JAKARTA, KOMPAS.com - Terduga teroris yang duduk bangku sekolah kemungkinan kurang puas dengan materi pelajaran agama yang diperolehnya di sekolah. Sehingga, untuk memuaskan diri, maka mereka mencoba mencari tambahan pengetahuan di luar sekolah.
"Pendidikan agama disekolah mungkin tidak memuaskan secara intelektual. Jadi kalau ada tawaran yang lebih memuaskan, mereka akan cari tahu di luar sekolah," kata Abduhzen, Pengamat Pendidikan Universitas Paramadina kepada Kompas.com, Selasa (30/10/2012).
Abduhzen menambahkan, hasrat intelektual mengenai agama yang terus meningkat membuat siswa mencari sumber lain yang terkadang malah memberikan ajaran yang salah.
Selain itu, menurut beberapa penelitian, perkumpulan agama di sekolah tak bisa dipungkiri terkadang menyiratkan ajaran radikal yang bisa menyeret para siswa ke dalam pemikiran yang menjurus pada tindakan terorisme.
Menurut Abduhzen, peningkatan mutu pelajaran agama di sekolah dapat mencegah rekrutmen teroris pada tingkatan sekolah.
Kasus terorisme yang melibatkan anak muda, terlebih mereka yang duduk di bangku sekolah memang sangat memprihatinkan.
Tidak hanya pelajaran agama, kata Abduszen, lingkungan tempat tinggal juga bisa mempengaruhi dan memberikan sumbangsih pergeseran sosial kepada siswa. Untuk itu, peran keluarga dan masyarakat bisa mencegah berkembangnya terorisme di kalangan siswa sekolah.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang terduga teroris, Davit Ashari (19), yang ditangkap di Palmerah, Sabtu (27/10/2012), tercatat sebagai pelajar di Sekolah Pelayaran Menengah (SPM) Tri Arga 1 Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Davit terdaftar sebagai siswa kelas tiga sekolah tersebut. Davit ditangkap Densus 88 di kediamannya di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat bersama kakak kandungnya, Herman.