untuk mempercayai sesuatu yg diimani sesorang tidak harus memerlukan bukti.. yaitu bukti untuk percaya.. dia hanya percaya sepenuhnya.
saya agak bingung pada yang bold
.
IMO, ybs - individu itu sendiri tidak perlu utk menunjukan bukti bhw dia mempunyai FAITH (yg benar) ---TETAPI--- orang lain menuntut bukti dari ybs dikala mendengar bhw ybs mempunyai FAITH.
Yang menjadi pertanyaan :
apakah Allah JUGA menuntut bukti ?
Dari pertanyaan tsb, menjadi komedi-puter kalo kita ngliat contoh penjahat di salib.
Mana yang "pas" kronologinya KETIKA si penjahat ini saved by his FAITH ?
- A. Ketika si penjahat berkata Do you not even fear God, seeing you yourself are under the same sentence of condemnation and suffering the same penalty? ?
- B. Ketika si penjahat berkata this Man has done nothing out of the way ?
- C. ataukah Ketika si penjahat berkata remember me when You come in Your kingly glory! ?
Point-A : (imo) jelas, si penjahat adalah sso yg berIMAN kepada Allah.
Point-B : (imo) terbuka kemungkinan-nya karena point-A - maka si penjahat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Point-C : (imo) titik "puncak" yang Kristen asumsikan ... yakni IMAN kepada Yesus ... dengan demikian point-A dan point-B nihil. Cukup dengan point-C maka si penjahat dibenarkan Yesus.
Sekarang,
apabila point-A dan B nihil --- mengapa si penjahat bisa berkata sesuatu hal yang benar ? ---- (jangan lupa, di point A dan B - penjahat BELUM dibenarkan oleh KRISTEN).
Apakah Allah (bukan Yesus) mengabaikan kata2 si penjahat yg di point-A dan B ? IMO, besar kemungkinan Allah tidak mengabaikan kata2 si penjahat di point.A dan B.
Namun pada versi Kristen :
Allah tentu mengabaikan kata2 si penjahat di point-A dan B ... KARENA penjahat BELUM mengeluarkan kalimat di point-C.
Pertanyaannya :
tidakkah pada point-A dan B ini sudah menunjukan bhw si penjahat itu "sebenernya" adalah sso yang percaya kepada Allah (sekalipun BELUM DIBENARKAN oleh Kristen) ?
lalu, kepercayaan itu PASTI akan terwujud dalam tindakan (bukan hanya emosional).
pada kasus si penjahat, kepercayan itu tidak terwujud melalui tindakan kan onde, melainkan melalui perkataan
.
Ataukah jangan2 justru karena sudah dibenarkan dulu, maka keluar perkataan2 si penjahat ?
abaraham dengan dasar percayanya melakukan apa yang diperintah Tuhan.. (melakukan)
tanpa ada jaminan, tanpa ada bukti, abraham melakukan (bukan merasa, atau bicara, atau gelora emosi yang luar biasa dalam keyakinan) namun melakukan hal yang luar biasa, yaitu menyembelih anak nya..
jadi bagaimana ?
Bukankah bisa disimpulkan :
Abraham itu
mempunyai FAITH yang benar (titik) ... terserah siapapun sosok being yg memerintah - apapun pov si Abraham siapa itu yg memerintah ?
jadi benar bahwa perbuatan yang baik, yang kasat mata itu belum tentu didasari /oleh iman..
sependapat
namun iman yang benar dan sejati, pastilah terwujud dalam perbuatan.
agak bingung ... hehehe ...
.
Kok odading nggak/belon ketemu bhw
iman yang benar PASTI terwujud dalam perbuatan, ya ?Kembali lagi ke kasus si penjahat di salib,
(maaf... saya terpaksa ber-andai andai )Kalau si penjahat tidak mengeluarkan statement point-C, akankah dia dibenarkan oleh Allah (bukan Yesus) ?
Kalau statement point-C tsb semisal :
oh GOD (bukan Yesus), please forgive me for all sins that I have done - akankah dia dibenarkan oleh Allah (bukan Yesus) ? --- akan jugakah Yesus membenarkan dia saat itu dan lalu mengajaknya ke Firdaus ?
Maap onde kalo uraian2 saya membingungkan
.
salam.