Author Topic: Mengapa perempuan Kristen tidak bertudung ketika beribadah?  (Read 4947 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Mengapa perempuan Kristen tidak bertudung ketika beribadah?
« Reply #60 on: June 19, 2013, 08:41:24 AM »
Kok saya masih belon ketemu apa hubungannya/koneksinya dengan bunyi ayatnya - pada kata "oleh karena", ya medice ? :).

(10) Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.

Clue pertama utuk memahamai ayat tersebut, imho, adalah pada kalimat "every woman that prayeth or prophesieth". Hal ini menyatakan "public appearance". Dalam suatu peribadatan.

Jadi jika sebuah keluarga (isteri, suami, dan anak-anak) berdoa atau ibadat keluarga.... maka perempuan (isteri dan anak2 gadisnya) ==> tentunya GAK DIHARUSKAN untuk menggunakan tudung.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa 'penghinaan' dimaksud jika seorang perempuan tidak menggunakan tudung saat peribadatan/liturgy ==> bukan hanya menyangkut si perempuan itu sendiri dan suaminya, tetapi juga keseluruhan upacara peribadatan tersebut ( umat lainnya, imam, dan para Malaikat Surgawi). Dipercaya, bahwa malaikat hadir dan turut serta dalam setiap peribadatan/worship.

 "The angels are present here. Open the eyes of faith and look upon this sight. For if the very air is filled with angels, how much more so the Church! ...Hear the Apostle teaching this, when he bids the women to cover their heads with a veil because of the presence of the angels." ==> St. John Chrysostom, Sermon for the Ascension (c. 407)
====

Jadi, entah malaikat dimaksud di 1 Cor. 11:10 adalah benar-benar Malaikat surgawi atau sebutan lain merujuk ke Iman/Penatua ==> koneksi jelas. :D

St. Thomas menambahkan (dalam hal Malaikat dimaksud adalah Imam dalam suatu Peribadatan) alasan kenapa penudung kepala harus dipakai oleh Perempuan dari Kitab Sirakh (deuterokanonika).

Sirakh 7
29 Hendaklah bertakwa dengan segenap jiwamu, dan junjunglah tinggi para imam Tuhan.
30 Kasihilah Penciptamu dengan segala kekuatanmu, dan para pelayan-Nya jangan kauabaikan.
31 Takutilah Tuhan dan hormatilah para imam, dan bayarlah bagian mereka seperti yang menjadi kewajibanmu: buah bungaran, korban penebus salah dan bahu binatang korban, korban pengudus serta bagian pertama dari barang kudus.


Quote
Saya sempet ketemu di internet, artikel mengajukan yang lebih logikal (maap... saya sudah gak tau link-nya apa) --- di artikel dibilang bhw maksudnya "angels" disitu adalah utusan2.

Utusan2 ini-lah yang ngadu ke Paulus ttg jemaat wanita Korintus tidak mengenakan tanda wibawa di kepalanya ... dan Utusan2 ini complaint about that.

bahasa sehari-harinya Paulus :
makanya ... (sebab itu) cewe2 pada pake tanda wibawa aja dah ... supaya para Utusan nggak pada complaint lagi :D.

:)
salam.

AFAIK, Aggelos/angelus/angle/malaikat ==> bisa merukuk kepada human ataupun divine messenger.... namun yang mengutusnya adalah Tuhan, bukan manusia ataupun jemaat.

Nah, utusan yang Anda maksud di atas.... yang mengutusnya siapa?

- Jemaat Korintus?
- Orang secara pribadi dari Korintus
- Tuhan?

====

Salam,

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Mengapa perempuan Kristen tidak bertudung ketika beribadah?
« Reply #61 on: June 19, 2013, 08:56:25 AM »
:deal: :deal: :deal: :deal: :deal:

betul sekali , dalam membahas Alkitab perlu diperhatiakn sebagai bahan pertimbangan adalah ::

a) kepada siapa ayat tersebut dimaksud
b) Zaman dan kemajuan Zaman ( Teknologi dsb)
c) budaya setempat
D )agama setempat
e ) situasi saat itu

ada tambahan lain ???

Tuhan Yesus memberkati


Han

Bisa jadi,  VEIL/TUDUNG bagi perempuan dalam peribadatan adalah sesuai Adat-istiadat, tapi hakekat dari penggunaannya menurut saya bukanlah karena adat-istiadat. Hakekat dari ajaran tersebut sangat jelas dinyatakan di ayat 3 ["Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah."]

Jika budaya Korintus menggunakan VEIL/TUDUNG bagi perempuan sebagai tanda bahwa LAKI-LAKI adalah kepala Perempuan maka budaya lain mungkin menggunakan bentuk lain.

Barangkali, marga di budaya Batak yang mengambil dari marga Ayah/Laki-laki (Patrilinial) bisa menjadi alasan teologis selain alasan adat istiadat. :grining:

====

Salam,

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Mengapa perempuan Kristen tidak bertudung ketika beribadah?
« Reply #62 on: July 27, 2013, 02:11:55 PM »
Judul trit ini bagus juga kalau dirubah menjadi: Dari Tudung ke Marga Batak   :lol: :drool: :drool: :drool:
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Mengapa perempuan Kristen tidak bertudung ketika beribadah?
« Reply #63 on: August 01, 2013, 05:52:54 PM »
Bisa jadi,  VEIL/TUDUNG bagi perempuan dalam peribadatan adalah sesuai Adat-istiadat, tapi hakekat dari penggunaannya menurut saya bukanlah karena adat-istiadat. Hakekat dari ajaran tersebut sangat jelas dinyatakan di ayat 3 ["Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah."]
yg bold saya sependapat ... dan sepertinya yg bold itulah sehingga dibuatnya thread ini oleh shakes ...

Quote
Jika budaya Korintus menggunakan VEIL/TUDUNG bagi perempuan sebagai tanda bahwa LAKI-LAKI adalah kepala Perempuan maka budaya lain mungkin menggunakan bentuk lain.
saya juga sependapat disini.

So... boleh donk kalo saya mengertikan bhw BUKAN Veil/Tudung-nya (benda buatan) yang menjadi fokusnya ... melainkan TANDA bhw laki2 adalah kepala perempuan (bukan dalam pengertian konotasi negatif) .. :D.

Aplikasinya dari tanda-kepatutan tsb adalah tergantung sosbud sikon setempat dan jaman yang sedang berlaku --- rujukannya ayat merah diatas, bukan benda Veil-nya.

Sekalipun sosbud dan sikon setempat tidak mempunyai "aturan" khusus - ayat merah tetep berlaku ... seorang wanita Kristen kurang sedap dipandang mata dgn penampilan kepala dengan model rambut cepak di cat warna-warni pelangi, misalnya :D.

:)
salam.

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Mengapa perempuan Kristen tidak bertudung ketika beribadah?
« Reply #64 on: August 02, 2013, 06:14:31 PM »
(1Kr 11:5)  Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.


Seringkali yang saya dengar, ayat tersebut ditafsirkan sebagai berkonteks budaya, sehingga karena konteks budaya masa kini tidak lagi relevan, maka perempuan Kristen tidak harus bertudung ketika berdoa/beribadah.
Tetapi kalau kita perhatikan ayat2 berikutnya:

(1Kr 11:7)  Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
(1Kr 11:8)  Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki.
(1Kr 11:9)  Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.
(1Kr 11:10)  Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.

Kalau melihat ayat2 lanjutan di atas, jelas Rasul Paulus tidak berbicara mengenai alasan kultur atau sosiologis ketika memerintahkan perempuan bertudung ketika berdoa, melainkan justru alasan teologis (perempuan diciptakan dari laki2, perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki, tanda kewibawaan oleh karena malaikat, dsb). Lebih lanjut bahkan dikatakan:

1Kr 11:13  Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?

Jadi, mengapa jaman sekarang tidak diwajibkan perempuan bertudung/memakai penutup kepala ketika berdoa? Bagaimana pendapat rekan2 FIKers?

Salam

Topik yg menarik, bro shakespeare!!  :afro:

IMHO, kunci jawaban dari persoalan ini ada di ayat 6:

1 Kor 11 : 6 Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.

IMHO, dari sini dapat kita lihat bahwa hal menudungi kepala adalah suatu kebiasaan, bukan hukum / keharusan. AFAIK, dalam adat kebiasaan Yahudi, perempuan tidak pernah menggunting rambutnya, kecuali dalam keadaan2 istimewa, misal dalam masa perkabungan. Wanita dalam tradisi waktu itu sangat menghargai rambut mereka, jadi adalah suatu bentuk penghormatan dan menunjukkan kepatuhan sekaligus kesederhanaan, bahwa mereka menudungi rambut mereka ketika hendak menghadap Tuhan.

Kalo dalam masyarakat modern sekarang ini, wanita memotong rambut adalah hal yg wajar dan bukan suatu penghinaan, malah banyak wanita2 yg rambutnya dipotong pendek seperti laki2. Dengan kata lain kebiasaan menutup rambut dalam masyarakat modern tidak lagi menunjukkan sikap kesedarhanaan dan kepatuhan. Jadi kebiasaan menutup rambut bagi wanita dalam Gereja modern ini IMHO tidak lagi relevant.

Jika dilihat dari sudut pandang hukum Gereja Katolik Ritus Latin, kebiasaan bagi wanita utk menudungi rambutnya telah dinyatakan secara definitif sebagai "kebiasaan yg tidak lagi memiliki nilai normatif".

INTER INSIGNIORES
Declaration on the Admission of Women to the Ministerial Priesthood (15 October 1976)
Sacred Congregation for the Doctrine of the Faith


... ... ...But it must be noted that these ordinances, probably inspired by the customs of the period, concern scarcely more than disciplinary practices of minor importance, such as the obligation imposed upon women to wear a veil on the head (1 Cor 11:2-6); such requirements no longer have a normative value.
http://www.ewtn.com/library/CURIA/CDFINSIG.HTM


===========================================================

Menarik utk diperhatikan juga, bahwa sebenarnya kebiasaan wanita menutupi rambutnya dalam misa / ibadah pernah menjadi suatu keharusan dalam Gereja Katolik, bahkan merupakan suatu hukum, sebagaimana dinyatakan dalam "Code of Canon Law" yg dikeluarkan pada tahun 1917.

Canon #1262, Code of Canon Law 1917
#2 Both in and outside the church, men shall assist at sacred ceremonies with their heads uncovered, unless the approved usage of the people or particular circumstances require a different practice; women shall assist at them with head covered and dressed modestly, especially when they approach the holy table.


Tapi perlu diingat, bahwa dalam Gereja Katolik, hukum adalah hukum, bukan doktrin apalagi dogma. Dan hukum, termasuk Hukum Kanonik, dapat diubah/direvisi oleh otoritas Gereja, dan hukum2 itu tidak akan pernah bertentangan dengan dogma dan ajaran2 infallible Gereja.
Berdasar dari pemahaman ini, kita akan melihat bahwa Code of Canon Law yang dikeluarkan kemudian hari pada tahun 1983, menyatakan demikian:

Canon #6, Code of Canon Law 1983
#1When this Code takes force, the following are abrogated:
1° the Code of Canon Law promulgated in 1917;
2° other universal or particular laws contrary to the prescripts of this Code, unless other provision is epxressly made for particular laws;
3° any universal or particular penal laws whatsoever issued by the Apostolic See, unless they are contained in this Code;
4° other universal disciplinary laws regarding matter which this Code completely reorders."


Dan butir kedua dari canon 6, Code of Canon Law 1983 menyatakan demikian:
#2 Insofar as they repeat the former law, the canons of this Code must be assessed also in accord with canonical tradition."

Mengingat canon 1262 dalam Code of Canon Law tahun 1917 tidak diulang dalam Code of Canon Law tahun 1983, mengingat pula ajaran definitif dalam "Inter Insigniores", maka dalam Gereja Katolik, kebiasaan wanita menutup kepalanya adalah sepenuhnya pilihan.
IMHO, adalah sangat baik bagi wanita menutupi kepalanya, sebagai penghormatan dan meneruskan tradisi / disiplin kuno yg diwarisi dari para rasul. Tetapi jika seorang wanita katolik tidak menutupi kepalanya, selama dia tetap menudungi hatinya, maka wanita tersebut tidak melanggar kemuliaan Allah ketika dia datang menghadap Tuhan dalam ibadah / misa.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)