KAWAH IJEN.
Kawah be-radius 361 meter ini merupakan salah satu danau belerang yang ter-asam di dunia. Ketinggian Ijen sekitar 2600 meter, dimana ketinggian dari bibir-kawah sampai ke kawahnya adalah 300 meter. Kawah ini di-"daya gunakan" sebagai sumber penghasil belerang terbesar di Indonesia dengan para penambang-nya yang amat sangat sangat bekerja keras turun-naik Ijen utk mengambil belerang sebagai mata pencaharian mereka.
Nyepi kemarin saya berkesempatan mengunjungi Kawah Ijen.
"keAgungan Tuhan" (dengan tanda petik / kiasan) adalah pembelajaran buat saya dalam melihat
para penambang tsb dan keAgungan MahaKaryaNYA adalah ke-indahan Kawah itu sendiri yang tentu sudah nggak perlu diragukan lagi
.
Berikut beberapa foto yang sempet saya ambil .... mungkin bagi yang melihatnya akan membosankan, dimana bagi saya tidak membosankan karena saya lagi lebih berfokus kepada para penambang belerang disana
.
Dua orang penambang sedang mendaki membawa hasil belerang
dari danau menuju bibir kawah dgn ketinggian 300 meter,
melintasi batu2 terjal, licin dan berbahaya - sambil menghirup asap belerang.
Dikala orang tidur nyenyak, para penambang sudah ada yang mulai bekerja sejak pukul 1 dini hari.
Dengan bermodalkan tenaga, keranjang bambu dan besi pencongkel, berjalan kaki dari lereng gunung
sejauh 3 km dengan variasi tingkat kemiringan 45 - 60 derajat untuk sampai di bibir kawah.
Tampak dari kejauhan beberapa para penambang yg berjalan memikul keranjang bambunya di bibir kawah.
Keranjang berisi belerang ini mempunyai variasi berat total dari 75 kg s/d 100 kg !
(tergantung kekuatan fisik dari masing2 para penambang)Dikarenakan terlalu seringnya pundak terbebani beban berat,
banyak para penambang yg mengalami pergeseran tulang pada tubuhnya
serta "kapalan" di pundaknya
(kulit yang mengeras dan membenjol).
Salah satu penambang yang sedang berjalan menuju kawah.
Pendakian ini adalah yang kedua kalinya mengambil belerang.
Rata2 mereka melakukan pengambilan bervariasi dari 1 sampai 3 X.
Menuruni gunung sambil membawa hasil kerja-nya dan melintasi pohon yang tumbang.
Akh ... akhirnya berhasil juga pohon tumbang tsb dilalui,
melenggang menuju pos penimbangan di lereng gunung ...
belerang yang dibawanya tsb
hanya! dihargai sebesar Rp 780,- / kg.
("hanya" dimata saya, tetapi TidakHanya bagi mereka).Sambil berjalan, tetap tersenyum dalam menghadapi "keras"nya pekerjaan mereka.
Usia para penambang ini berkisar mulai dari 22 tahun s/d 60 tahun.
sepanjang yg sempet saya tanya2i mereka....
ya, tiap penambang yg sempet ngobrol dengan saya tak tanya2-in ...
Berubahnya suhu yang drastis antara sebelum matahari terbit dengan sesudah matahari terbit,
terkadang membuat mereka melepas baju-nya saking hawa yang panas dan gerah.
Saat itu sekitar jam 9 pagi.Bunyi "kriet kriet" dari keranjang bambu berisi belerang yang dipikul mereka
terdengar "memilukan" buat saya, namun terdengar "dapur ngepul" buat mereka.
Disaat balik turun menuju lereng gunung, mendengar bunyi tsb - saya buru2 berbalik
dan terpaksa berjalan mundur utk mengambil foto2 mereka sedang berjalan -
karena akan menambah beban mereka kalo mereka berhenti/dihentikan.Yang termuda, berumur 22 tahun - beristirahat sebelum menuju pos penimbangan.
Beberapa hasil kerajinan tangan ukiran belerang para penambang itu sendiri.
Salah satu keAgungan MahaKaryaNYA.
Terimakasih Tuhan atas Pembelajaran ini dengan memberikan saya kesempatan untuk mengetahuinya secara lebih jauh
:signofcross.
Ada yang tertarik ? silahkan mulai susun rencana ...
salam.