"KAMI MENCINTAIMU PAPA BENEDIKTUS XVI"
(Pelajaran indah dari pengunduran diri Paus Benediktus XVI)
Pengantar:
Disadari atau tidak, tapi pangkat, kedudukan, uang dan harta adalah faktor-faktor yang mendatangkan kesenangan (kepuasan) bagi setiap orang di dunia ini. Banyak orang melekat pada apa yang dimilikinya sehingga seakan telah menyatu dengan kepribadiaannya sebagai manusia, yang terungkap dalam kelekatan pada materi/barang, keinginan dan kehausan untuk berkuasa terus dalam sebuah jabatan atau bahkan untuk sebagian orang, pengunduran diri dari sebuah jabatan/kedudukan adalah bentuk kelemahan manusiawi.
Dari kemarin, hari ini bahkan sampai seterusnya "berita tentang pengunduran diri Paus Benediktus XVI" akan menjadi buah bibir masyarakat dunia, yang memunculkan pertanyaan "mengapa dan untuk apa." Biarlah dunia bertanya, berdiskusi dan berdebat tentang itu, tapi marilah kita belajar dan memaknai beberapa nilai yang ditunjukkan oleh Paus Benediktus XVI lewat keberanian dan kerelaan untuk mengundurkan diri dari jabatan sebagai Paus, Pimpinan Tertinggi Umat Katolik sedunia.
Beberapa nilai yang patut direnungkan dan dijadikan sebagai contoh:
1) KESADARAN DIRI AKAN KERAPUHAN DAN KETERBATASAN:
Hukum gereja sendiri tidak mencantumkan tentang "jabatan seumur hidup" bagi seorang Paus. Namun, dalam prakteknya, hampir semua paus menjabat (menggembalakan umat) dari kursi Petrus sampai pada saat kematian menjemput. Contoh paling mutakhir adalah Paus Yohanis Paulus II. Kini, Paus Benediktus XVI mengejutkan dunia dengan berita pengunduran dirinya yang akan berlaku efektif (remsi) pada tanggal 28 Februari, 2013 pukul 20.00. Ini adalah bentuk "KESADARAN DIRI" yang sangat tinggi dari seorang Paus, yang tentunya dilatar belakangi oleh "nilai kerendahan hati" yang sangat mendalam darinya. Kesadaran bahwa Roh Kudus akan selalu menuntun dan menguatkannya di satu pihak, tidak serta membebaskannya dari kerapuhan, kelemahan dan keterbatasannya sebagai manusia di lain pihak.
2) HARTA DAN JABATAN (KEDUDUKAN) HANYALAH SEMENTARA
Kendatipun waktu berlakunya akan terjadi pada tanggal 28 Februari 2013, tapi berita pengunduran diri ini sendiri menjadi pelajaran baik nan bijak bagi mereka yang menduduki jabatan/kedudukan di pemerintahan maupun secara khusus para uskup (Kardinal) dan para imam di dalam Gereja Katolik. Kenyataan bahwa misalnya beberapa uskup sulit untuk meninggalkan jabatannya walaupun sudah lewat dari batas normal, atau kesulitan beberapa imam untuk mengundurkan diri dari tugas pelayanan formal di tengah umat karena faktor usia, sakit mental dan fisik hendaknya bercermin pada sikap tegas sebagai ungkapan kerendahan hati dari Paus Benediktus XVI, yang berani mengundurkan diri dari jabatanya sebagai Paus, Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik sedunia. Baginya, tugas ini adalah panggilan untuk pelayanan, tapi pelayanan yang efektif menuntut kebugaran fisik dan psikis sehingga lewat tutur kata, tindakan dan kehadirannya, umat dihantar kepada Allah. Karena itu, dalam kesadaran seperti ini, beliau mengatakan; "Biarlah aku menghabiskan sisa hidupku dengan bermenung dan berdoa." Ya, berdoa untuk Gereja yang telah dipercayakan oleh Sang Pemilik, Yesus Kristus kepadanya, dan yang sekarang harus ditinggalkan lewat peristiwa pengunduran dirinya (Meninggalkan dalam arti fungsi jabatannya, tapi hatinya tetap untuk Gereja lewat doa-doanya).
3) BIARLAH DIA SEMAKIN BESAR DAN AKU SEMAKIN KECIL
Ini adalah ungkapan terkenal dari Yohanes Pembaptis ketika kepadanya para muridnya mulai berbicara tentang Yesus. Yohanes menjawab dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati; "Biarlah Dia semakin besar dan aku semakin kecil." Dalam arti dan makna yang sama, Paus Benediktus XVI mempersiapkan jalan bagi penggantinya, yang diharapkan lebih muda (Berdasarkan pilihan Roh Kudus lewat pemilihan Paus Baru) untuk menuntun Gereja Kristus di dunia ini. Biarlah dia menjadi besar, terutama ditujukan kepada Kristus dan Gereja-Nya, tapi juga dalam arti yang sama ditujukan kepada penggantinya kemudian, sementara ia (Paus Benediktus XVI) mengkhususkan diri dalam doa dan tapa untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan Gereja Kristus di dunia ini.
Penutup
Kita semua boleh bersedih ketika membaca dan mendengarkan berita pengunduran diri Paus Benediktus XVI. Akan tetapi, bila disadari maka hal seperti ini "hanya bisa dibuat oleh seorang pribadi yang beriman dan rendah hati." Hal ini mengingatkan saya akan kesan seorang imamnya, imam keuskupan Roma (Paus Benediktus XVI sebagai uskup Roma), yang adalah profesorku di bidang hukum gereja: "Banyak orang mungkin hanya melihat ketegasan Paus Benediktus XVI dari ajaran dan pembicaraannya tentang iman dan moral. Akan tetapi, bila Anda berada di sekitarnya, maka Anda akan merasakan "aroma kerendahan hati dan kesuciannya" akan membuatmu terpesona seakan berada bukan di dunia ini."
Marilah kita berdoa untuk Paus Benediktus XVI...Semoga Tuhan yang telah memanggil dan memilihnya menjadi Paus, Dia juga akan menjaga dan menuntunnya sampai akhir hayatnya.
"We love you, Papa!" Terima kasih papa Benediktus!.
Salam hormat,
Romo Inno