namun Alkitab "memaksa" kita untuk menangkap intisarinya, maksud penyampaiannya, tendensinya dan substansinya yang tentu saja kita percaya sebagai Firman Allah
Kadang saya bertanya-tanya : apakah karena bold - maka orang2 menjadi "terpaksa" ungu ?
.
ataukah jangan2 ... sebenernya Alkitab tidak pernah "memaksa" melainkan orang2 itu sendiri yg memaksakan diri ungu Alkitab ?
.
rumusnya: Alkitab itu sebenernya memanglah GUIDE, bukankah sandaran apapun kita harus berdasar Alkitab? bahasa protestannya "otoritas tertinggi" segala tulisan bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan"?
Baiklah, saya mencoba untuk juga berpendapat bhw bold = sependapat dgn onde...
.
Maka timbul Q&A dibenak odading :
pada yang merah "menyatakan kesalahan" ---> maka dari sini logiknya adalah :
hanya ada 1 kebenaran dari tiap
interpretasi ayat.
Pertanyaan-nya :
Kenapa bisa timbul perbedaan interpretasi ?
Secara general, biasanya ada semboyan :
yang duluan - itulah yang benar .
Jadi
yang duluan mengeluarkan interpretasi pada tiap ayat --- dialah yang benar --- interpretasi tsblah yang
1 kebenaran.
Apabila blakangan muncul interpretasi yg lain ... maka
1 kebenaran tsb yang dijadikan acuan utk "menyatakan kesalahan" orang yg membuat interpretasi lain.
Yang saya mau tau :
apakah ada sistem "hukum" yg juga bersifat
1 kebenaran yg diberlakukan oleh ijo ?
IMO, seyogyanya sih ada DAN baku (tidak terpengaruh logik individu, moral, ilmu, jaman, sosbud, dlsb).
namun, alkitan seperti layaknya peta harta karun, mememerlukan TOOLS agar bisa di mengerti maksudnya secara pasti, untuk kemudian bisa mengarahkan kita pada harta karun yang dimaksudkan peta tersebut.
IMO, bagi ijo ... maka pada generasi berikutnya, TOOL yang dipakai adalah interpretasi yg sudah ditetapkan sebagai
1 kebenaran tsb dan sekali lagi harus baku
.
Dengan demikian - bagi generasi penerus ijo berikutnya ... dikala membaca Alkitab, dia HARUS menggunakan Tool tsb, utk menghindari timbulnya interpretasi yang lain.
Sekedar ilustrasi, semisal :
6 hari penciptaan di Alkitab.
Oleh ijo ---1000 tahun yang lalu, misalnya--- interpretasinya adalah : literally 6x24 jam tiktok2nya jam ---> ini di tulis di secarik kertas dan ini akan menjadi tool bagi generasi penerus ijo.
Tiktok2-nya jam harus baku sejak jaman dulu s/d sekarang.
1 Kebenaran yang baku dan tidak akan terpengaruh logik per individu, moral, jaman, sosbud, ilmu, dlsb.
Dikala generasi penerus ijo di jaman sekarang membaca Alkitab --- untuk menghindari generasi ini terpengaruh jaman/ilmu/moral/sosbud/dlsb sehingga bisa timbul interpretasi lain --- maka secarik kertas yg sbg tool itu HARUS digunakan ... dgn demikian sampai kapanpun generasi penerus ini tidak akan bisa salah interpretasi dan senantiasa didalam
1 kebenaran per tiap ayat.
Pertanyaanya menjadi :
mengapa bisa sampe ada yg "lolos" (dalam kurun 1000 tahun tsb) sehingga bisa terjadi adanya perbedaan interpretasi di jaman sekarang - padahal TOOL sudah disediakan ?
IMO, mungkin "kesalahan" di pihak ijo (1000 tahun yang lalu)
Karena kemungkinan besar - "hukum" yg dibuat pihak ijo tidak/kurang streng --- atau mungkin memang tidak pernah dibuat "hukum"nya --- atau mungkin juga tidak mempunyai hukum yang baku ... odading tidak tau
.
Seandainya saja ada hukum "Petrus" yg diberlakukan 1000 tahun yang lalu dan baku ... saya yakin gak mungkin akan ada tuding2an salah/benar antar sesama OP Yesus di jaman sekarang ... hehehe
.
Begitu gak ya ?
salam.