Kitab Suci mencatat bahwa ZINAH bukan hanya meliputi AKSI YANG KELIHATAN / AKSI YANG RAGAWI, melainkan juga meliputi HATI, NIAT, PIKIRAN.
Kasih saya kesempatan menjelaskan apa yang di benak saya ya medice
Apa yang ada di hati-niat-pikiran :
untuk membunuh ---> tidak boleh
untuk membenci ortu ---> tidak boleh
Dari contoh tsb, tidak ada jalan keluarnya sama sekali.
Tidak ada kata "asal" ataupun "kalau" ... pokok harga mati
.
sekarang fornication (berdasarkan masukan medice dan gavin)
Apa yang ada di hati-niat-pikiran :
pada gairah sex / birahi ---> tidak boleh
dari kata "fornication" pada perkataan Paulus di ayat yg nyuruh kawin ADA jalan keluar ..... dimana bahasa odading sehari hari menjadi :
untuk menghindari gairah sex / birahi pada orang lain, maka kawinlah ... jadi kamu boleh bergairah sex / naik birahi pada milikmu sendiri (yakni sang suami or istri).Tetapi kalimat tsb BUKAN begitu yang saya tangkep dari statement Paulus di ayat tsb ... melainkan : KARENA godaan2 ungu bisa menuntun ke aksi perbuatan sex, maka kawinlah ... agar godaan2 ungu kalian tersampaikan pada milikmu sendiri (sang istri or suami).
Dan tidak akan ada jalan keluar pada godaan2 niat utk membunuh - dengan tidak akan pernah ada kalimat seperti sbb :
karena godaan2 ingin membunuh/membenci bisa menuntun ke aksi pembunuhan, maka piaralah semut, agar godaan2 tsb bisa tersalurkan pada milikmu sendiri (mitesin semut2 piaraan
).
Oleh karena itu saya menangkapnya, sexual desire itu default-nya (kodrat) manusia.
Secara umum, sepertinya Paulus menganggap sexual-desire (birahi - niat/keinginan sex) adalah suatu hal yang masih bisa dimengerti/diterima/lumrah ketimbang nafsu membunuh, niat membunuh, mencuri, dlsb.
Perwujudan sexual desire (niat sex) adalah adanya aksi seksual yang mencapai sexual pleasure (orgasme/klimaks/ejakulasi)
Perwujudan niat membunuh adalah adanya aksi pembunuhan yang mencapai kepuasan dendam.
Matius 5:28
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah (committed adultery) dengan dia di dalam hatinya".
Taroh kata, kalimat di ayat tsb
(seperti yang medice dan gavin statementkan) maksudnya adalah juga fornication selain adultery ---> Maka kepanjangan dari ayat tsb adalah : "asal kalo ke istri/suami sendiri, itu tidak zinah".
Heran juga saya dengan kalian-kalian ini.....
Nah tuh... ngambek deh si boss medice ...
.
dari awal sudah saya katakan bahwa sexual pleasure adalah bonus/additional dari suatu marital intercourse.
Bagaimana dengan "nasib" sexual desire ?
.
Kalau melihat istri sendiri (udah nikah sah) gimana ?
ya ngga apa-apa dong,... (kan fornication itu dengan wanita lain yg bukan isteri/belum nikah).
Nah... apakah sexual desire termasuk bonus buat orang yang menikah ?
Belum menikah ---> birahi ama sso = tidak boleh, bonus belon bisa/boleh diambil ??
Sudah menikah ---> bonus baru boleh diambil, yakni birahi ke pasangannya ??
Iya kan saya udah bilangin bahwa fornication itu juga aksi perbuatan.
fornication itu MEMANG aksi perbuatan --->
verb, to fornicate = melakukan perbuatan sex diluar pernikahan --->
to fornicate itu nggak sama dengan
to think / to will / to plan about sex outside marriage loh gavin
.
Makanya saya binun, ini ngomong pasutri kok tiba2 fornication gituloh...
karena fornication itu mengandung unsur awal dari adanya sexual desire, terjadi kegiatan sex, tercapai sexual pleasure.
Demikian juga pada pasutri ... mengandung unsur awal dari adanya sexual desire, terjadi kegiatan sex, tercapai sexual pleasure.
Bedanya, yang satu diluar pernikahan - yang satu lagi didalam pernikahan
.
Hubungannya adalah ke tentang
ejakulasi/klimaks/orgasme.
Baik yang didalam pernikahan maupun yang diluar, keduanya ADA orange (SP) ---> dan ini secara general.
Namun yang saya mau tanyakan adalah bukan secara general,
melainkan secara "problema sex" yang bisa terjadi pada pasutriSaya kesulitan kalau gavin/medice atopun temen laen nggak mencoba memposisikan diri sebagai pasutri yang mengalami problem tsb
IMO, tidak
semua orang Kristen tidak akan mungkin mengalami problem tsb ... pasti ada satu atopun dua pasutri Kristen yang mengalami problem ini. YA, saya mengerti ... kalo pasutri Kristen mengalami problem ini maka jawaban yang paling mudah adalah
"yah... berdoa aja ama Tuhan" tapi kalimat tsb biasanya keluar dari orang yang tidak atopun tidak pernah mengalami problem tsb
... dan (imo) manusia-pun harus berusaha mencari jalan keluar yang kayak begimana yang terbaik, bukan sekedar
"yah berdoa aja ama Tuhan" .
Saya cuma pingin tau, bagaimana Kristen "mengambil sikap" semisal ada pasutri yang datang dengan membawa problem tsb yang justru problem ini keluar karena pengetahuan pasutri pada batasan2 SP yang ada pada keKristenan ... apakah cukup cuma dengan memberi solusi "yah berdoa aja ama Tuhan ?" ataukah menjelaskan bahwa batasan2 SP tsb jangan sampai menjadi batu-sandungan mereka ?
Jujur saya nggak gitu nangkep atopun mengerti kalau dikatakan SP itu bonus/tambahan/additional
dikala union pada pasutri. Karena kalo SP = bonus
optional, lalu union itu sendiri apa ? Dilakukan hanya utk reproduksi (dapet anak) ?
TANPA boleh adanya niat/harapan/tujuan pasutri utk hanya mendapatkan bonus tsb ?
.
Kalau jawaban-nya :
YA - tidak boleh.Pertanyaan-nya : mengapa ngitung2 kalender (KBA) ?
Kalau jawaban-nya :
Boleh koook Pertanyaan-nya problem sex pasutri : SP yang tidak bisa tercapai dikala event penetrasi ?
Kalo jawabannya muter lagi : loh... SP itu cuma sekedar bonus kook... tercapai atopun tidak tercapai jangan komplain donk ... itu bukan suatu problem laaah...
SP jadi kayak ibarat dapet anak .... dapet SP = bonus, dapet anak = bonus. Dapet nggak dapet jangan komplain .Maka kembali lagi : Jadi pasutri melakukan union itu nggak boleh hanya utk bertujuan/berniat/kepingin dapet SP (bonus) ?
Bianglala dufan seharian muter masih kalah ama komedi puter kita ... hehehehe...
salam.