Ataukah mungkin "Rusak Total" ini sekedar menggunakan perkataan hiperbolis ?
kalo untuk jadi panutan dirsen (imo) bisa/boleh juga kok rustot secara literal, phooey. Malah boleh lebih parah lagi, terserah pov individu ybs, SELAMA (dgn syarat) itu bener2 keluar dari hati nuraninya.
"repot"nya, bisa pula kemungkinan digunakan oleh orang pemaham rustot ini sebagai alasan (senjata) dimana perasaan rustot itu bukan keluar dari hati nuraninya, melainkan sekedar ngikutin konsep-nya rustot. Dan (imo) ini malah bisa jadi menjerumuskan.
Saya berkhayal :
dalam menginjili itu kayaknya ada kemungkinan mempunyai 2 metode (bersifat konsisten dari pov si penginjil tsb).
A. "rustot" dipake dalam positive sense (hiperbolis).
Disini point fokusnya mengutamakan bhw Allah SUDAH mengasihi semua (baik si penginjil maupun si pendengar), lalu diakhiri dgn pertanyaan (misal) :
"nah sodara2ku yang terkasih, apakah kita sudah mengasihiNYA ?" ---> otomatis disini melibatkan WILL si pendengar.
B. rustot dipake in negative sense (literal).
Disini point fokusnya mengutamakan bhw Allah
BELUM ketauan mengasihi atau kagak ke semua (baik si penginjil maupun si pendengar), lalu diakhiri dgn pertanyaan (misal) :
"nah sodara2ku yang terkasih, apakah kita sudah mengasihiNYA ?" ---> namun kalimat lanjutannya adalah : "tapi kalian gak akan bisa mengasihiNYA deh .... mesti Allah dulu yang mengasihi kamu - baru kamu bisa mengasihi Dia ... so, ya silahkan tunggu aja ya ... ketika kamu mengasihi Dia ... nah disitulah artinya Allah mengasihi kamu duluan".
Alamak... ribet dan mengerikan banget itu point-B
.
Apa ada yang pernah make metode penginjilan kayak point-B ?
Apabila metode-B nggak pernah dipake, maka artinya penginjil yg memegang pedoman
rustot literal itu lagi nggak konsisten
salam.