Author Topic: belajar mengertikan event sesudah perpecahan  (Read 11058 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #195 on: November 01, 2013, 02:22:37 AM »
@siapa aja yg merasa tersinggung dng post2 saya di thread ini.

Saya sadar bahwa seolah-olah saya tampak seperti mengecilkan Petrus. Sementara itu, saya tahu ada rekan-rekan di sini yg menempatkan Petrus secara special. Saya mohon maaf kalo ada kata-kata saya yg melukai hati rekan-rekan ini.

Dalam diskusi saya dengan bro oda, saya tidak sedang membahas "besar/kecil"nya Petrus. Saya sedang membahas cara baca terhadap beberapa ayat tertentu. Dalam diskusi tersebut memang menyangkut Petrus. Tapi, saya tidak sedang fokus pada dirinya.

Saya sendiri tidak punya prejudice thd Petrus. Saya membaca kekurangan Petrus. Saya juga membaca kelebihan Petrus. Dan saya tidak keberatan dengan kekurangan atau kelebihannya. Saya tidak melihat kekurangan orang sebagai sesuatu yg membuatnya lebih rendah daripada orang lain. Saya juga tidak melihat kelebihan orang sbg sesuatu yg membuatnya lebih tinggi daripada orang lain. Di mata saya, manusia tidak "tinggi atau rendah". Di mata saya, manusia itu "baik atau tidak baik".

Petrus masuk dalam kategori "baik" di mata saya. Kekurangan-kekurangan Petrus itu wajar dan manusiawi sekali. Yang penting bagi saya adalah kisah bagaimana ia menyadarinya dan mengatasinya semua. Itu lebih penting bagi saya karena saya sendiri juga ber-empati dng kisah Petrus. Kisahnya, bukan orangnya, karena ya saya kan belum lahir pada waktu itu.

Sekali lagi, saya bukan orang kristen organisasional. Saya tidak melihat Petrus secara organisasional. Saya tidak berbagian dalam cara gereja katholik atau gereja protestan menempatkan dan memahami Petrus. Saya ini cuma pembaca buku. Kebetulan Alkitab adalah salah satu buku yg saya baca. Cara saya memahami Petrus ya selalu hanya dalam kerangka disiplin cara baca saya.



Cheers

Offline salt

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 2507
  • Reputation Power:
  • Denominasi: **
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #196 on: November 01, 2013, 05:57:01 AM »
@Budi

Bro, mengapa anda menjadi sangat sensitif?
Post saya yang berhubungan dengan 'permintaan' sikap lebih hormat kepada tokoh tokoh Kristen tidak ditujukan kepada anda, bro. Tetapi jika anda pernah merasa 'melecehkan' maka tentunya anda bisa berusaha memperbaiki sikap. Karena biar bagaimanapun, sikap hormat terhadap tokoh yang tidak perlu kita hormati sekalipun (mis: Sidharta Gautama, Krisna, Muhammad) adalah patut kita lakukan, karena tokoh itu merupakan tokoh yang dihormati umat lain.

Semoga anda sependapat.

Syalom

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #197 on: November 01, 2013, 09:39:46 AM »
Kl khusus mngenai keutamaan Petrus, saya punya pendapat bgini...

12 Rasul Anak Domba ini spt kelompok pemimpin korporat.
Scr struktural, ke-12 orang ini setara dan bersepakat mengambil kputusan secara bersama.
Namun di dalam 12 orang ini, Petrus lebih menonjol. Saya yakin bragam pristiwa antara Petrus dan Tuhan, juga dg karakter pribadi Petrus, maka Petrus dianggap oleh Rasul lainnya sbg pemimpin informal atau someone to look up to.
Meski bgitu pendapat Petrus per se tidak akan mengatasi pendapat 11 Rasul lainnya. Mreka bersama-sama setara secara korporat.
Petrus sendiri walau mmahami bhw dirinya diberikan tugas utk menggembalakan domba (tmsk 11 Rasul), namun Petrus dg krendahan hatinya tidak bsikap seolah dia pemimpin tunggal. Petrus tunduk pd otoritas 12 Rasul, bukan mengatur ke-11 Rasul. Itulah model kepemimpinan yg Tuhan cari, yaitu seorang mengutamakan yang lain, bukan mngatur dg tangan besi.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #198 on: November 01, 2013, 10:01:38 AM »
Wah, rupanya Bro kurang mmahami tulisan saya.
Bagi saya smua yg Bro tulis itu tidak masalah.
Keutamaan Petrus?
Iya, bgitu juga dg keutamaan semua rasul dan mreka semua seia sekata.
Kl mau mngatakan bhw Petrus lebih utama dari 11 rasul lain, bagi saya juga ngga masalah.
Kewenangan mengajar dari para murid?
Oh saya stuju skali bhw para rasul (tmsk Petrus) diberi kewenangan mengajar.
Jd bgmn?
Simpel kan.
Sgala ssuatu yg terkait gereja purba, bagi saya ngga masalah.
---------
Yg saya ragukan dan dragukan oleh Protestan adalah otoritas GKR yg saat ini (dan yg ada saat terjadi reformasi).
O begitu. Saya menangkap yang Siip maksudkan di posting sebelumnya ialah bahwa Siip bisa menerima ketokohan Petrus (kalo risih dengan istilah keutamaan), tetapi menolak Magisteirum Gereja. Jika penangkapan saya itu tidak seperti yang Siip maksudkan, saya mohon maaf.

Namun, saya ingin mengajukan latar pikir saya sehingga saya menangkap seperti itu. Sebelumnya, Siip mem-post yang ini:
Mangkanya nih Bro Husada, problemnya bukan terletak pd pnafsiran akan 'kepemimpinan Petrus', ataupun 'kekudusan Petrus', ataupun 'kewibawaan Petrus'.
Mangkanya mnurut saya pihak yg mpersoalkan dg sengit hal di atas sudah kebablasan.
Intinya mah simpel saja,
Tjadi ktidakpcayaan pd magisterium Gereja Katolik Roma pd saat tjadinya reformasi.
Dari posting Siip (yang tebal bergaris bawah) itu, saya maknai, Siip termasuk orang yang tidak percaya kepada Magisterium Gereja. Jadi, menurut saya, Siip ingin mengkoreksi/meluruskan cara pandang saya terhadap pikiran Siip, bahwa Siip seperti protestan umumnya, tidak percaya kepada Magisterium Gereja pada masa reformasi hingga sekarang ini. Saya menangkap seperti itu berdasarkan yang saya garis bawahi pada kalimat terakhir post Siip di atas. Sementara, Magisterium termasuk sebagai otoritas Gereja. CMIIW please.

Ijinkan saya sampaikan pikiran saya mengenai Magisterium Gereja. Sub topik ini sudah pernah saya post, tapi lupa entah di trit mana. :)

Menurut saya, sampai batasan tertentu, setiap pengikut Kristus berwenang mengajar (lebih tepatnya, menyampaikan ato mempertanggunjawabkan) kepercayaannya (imannya) kepada orang lain, apalagi kalau ditanya. Tetapi, kalau menyangkut pada tataran yang lebih mendasar, maka yang kompeten mengajar (menjelaskan) adalah pemegang kewenangan mengajar dan penerusnya. Siapa mereka?

Saya mengartikannya berdasarkan Mat 28:20 "Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mat 28:20 itu disampaikan oleh Yesus kepada sebelas murid, terbukti dari ayat 16, Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Artinya, tidak semua pengikut Kristus memiliki kompetensi mengajar, melainkan adalah yang 11 orang. Sementara, pada masa itu, pengikut Kristus bukan hanya yang 12 orang yang selalu bersama Yesus. Sedikitnya, pada kisah pemilihan pengganti Yudas Iskariot, ketahuan bahwa ternyata ada selain yang 12 orang yang selalu mengikuti karya pelayanan Yesus dan muridNya, yaitu kandidat pengganti Yudas Iskariot, Barsabas dan Matias (Kis 1:23). Jadi, meski pengikut Kristus ketika itu sudah lebih dari 11 orang itu, Mat 28:20 menyatakan bahwa pemegang kewenangan mengajar adalah yang 11. (Pada perjalanan waktu, ternyata Paulus juga diberi kewenangan mengajar [Magisterium]), tetapi Mat 28:20 menyiratkan, kewenangan mengajar diberkan pertama kali kepada 11 murid.

Kemudian, dari kalimat "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", saya menyimpulkan bahwa kewenangan mengajar (Mgisterium)) diwariskan kepada para penerus ke-11 murid itu. Siapa mereka? Ialah para murid yang setia bersekutu di Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Mengingat kewenangan mengajar diberikan kepada 11 murid secara kumpulan, dan Gereja didirikan secara kumpulan, maka menurut saya, barangsiapa yang memisahkan diri dari kumpulan (Gereja) tersebut, tidak memiliki otoritas meneruskan kewenangan mengajar.

Damai, damai, damai.

« Last Edit: November 01, 2013, 10:08:41 AM by Husada »
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #199 on: November 01, 2013, 10:04:50 AM »
Skedar sharing...

Dahulu saya bingung dg definisi 'pemimpin adalah pelayan'.
Kox rasanya paradoks sekali. Jika seseorang hanya melayani, bagaimana ia bisa disebut pemimpin.
Bukankah banyak pelayan di Gereja, tp mreka tidak cocok jadi pemimpin.

Lalu pngalaman mbuat saya mulai mmahami ucapan Kristus ini.

Pertama,
Saya pernah mlayani di psekutuan kampus. Suatu saat pernah utusan dari Campus Network datang ke kampus saya, lalu mreka tiba-tiba doa keliling di kampus saya. Mreka pergi dari gedung ke gedung, lalu doa dari lantai ke lantai. Skadar catatan, di kampus saya ada 2 gedung dg lantai 13 dan 9; namun mreka kelilingi semua sambil doa.
Stelah itu kami berkenalan dan mreka crita tentang visi-misi dari Campus Network.
Trus trang sudah banyak Network yg mnawarkan utk menaungi persekutuan kampus saya dan saya dg halus menolaknya.
Namun saya sangat terkesan dg Campus Network krn mreka terlebih dahulu melayani kami dg susah payah.
Saya ngga tlalu peduli dg visi-misi mreka, tp saya peduli skali dg usaha mreka utk melayani kami. Hal itu mnunjukkan hati mreka.
Maka saya pun ikat kerjasama dg mreka.

Nah di kampus saya ini ada banyak psekutuan yg lebih kecil. Salah satu pengurus di psekutuan saya kmudian berkata alangkah baiknya jika smua psekutuan kecil mau gabung dg psekutuan kami utk mjangkau kampus.
Maka dg inspirasi dari kampus network, maka saya katakan ke dia, kalo justru kita harus melayani mreka lebih dahulu tanpa ada embel-embel, bukannya malah mngarahkan mreka utk gabung ke kita. Jika Tuhan berkenan, maka mreka akan gabung ke kita. Jika tidak, ya sudah ndak apa, stiap organisasi punya visi tersendiri dari Tuhan.

Kedua,
Krn background saya adalah di rekrutmen, maka saya somehow menyadari bhw Gereja lebih banyak bermaterikan orang-orang bermasalah daripada orang-orang kompeten (sama spt Daud di awal karirinya banyak mnampung orang-orang pelarian). Maka siapapun yg mjd gembala harus 'terpaksa' melayani, meluangkan waktu dg sabar utk membina para pengurusnya. Pemimpin Kristen tidak bisa spt pemimpin perusahaan yg mmrintah, mharapkan anak buah melakukan dg ketaatan & dedikasi tinggi, serta mbrikan sanksi tegas atas kesalahan. Pemimpin Kristen tidak bisa bgitu. Pmimpin Kristen akan mhadapi anak buah yg kmungkinan kurang kompeten, underpaid, perlu dikejar snantiasa, bmasalah pribadi, mharapkan gembala yg lemah-lembut dan kecewa saat gembalanya bsikap keras.

Maka siapapun yg 'terbesar' dalam Gereja, dia harus melayani dulu mreka yg harusnya mlayani dia.
Stelah yg dilayaninya sudah kuat, agak dewasa rohani, barulah mreka bisa melayani si pemimpin dg benar. Siapa yg telah melayani pemimpin dg benar, dia kmudian akan menjadi pemimpin juga.

Itulah yg selama ini saya pahami ttg

Mat 23:11
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #200 on: November 01, 2013, 10:10:24 AM »
O begitu. Saya menangkap yang Siip maksudkan di posting sebelumnya ialah bahwa Siip bisa menerima ketokohan Petrus (kalo risih dengan istilah keutamaan), tetapi menolak Magisteirum Gereja. Jika penangkapan saya itu tidak seperti yang Siip maksudkan, saya mohon maaf.

Namun, saya ingin mengajukan latar pikir saya sehingga saya menangkap seperti itu. Sebelumnya, Siip mem-post yang ini:Dari posting Siip (yang tebal bergaris bawah) itu, saya maknai, Siip termasuk orang yang tidak percaya kepada Magisterium Gereja. Jadi, menurut saya, Siip ingin mengkoreksi/meluruskan cara pandang saya terhadap pikiran Siip, bahwa Siip seperti protestan umumnya, tidak percaya kepada Magisterium Gereja pada masa reformasi hingga sekarang ini. Saya menangkap seperti itu berdasarkan yang saya garis bawahi pada kalimat terakhir post Siip di atas. Sementara, Magisterium termasuk sebagai otoritas Gereja. CMIIW please.

Ijinkan saya sampaikan pikiran saya mengenai Magisterium Gereja. Sub topik ini sudah pernah saya post, tapi lupa entah di trit mana. :)

Menurut saya, sampai batasan tertentu, setiap pengikut Kristus berwenang mengajar (lebih tepatnya, menyampaikan ato mempertanggunjawabkan) kepercayaannya (imannya) kepada orang lain, apalagi kalau ditanya. Tetapi, kalau menyangkut pada tataran yang lebih mendasar, maka yang kompeten mengajar (menjelaskan) adalah pemegang kewenangan mengajar dan penerusnya. Siapa mereka?

Saya mengartikannya berdasarkan Mat 28:20 "Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mat 28:20 itu disampaikan oleh Yesus kepada sebelas murid, terbukti dari ayat 16, Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Artinya, tidak semua pengikut Kristus memiliki kompetensi mengajar, melainkan adalah yang 11 orang. Sementara, pada masa itu, pengikut Kristus bukan hanya yang 12 orang yang selalu bersama Yesus. Sedikitnya, pada kisah pemilihan pengganti Yudas Iskariot, ketahuan bahwa ternyata ada selain yang 12 orang yang selalu mengikuti karya pelayanan Yesus dan muridNya, yaitu kandidat pengganti Yudas Iskariot, Barsabas dan Matias (Kis 1:23). Jadi, meski pengikut Kristus ketika itu sudah lebih dari 11 orang itu, Mat 28:20 menyatakan bahwa pemegang kewenangan mengajar adalah yang 11. (Pada perjalanan waktu, ternyata Paulus juga diberi kewenangan mengajar (Magisterium), tetapi Mat 28:20 menyiratkan, kewenangan mengajar diberkan pertama kali kepada 11 murid.

Kemudian, dari kalimat "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", saya menyimpulkan bahwa kewenangan mengajar (Mgisterium)) diwariskan kepada para penerus ke-11 murid itu. Siapa mereka? Ialah para murid yang setia bersekutu di Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus :ballspin:Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Mengingat kewenangan mengajar diberikan kepada 11 murid secara kumpulan, dan Gereja didirikan secara kumpulan, maka menurut saya, barangsiapa yang memisahkan diri dari kumpulan (Gereja) tersebut, tidak memiliki otoritas meneruskan kewenangan mengajar.

Dan, setiap orang bebas dan merdeka memaknai ayat-ayat Alkitab, kan?

Damai, damai, damai.

Bgini Bro Husada,
Memang denominasi saya adalah karismatik dan aliran saya memang karismatik banget.
Tp saya coba obyektif.

Pernah saya sampaikan dulu bhw Gereja memang butuh magisterium.
Krn tidak ada magisterium-lah, maka protestan bisa sampai segini banyak denominasi yg (beberapa diantaranya) saling klaim sbg yg terbenar dan mnyalahkan ajaran lainnya.

Maka itu saya ngga mpersoalkan model magisterium Katolik krn mnrt saya memang model itu dbutuhkan, yaitu adanya kelompok pemimpin yg mjd acuan bagi seluruh Gereja lokal dibawahnya.

Jd sampai di konsep 'Magisterium', buat saya itu benar sekali.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #201 on: November 01, 2013, 10:17:49 AM »
Bgini Bro Husada,
Memang denominasi saya adalah karismatik dan aliran saya memang karismatik banget.
Tp saya coba obyektif.

Pernah saya sampaikan dulu bhw Gereja memang butuh magisterium.
Krn tidak ada magisterium-lah, maka protestan bisa sampai segini banyak denominasi yg (beberapa diantaranya) saling klaim sbg yg terbenar dan mnyalahkan ajaran lainnya.

Maka itu saya ngga mpersoalkan model magisterium Katolik krn mnrt saya memang model itu dbutuhkan, yaitu adanya kelompok pemimpin yg mjd acuan bagi seluruh Gereja lokal dibawahnya.

Jd sampai di konsep 'Magisterium', buat saya itu benar sekali.
Syukur bagi Tuhan, terima kasih bagi Siip.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #202 on: November 01, 2013, 10:49:48 AM »
Kox trimakasihnya sama saya toh bro???
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #203 on: November 01, 2013, 01:08:21 PM »
Kox trimakasihnya sama saya toh bro???
Lhah, kita sudah saling bertukar informasi, kan? :)
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #204 on: November 01, 2013, 02:26:06 PM »
Kesimpulan saya: the greatest di antara para rasul tidak merujuk pada seorang individu/pribadi, melainkan pada setiap murid Yesus yg bersikap/mentalitas melayani.

Sementara itu, bro oda menyimpulkan bahwa the greatest di antara para rasul memang berkaitan dengan sikap/mentalitas melayani, tetapi sekaligus merujuk ada seorang individu/pribadi tertentu, yakni Petrus.
Ya, betul bud :).

Quote
Saya membaca bahwa Yesus bermaksud menyampaikan bahwa sistem kepemimpinan para murid (persekutuan/community of practice) tidak sama dng sistem kepemimpinan kaum gentiles (otoritas/benefactor).

Sementara itu bro oda membaca bahwa Yesus bermaksud menyampaikan bahwa dalam "cara memimpin" dalam sistem kepemimpinan para murid berbeda dng "cara memimpin" dalam sistem kaum gentiles.
Ya.... disini juga rangkuman budi betul :)

Quote
Sekali lagi, bro oda, ini sepenangkapan saya. Jadi, please CMIIW.
Ya... betul penangkapan budi .... dan dari dari dua quote pertama diatas, sebenernya memang sudah menunjukan pengertian awal kita dasarnya sudah berbeda.

Quote
Konteks menunjukan bahwa dalam diri para murid masih ada pemahaman yg sama pemahaman kaum gentiles perihal sistem kepemimpinan ini.
Yang menarik buat saya adalah yang diambil sebagai paralel-nya : kenapa Gentile ?

Kalo cuma mao menyatakan ke-kontrasan tidak adanya sistem otoritas, bukankah Yesus bisa cukup menggunakan contoh raja2 seperti Daud, Salomo, dll ? Cuma ini menjadi tambah rumit buat saya, karena saya mesti cari tau lagi apakah raja2 Israel jaman dulu itu MEMANG tidak mempunyai sistem otoritas - makanya tidak digunakan Yesus sebagai perbandingannya ? makanya digunakan raja Gentile, karena hanya dari kaum Gentile yg memiliki sistem otoritas dan mudah utk dibandingkan kontras ke ayat berikutnya ? Ini tambah ribet jadinya buat saya ... hehehe :D.

Quote
Yesus tahu bahwa mereka semua sama-sama masih berpemahaman seperti kaum gentiles, yakni menjadi "atasan" berarti "lord it over them" atau "exercise authority over them"
Nah disini kita berbeda, bud :).

Kembali lagi ... "kenapa gentile ?".
Oleh karena itu saya menemukan kontrasnya adalah bhw para Rasul justru sebaliknya ... yakni melayani ... so bukan ttg tidak ada yang utama seperti para Gentile yg ada yang utama :).

Simpelnya begini bud :
"melayani" = positive sense dari pov Yesus (ayat 26).
Lalu apa yg bersifat kontras-nya dari yg positive sense dimata Yesus ? Ada di ayat 25 ... yakni "perintah sana - perintah sini" in negative sense :).

Quote
Yesus tahu bahwa mereka semua sama-sama masih berpemahaman seperti kaum gentiles, yakni menjadi "atasan" berarti "lord it over them" atau "exercise authority over them"
ya... in the sense "perintah sana - perintah sini".

Quote
Fokusnya adalah pada "memimpin itu seperti apa?", bukan "pemimpin itu siapa orangnya?".
Sependapat.

Quote from: 1
Yesus tahu bahwa akan ada seorang pribadi di antara muridNya yg kelak akan jadi "pemimpin", atau "the greatest", tapi belum tahu siapa namanya.
Ini yang di Matius 20 ya bud ? Nggak... saya nggak melibatkan keMahaTahuan Yesus, bud :D.

Secara "manusiawi" Yesus memang berkehendak ada pengganti dia as a person berjasmani --- blekplek percis ibarat seorang raja dunia ingin mempunyai pengganti dia as a person berjasmani kalau raja tidak ada lagi di bumi :)

Quote from: 2
Dengan memberikan "cue" itu, Yesus semacam men-trigger proses "seleksi"nya.
Tidak... dari pov Yesus - saya tidak berpendapat bhw Yesus memberikan "cue" .... namun bagi murid yang mendengar kalimat "whoever wishes" tsb ...dari pov murid, kalimat Yesus itu bisa terbuka kemungkinan disimpulkan para Rasul sebagai "cue".

Quote
Apabila penangkapan saya itu sudah benar, ada beberapa hal yg menurut saya tidak pas.
So, pada quote 1 dan 2 diatas - penangkapan budi ke odading belon bener ... hehehe :D.

Quote
Logikanya, pada point ini, para murid telah memahami definisi pemimpin yg benar dan sekarang mereka mulai "berlomba-lomba". Namun, pada kenyataannya di kemudian hari Yesus masih mengoreksi pemahaman mereka ttg definisi pemimpin yg benar (di event Lukas 22)
Nah ini idem dari penangkapan odading akan pendapat budi ... kalimat odading menjadi :
Logikanya, pada point ini para murid telah memahami bahwa tidak ada yang terbesar diantara mereka di Matius 20. Namun, pada kenyataannya mereka masih ngedableg dgn meributkan siapa yg terbesar di Lukas 22 :D.

Quote
In fact, para murid sudah memulai "perlombaan" itu, yakni ketika mereka berhasrat untuk jadi "pemimpin", atau "atasan", atau "yg utama".
Yang di Matius itu baru dua orang yg berhasrat jadi "yg utama" ... dimana (imo) sisanya mungkin memang belon terpikir ttg hal tsb :). Dari pov odading, bold terjadi setelah mereka mendengar "whoever wishes".

Quote
3. Kesimpulan yg biru itu berangkat dari pembacaan kalimat yg merah sebagai "cue".
Kalimat merah dari pov murid bisa terbuka kemungkinannya ibarat "cue". Kesimpulan biru adalah dari pov Yesus, saya nggak gitu fokuskan pov Yesus yg di Matiurs. Coklat adalah kesimpulan keseluruhan berdasarkan Matius 20 dan Lukas 22 :).

Quote
Padahal, kalimat merah itu bukan "cue" dan tidak berfungsi sebagai "cue" juga
Saya tidak melibatkan pov Yesus, whether itu bold diatas ato kagak bold, bud :).

Saya cuma memposisikan diri sebagai murid yg berstatus sebagai pendengar kalimat merah Yesus tsb. Apabila saya ada disitu sebagai murid - maka pengertian saya secara plain & simple adalah literal bhw kalimat merah itu = "whoever wants to be the first / become great" diantara kami (saya dan teman2) mesti melayani dan menjadi pelayan teman2 :).

Ijo adalah dasar - dan tentu memang sudah menjadi kepastian tugas para Rasul (termasuk saling strengthen, saling melayani, ikut Yesus, dll). Merah tentu belum bisa berlaku saat Yesus masih dibumi, karena Yesus-lah yang jadi "pelayan" para Rasul :).

Saya mengerti maksud budi, bhw Yesus adalah "pelayan" para Rasul sekalipun tidak lagi berada di bumi ---> dan ini bersifat rohani. Namun secara dari pov saya, adalah wajar apabila ketika Yesus tidak ada dibumi lagi ... maka akan ada satu "pelayan" berjasmani bagi para Rasul :).

IMO, Dua duanya (baik A maupun B dibawah ini) adalah spekulasi, kalo dikatakan :
  • A. Hanya kepada Petrus Yesus berbicara ttg "whatever you bind/loose" = sertamerta itu cuma Petrus - sisanya tidak akan pernah/bisa mempunyai "power" tsb.
  • B. Perkataan tsb aplikasinya BUKAN hanya kepada Petrus - melainkan Yesus bermaksud menyatakan hal tsb ke semua para Rasul ketika Dia berbicara orange disaat itu.

Saya posisikan lagi diri saya sebagai salah seorang murid dan berada disitu ketika Yesus berkata "ketika kamu kembali - kuatkanlah saudara2mu". Dengan mata-kepala-kuping saya sendiri (dan temen2 lain saya yg para Rasul :D) saya mendengar kalimat tsb, maka saya secara logika ... kalo nanti saya "ada apa apa" dan sudah mentok, maka saya akan cari Petrus .... (kenapa nggak ? :D). ---- apakah budi nyari yang lainnya krn asumsinya ngapain cari Petrus yg sering gagal maning gagal maning itu ? :lol: Please CMIIW.

:)
salam.
« Last Edit: November 01, 2013, 02:31:27 PM by odading »

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #205 on: November 01, 2013, 02:39:56 PM »
@budi,

Saya nggak akan memperpanjang lagi yah ... :).

Saya relax diskusi dengan budi, karena di benak saya :
A. Budi menilai saya netral - Budi tidak menilai saya sbg front pembela Katolik :D.
B. Budi juga mengetahui bhw odading menilai budi secara netral - Budi mengetahui bhw penilaian odading ke budi itu bukan sebagai budi yg front pembela Protestan.
C. So, disini yang kita bicarain adalah cara kita menangkap ayat2 tsb secara logika masing2 :D.

Makasih atas masukan2 budi.

:)
salam.

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #206 on: November 02, 2013, 06:49:01 PM »
@budi,

Saya nggak akan memperpanjang lagi yah ... :).

Saya relax diskusi dengan budi, karena di benak saya :
A. Budi menilai saya netral - Budi tidak menilai saya sbg front pembela Katolik :D.
B. Budi juga mengetahui bhw odading menilai budi secara netral - Budi mengetahui bhw penilaian odading ke budi itu bukan sebagai budi yg front pembela Protestan.
C. So, disini yang kita bicarain adalah cara kita menangkap ayat2 tsb secara logika masing2 :D.

Makasih atas masukan2 budi.

:)
salam.

Oke bro oda. Ga pa pa. Kebetulan kesibukan saya di dunia offline juga mulai meningkat.

Anyway, saya suka dng diskusi kita!  :afro: Masih banyak hal yg "perlu" dibahas, dan sebenarnya saya mulai mencium gejala yg sama seperti diskusi kita yg sudah-sudah --> intinya sama, cuma "jalan" yg dilalui berbeda  :D

Saya nggak melihat bro oda sebagai front pembela katholik. Saya sendiri juga nggak jadi front pembela protestant. Kebetulan saya sendiri termasuk orang yg tidak kompatibel dng sistem organisasi2 keagamaan meskipun saya masih tetap menyebut diri saya orang yg beragama.

Terima kasih atas diskusinya dan samapi ketemu lagi di thread2 lain, bro oda


Cheers

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #207 on: November 02, 2013, 06:54:32 PM »
@Budi

Bro, mengapa anda menjadi sangat sensitif?
Post saya yang berhubungan dengan 'permintaan' sikap lebih hormat kepada tokoh tokoh Kristen tidak ditujukan kepada anda, bro. Tetapi jika anda pernah merasa 'melecehkan' maka tentunya anda bisa berusaha memperbaiki sikap. Karena biar bagaimanapun, sikap hormat terhadap tokoh yang tidak perlu kita hormati sekalipun (mis: Sidharta Gautama, Krisna, Muhammad) adalah patut kita lakukan, karena tokoh itu merupakan tokoh yang dihormati umat lain.

Semoga anda sependapat.

Syalom

IMO, saya malah kurang sensitif, bro salt. Saya memang tidak merasa telah 'melecehkan', tapi saya sadar kalau kata-kata saya bisa terdengar lain. Seharusnya saya lebih berhati-hati dan bijak dalam berkata-kata, khususnya yg menyangkut hal-hal yg 'sensitif', karena ini adalah forum umum.

Cheers