahagia bersama.
:)
-
Krn upacaranya Bro.
Kl greja mnentang kremasi, maka kl jemaatnya dikremasi ga dapat upacaranya
-
Krn upacaranya Bro.
Kl greja mnentang kremasi, maka kl jemaatnya dikremasi ga dapat upacaranya
Kalau gak dapat upacaranya, gak masuk sorga kah?
:grining:
-
kalo dikremasi bisa2 Tuhan lupa kasih tubuh baru beda dgn tubuh lama, ato tertukar2 dgn org lain :)
-
Bukan soal sorganya Bro, tp soal tanggapan keluarga/kerabat jika tidak ada upacara penghiburan.
Kesannya gimana gituh.
-
kalo dikremasi bisa2 Tuhan lupa kasih tubuh baru beda dgn tubuh lama, ato tertukar2 dgn org lain :)
masak Tuhan lupa?
-
Bukan soal sorganya Bro, tp soal tanggapan keluarga/kerabat jika tidak ada upacara penghiburan.
Kesannya gimana gituh.
Kalau tidak ada kebaktian penghiburan, apakah keluarga yang ditinggalkan tidak terhibur?
Kalau diadakan penghiburan, apakah keluarganya menjadi lebih terhibur?
:D
-
Kalau tidak ada kebaktian penghiburan, apakah keluarga yang ditinggalkan tidak terhibur?
Kalau diadakan penghiburan, apakah keluarganya menjadi lebih terhibur?
:D
Kalo ada kebaktian penghiburan, pasti terhibur.
Yang saya pernah ikuti, intinya percaya bahwa yg meninggal pasti akan bersama dengan Bapa di surga
:)
-
Kalo ada kebaktian penghiburan, pasti terhibur.
Yang saya pernah ikuti, intinya percaya bahwa yg meninggal pasti akan bersama dengan Bapa di surga
:)
Kalau tidak ada? .....
:P
-
Kalau tidak ada? .....
:P
Lho .... maksudnya apa Om ???
:what:
-
Kalau tidak ada penghiburan, maka tidak terhibur?
:D
-
Kalau tidak ada penghiburan, maka tidak terhibur?
:D
Waduh .... biar rekan2 Kristen Protestan saja yang jawab
:)
-
Lha ini kan lg ngomongin yg pindah greja krn beda doktrin soal kremasi toh?
Mgkn saja si org yg pindah greja itu mrasa thibur dan dberkati dg ajaran gereja yg moderat soal kremasi shg mreka mmilih dilayani oleh greja tsb.
Bisa juga krn takut jadi omongan orang kl ngga ada ibadah phiburan shg mreka mmilih greja yg moderat soal kremasi.
Kl pd dasarnya mnrt saya sih kremasi atau dkubur atau dmakan ludes sama singa atau tenggelem ke laut, tetep aja rohnya selamat dan tubuhnya akan dbangkitkan.
-
Kl pd dasarnya mnrt saya sih kremasi atau dkubur atau dmakan ludes sama singa atau tenggelem ke laut, tetep aja rohnya selamat dan tubuhnya akan dbangkitkan.
Saya setuju pendapat ini.
Hanya saja, bagi sebagian orang, dimakamkan mungkin terasa tidak hilang, tetapi masih ada tandanya, masih bisa dilihat. Kalau dikremasi dan dilarung, maka hilang tanpa bekas.
Tetapi, tujuannya apa sih? Untuk yang meninggal atau yang hidup? Karena kalau untuk yang meninggal memang sebenarnya sama saja.
Syalom
-
Kalau tidak ada penghiburan, maka tidak terhibur?
:D
Ibadah penghiburan adalah kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. Kalau mereka merasa tidak butuh dihibur dan tidak butuh ibadah penghiburan, tidak masalah kok jika tidak dilakukan ibadah penghiburan.
Tapi kesannya kok jadi seperti sombong dan antisosial gitu, karena ibadah penghiburan adalah wujud simpati dan kepedulian jemaat.
-
Ibadah penghiburan adalah kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. Kalau mereka merasa tidak butuh dihibur dan tidak butuh ibadah penghiburan, tidak masalah kok jika tidak dilakukan ibadah penghiburan.
Tapi kesannya kok jadi seperti sombong dan antisosial gitu, karena ibadah penghiburan adalah wujud simpati dan kepedulian jemaat.
OOT sedikit ya Mod Shakes ....
Di Kristen Protestan, apakah ibadah penghiburan juga berlaku 40 hari, 100 hari dan 1.000 hari ?
:)
-
Ibadah penghiburan adalah kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. Kalau mereka merasa tidak butuh dihibur dan tidak butuh ibadah penghiburan, tidak masalah kok jika tidak dilakukan ibadah penghiburan.
Tapi kesannya kok jadi seperti sombong dan antisosial gitu, karena ibadah penghiburan adalah wujud simpati dan kepedulian jemaat.
Setuju, walau kadang justru ibadah penghiburannya menjadi terlalu berkesan menyombongkan diri.
:)
-
Setuju, walau kadang justru ibadah penghiburannya menjadi terlalu berkesan menyombongkan diri.
:)
Lho kog ibadah penghiburan menjadi berkesan menyombongkan diri ??
:think:
-
Lho kog ibadah penghiburan menjadi berkesan menyombongkan diri ??
:think:
Pernah menyaksikan ibadah penghiburan yang berlangsung terus menerus selama berhari hari, om?
Saya pernah, he he he
:doh:
-
Pernah menyaksikan ibadah penghiburan yang berlangsung terus menerus selama berhari hari, om?
Saya pernah, he he he
:doh:
Secara Kristen ... tidak pernah
:)
-
Ibadah penghiburan adalah kebutuhan keluarga yang ditinggalkan. Kalau mereka merasa tidak butuh dihibur dan tidak butuh ibadah penghiburan, tidak masalah kok jika tidak dilakukan ibadah penghiburan.
Tapi kesannya kok jadi seperti sombong dan antisosial gitu, karena ibadah penghiburan adalah wujud simpati dan kepedulian jemaat.
ada acara makan2nya nga Mod :dance:
-
OOT sedikit ya Mod Shakes ....
Di Kristen Protestan, apakah ibadah penghiburan juga berlaku 40 hari, 100 hari dan 1.000 hari ?
:)
Tergantung denominasinya Kung.
Di gereja yang terkait dengan etnik tertentu biasanya melakukan itu, tapi lebih karena faktor sosial budaya, jadi supaya tidak terkesan menjauh dari adat kebiasaan masyarakat setempat. Nah, kalau bagi masyarakat setempat peringatan2 tsb identik dengan acara "selamatan" maka untuk orang Kristen diganti dengan ibadah penghiburan. Yang penting berkatnya sampai juga ke masyarakat sekitar, sehingga secara sosial tidak dicap asing dan sombong. :)
Pernah menyaksikan ibadah penghiburan yang berlangsung terus menerus selama berhari hari, om?
Saya pernah, he he he
:doh:
Etnik tertentu memang masih melakukan itu, tapi biasanya lebih karena tuntutan adat istiadat daripada tuntutan Gereja..
Kalau bagi kerabat mungkin malah jadi siksaan ya... :)
ada acara makan2nya nga Mod :dance:
Tergantung Tuan rumah, mau ngasih makan gak? :grining:
-
ada acara makan2nya nga Mod :dance:
Kalo itu pasti....
:dance:
-
Secara Kristen ... tidak pernah
:)
Ehhh, coba tanya dulu om Husada.
-
Ehhh, coba tanya dulu om Husada.
Berdasarkan daerah atau denom ??
:think:
-
Berdasarkan daerah atau denom ??
:think:
Gak tahu kalau di Sumatera. Kalau di Jawa tergantung denomnya. Soalnya ada juga gereja yang keras menentang peringatan2 40 hari, 100 hari, 1000 hari, dst.....
-
Kl di karismatik sudah pasti tidak ada 40 hari, 100 hari, 1000 hari atau 10000 hari.
Kl soal prayaan bhari-hari, bisa jg krn banyak kerabat dan teman yg mau datang melayat shg di spare sampai sebutlah 2 minggu supaya smua bisa ngumpul pd saat tutup peti.
Kl masih megang adat tradisi, bisa jg krn nunggu 'hari baik' utk dikubur. Tentu saja Kristen ngga sampe bgitu.
-
Kl di karismatik sudah pasti tidak ada 40 hari, 100 hari, 1000 hari atau 10000 hari.
Kl soal prayaan bhari-hari, bisa jg krn banyak kerabat dan teman yg mau datang melayat shg di spare sampai sebutlah 2 minggu supaya smua bisa ngumpul pd saat tutup peti.
Kl masih megang adat tradisi, bisa jg krn nunggu 'hari baik' utk dikubur. Tentu saja Kristen ngga sampe bgitu.
Di Kharismatik kan boleh di kremasi ya Bro Siip
Kalo abu nya ditaruh dirumah ... boleh gak ?
:think:
-
Ada bbrp Gereja karismatik yg tidak mbolehkan kremasi.
Greja tmpt saya bjemaat salah satunya, tp syukurlah Greja kami masih terbuka mlayani ibadah phiburan skalipun dikremasi.
Abu dtaroh drumah sih mnrt saya (ini mnrt saya) ndak apa spanjang ngga dijadikan sarana doa.