Perilaku Orang Indonesia

[Shakespeare]

Dulu waktu jaman masih sekolah, saya diajarkan di sekolah kalau orang Indonesia itu terkenal dengan keramah-tamahannya, sopan-santunnya dan budayanya yang adiluhung (tinggi, mulia).
Bukan mau menjelekkan bangsa sendiri atau meremehkan pernyataan di atas, apalagi bermaksud melecehkan, tetapi sekedar menyampaikan fakta bahwa apa yang diajarkan di sekolah waktu saya SD dulu mungkin memang benar puluhan tahun yang lalu. Tetapi jelas tidak berlaku untuk jaman sekarang. Perilaku di bawah ini membuktikan kalau budaya sopan, ramah, peduli terhadap sesama nampaknya memang mulai pudar.

Kemarin waktu istirahat makan siang, saya memang duduk sendiri di satu meja di sebuah tempat makan. Lalu datang seorang pria yang juga mau makan. Meskipun masih ada beberapa meja yang kosong, si pria tanpa basa-basi mengambil tempat di meja saya, duduk tepat di samping saya. Lalu dengan enaknya dia merokok menghembus-hembuskan asapnya yang menari-nari di wajah saya. Meskipun saya menunjukkan raut muka terganggu dengan asap rokoknya, dia nampaknya tidak peduli dan terus asik merokok.

Perilaku seperti itu bukan sekali ini saya alami. Waktu isteri saya hamil dan saya mengantarnya periksa ke dokter, seorang pria merokok di ruang tunggu, meskipun ada tulisan "dilarang merokok". Padahal di sekitarnya ibu-ibu hamil pada duduk menunggu giliran periksa. Kalau melihat dokter kandungan di tempat itu yang notabene termasuk dokter yang cukup terkenal dan cukup mahal, pastilah dia bukan orang dari kalangan (maaf) intelektual pas-pasan, jadi rasanya aneh kalau dia tidak tahu bahwa asap rokok tidak baik bagi ibu-ibu hamil. Bahkan adik ipar saya yang perokok berat saja tahu dan selalu menghindari merokok di dekat anak-anak dan wanita hamil. Mengapa si pria tadi bisa dengan nikmatnya menikmati rokoknya sementara asap rokoknya mengganggu orang lain? Kalau begitu jawabannya pastilah karena memang mentalitasnya begitu. Mentalitas tidak peduli, tidak tahu etika dan sopan santun..

Masih banyak lagi perilaku menyebalkan orang Indonesia yang sama sekali tidak menunjukkan tatakrama sebagai bangsa yang berbudaya tinggi. Malahan masih lebih sopan orang barat yang dianggap vulgar.... 

[Phooey]

Bisa jadi si perokok tdk menyadari bahwa kepulan asap tersebut mengganggu non smoker.

Dibuat pelajaran khusus tata krama .....
Biar menjadi habit bangsa


 

[Shakespeare]

Bisa jadi si perokok tdk menyadari bahwa kepulan asap tersebut mengganggu non smoker.

Dibuat pelajaran khusus tata krama .....
Biar menjadi habit bangsa


 

Bukan sekali ini terjadi kok. Kadang2 secara ekstrim saya sengaja mengibaskan tangan untuk menunjukkan bahwa saya tidak suka asap rokok. Tapi jarang si perokok kemudian merespon positif.

O ya, soal perilaku perokok hanyalah salah satu contoh, masih banyak hal-hal lain juga. Misalnya perilaku pengendara kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor, di jalanan yang seringkali tidak peduli dengan keselamatan pemakai jalan yang lain.
Saat ini meningkatnya kemampuan orang Indonesia untuk membeli kendaraan bermotor nampaknya tidak berbanding lurus dengan etika berkendara di jalan raya. Tidak peduli tua muda, laki-laki perempuan, sekarang sama ngawurnya kalau di jalan.
 

[Phooey]

Bukan sekali ini terjadi kok. Kadang2 secara ekstrim saya sengaja mengibaskan tangan untuk menunjukkan bahwa saya tidak suka asap rokok. Tapi jarang si perokok kemudian merespon positif.

O ya, soal perilaku perokok hanyalah salah satu contoh, masih banyak hal-hal lain juga. Misalnya perilaku pengendara kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor, di jalanan yang seringkali tidak peduli dengan keselamatan pemakai jalan yang lain.
Saat ini meningkatnya kemampuan orang Indonesia untuk membeli kendaraan bermotor nampaknya tidak berbanding lurus dengan etika berkendara di jalan raya. Tidak peduli tua muda, laki-laki perempuan, sekarang sama ngawurnya kalau di jalan.
 

Betul Mod ....
Di negara maju, penyebrang jalan selalu diutamakan.

Kalo dinegara kita .............   

[salt]

Mod shakes, apa yang anda sebutkan di atas, bahwa orang Indonesia adalah orang2 yang ramah dan sopan adalah benar. Itu contohnya adalah anda sendiri, anda bahkan tidak melawan saat hak anda diabaikan oleh orang lain. He he he he.

Orang Indonesia begitu ramah dan sopan, sehingga kadang merasa tidak enak hati dan merasa tidak sopan kalau menegur orang yang tidak tahu aturan. Sebagai akibatnya, ada orang orang yang memang tidak punya sopan-santun, tidak punya rasa sungkan, menjadi tidak tersadarkan.

Seperti yang anda katakan di atas tadi memang sungguh betul. Ada perokok yang merokok di ruangan dimana merokok itu dilarang. Ada yang menganggap membuang sampah itu berarti asal bukan rumahnya sendiri. Ada yang menganggap kalau melanggar aturan lalu lintas itu adalah keberanian. Ada yang menyelak antrian dianggap adalah orang yang gesit. Ada yang mencorat coret tembok rumah orang dan merasa bangga dengan kelakuannya. Dst masih banyak lagi.

Pendidikan tidak menjamin seseorang memiliki etika yang baik dan benar, terlebih lagi di negara di mana standar etika moralnya sangat rendah. Maka, membangun kesadaran, bahwa hak setiap orang untuk bersuara saat haknya dilanggar adalah keniscayaan di negara ini.

Syalom

[Phooey]

Mod shakes, apa yang anda sebutkan di atas, bahwa orang Indonesia adalah orang2 yang ramah dan sopan adalah benar. Itu contohnya adalah anda sendiri, anda bahkan tidak melawan saat hak anda diabaikan oleh orang lain. He he he he.

Orang Indonesia begitu ramah dan sopan, sehingga kadang merasa tidak enak hati dan merasa tidak sopan kalau menegur orang yang tidak tahu aturan. Sebagai akibatnya, ada orang orang yang memang tidak punya sopan-santun, tidak punya rasa sungkan, menjadi tidak tersadarkan.

Seperti yang anda katakan di atas tadi memang sungguh betul. Ada perokok yang merokok di ruangan dimana merokok itu dilarang. Ada yang menganggap membuang sampah itu berarti asal bukan rumahnya sendiri. Ada yang menganggap kalau melanggar aturan lalu lintas itu adalah keberanian. Ada yang menyelak antrian dianggap adalah orang yang gesit. Ada yang mencorat coret tembok rumah orang dan merasa bangga dengan kelakuannya. Dst masih banyak lagi.

Pendidikan tidak menjamin seseorang memiliki etika yang baik dan benar, terlebih lagi di negara di mana standar etika moralnya sangat rendah. Maka, membangun kesadaran, bahwa hak setiap orang untuk bersuara saat haknya dilanggar adalah keniscayaan di negara ini.

Syalom

Kalo semisal Bro Salt ada pada tempat tersebut, apa yang bro lakukan ?

 

[salt]

Kalo semisal Bro Salt ada pada tempat tersebut, apa yang bro lakukan ?

 

Kalau saya bukan perokok, dan ada orang lain yang duduk di sebelah saya dan merokok, maka saya akan berkata kepadanya, 'Maaf mas, saya tidak tahan dengan asap rokok, boleh dimatikan dulu?'

Kira kira seperti itu.

 

[Phooey]

Kalau saya bukan perokok, dan ada orang lain yang duduk di sebelah saya dan merokok, maka saya akan berkata kepadanya, 'Maaf mas, saya tidak tahan dengan asap rokok, boleh dimatikan dulu?'

Kira kira seperti itu.

 

weeewww mantabbb.....

kalo yang merokok badan hitam legam segede hulk ?

 

[Shakespeare]

Mod shakes, apa yang anda sebutkan di atas, bahwa orang Indonesia adalah orang2 yang ramah dan sopan adalah benar. Itu contohnya adalah anda sendiri, anda bahkan tidak melawan saat hak anda diabaikan oleh orang lain. He he he he.

Orang Indonesia begitu ramah dan sopan, sehingga kadang merasa tidak enak hati dan merasa tidak sopan kalau menegur orang yang tidak tahu aturan. Sebagai akibatnya, ada orang orang yang memang tidak punya sopan-santun, tidak punya rasa sungkan, menjadi tidak tersadarkan.

Hehe...kadang-kadang kalau sudah tidak tahan saya tegur juga kok. Tapi lebih seringnya saya menyingkir pindah tempat.   

Seperti yang anda katakan di atas tadi memang sungguh betul. Ada perokok yang merokok di ruangan dimana merokok itu dilarang. Ada yang menganggap membuang sampah itu berarti asal bukan rumahnya sendiri. Ada yang menganggap kalau melanggar aturan lalu lintas itu adalah keberanian. Ada yang menyelak antrian dianggap adalah orang yang gesit. Ada yang mencorat coret tembok rumah orang dan merasa bangga dengan kelakuannya. Dst masih banyak lagi.

Tambah satu cerita lagi: perilaku mentalitas meminta-minta.

Beberapa waktu yang lalu di traffic light banyak anak kecil membagikan amplop kosong bertuliskan: mohon bantuan untuk makan sehari-hari. Duh... anak kecil sudah belajar meminta-minta, sampai besar akan terus bermental peminta-minta.

Lalu ketika ada bencana, orang menuntut bantuan. Ketika tidak ada bantuan mereka marah-marah. Memang benar, sudah semestinya kita menunjukkan kepedulian dengan menolong mereka yang terkena musibah. Tetapi sepemahaman saya (tolong kalau keliru diluruskan), yang namanya bantuan bukanlah hak si penerima untuk dituntut. Artinya kalau ada bantuan diterima, kalau belum ada ya sabar tidak perlu marah-marah seakan-akan itu adalah hak mereka. Pemberi bantuan juga punya keterbatasan.

Dahulu ketika terjadi bencana Merapi, pengungsi ditampung di Stadion Maguwoharjo. Bersama rombongan dari Gereja kami membagikan nasi bungkus. Dalam situasi demikian ada juga yang serakah. Mereka mengusir orang-orang dari kelompok lain yang juga ingin mendapat pembagian nasi bungkus. Padahal yang kami bawa berlimpah. Akibatnya seperti kisah orang Israel dan manna, besoknya banyak nasi bungkus itu pada terbuang karena tidak termakan dan menjadi basi.

[salt]

weeewww mantabbb.....

kalo yang merokok badan hitam legam segede hulk ?

 

Makanya kita harus memintanya dengan taktis dong, jangan dengan cara menantang.
Karena kalau yang kita minta itu benar, maka mereka yang tadinya terganggu tetapi diam, akan ikut bersuara kalau ada pencetusnya.

 

[salt]

Hehe...kadang-kadang kalau sudah tidak tahan saya tegur juga kok. Tapi lebih seringnya saya menyingkir pindah tempat.   

Tambah satu cerita lagi: perilaku mentalitas meminta-minta.

Beberapa waktu yang lalu di traffic light banyak anak kecil membagikan amplop kosong bertuliskan: mohon bantuan untuk makan sehari-hari. Duh... anak kecil sudah belajar meminta-minta, sampai besar akan terus bermental peminta-minta.

Lalu ketika ada bencana, orang menuntut bantuan. Ketika tidak ada bantuan mereka marah-marah. Memang benar, sudah semestinya kita menunjukkan kepedulian dengan menolong mereka yang terkena musibah. Tetapi sepemahaman saya (tolong kalau keliru diluruskan), yang namanya bantuan bukanlah hak si penerima untuk dituntut. Artinya kalau ada bantuan diterima, kalau belum ada ya sabar tidak perlu marah-marah seakan-akan itu adalah hak mereka. Pemberi bantuan juga punya keterbatasan.

Dahulu ketika terjadi bencana Merapi, pengungsi ditampung di Stadion Maguwoharjo. Bersama rombongan dari Gereja kami membagikan nasi bungkus. Dalam situasi demikian ada juga yang serakah. Mereka mengusir orang-orang dari kelompok lain yang juga ingin mendapat pembagian nasi bungkus. Padahal yang kami bawa berlimpah. Akibatnya seperti kisah orang Israel dan manna, besoknya banyak nasi bungkus itu pada terbuang karena tidak termakan dan menjadi basi.

Nah, untuk mental 'pengemis' seperti ini karena memang 'dipelihara' oleh ajaran mayoritas.

Walau, perilaku menadahkan tangan, entah untuk hal apa, tetap bisa terjadi dalam segala penganut ajaran.

Dari berbagai musibah besar yang terjadi belakangan ini. Seperti tsunami Aceh, badai Katrina, gempa di Chile, gempa dan tsunami di Jepang, dan badai Haiyen di Philipina. Kita bisa menyaksikan bagaimana perilaku berbagai bangsa dan ajaran mayoritas mereka.

Dan, dari seluruh bencana itu, saya sungguh salut dan hormat pada bangsa Jepang. Saat bencana luar biasa gempa dan tsunami menghancurkan mereka, mereka tetap tegar, dan tidak ada satupun peristiwa penjarahan, tidak ada yang ribut minta minta bantuan.

Jadi, mungkin memang didikan dasar dan kesadaran sebagai bangsa yang punya martabat, yang membedakan bangsa Jepang dibanding bangsa lainnya.

 

[Shakespeare]

Dan, dari seluruh bencana itu, saya sungguh salut dan hormat pada bangsa Jepang. Saat bencana luar biasa gempa dan tsunami menghancurkan mereka, mereka tetap tegar, dan tidak ada satupun peristiwa penjarahan, tidak ada yang ribut minta minta bantuan.

Jadi, mungkin memang didikan dasar dan kesadaran sebagai bangsa yang punya martabat, yang membedakan bangsa Jepang dibanding bangsa lainnya.

 

Saya pernah dengar cerita, tapi lupa darimana sumbernya.

Ceritanya ada pengusaha Indonesia yang membuka rumah makan di Jepang. Waktu terjadi tsunami para pengunjung berhamburan lari menyelamatkan diri. Si pengusaha berpikir kalau dia bakalan rugi banyak karena para pengunjung belum sempat membayar.
Tetapi apa yang terjadi? Setelah bencana reda, satu persatu para pengunjung rumah makan tsb kembali untuk membayar tagihan makanan yanbg mereka makan.

Benar-benar mentalitas yang luar biasa ! 

[salt]

Saya pernah dengar cerita, tapi lupa darimana sumbernya.

Ceritanya ada pengusaha Indonesia yang membuka rumah makan di Jepang. Waktu terjadi tsunami para pengunjung berhamburan lari menyelamatkan diri. Si pengusaha berpikir kalau dia bakalan rugi banyak karena para pengunjung belum sempat membayar.
Tetapi apa yang terjadi? Setelah bencana reda, satu persatu para pengunjung rumah makan tsb kembali untuk membayar tagihan makanan yanbg mereka makan.

Benar-benar mentalitas yang luar biasa ! 

Nah hal hal seperti itulah yang saya tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya. Apakah didikan agama? Ataukah didikan keluarga? Ataukah kebanggaan sebagai bangsa? Entahlah, tetapi memang banyak yang pantas dan layak dicontoh dari bangsa yang hebat itu.

[siip]

Kl org Jepang itu budaya pride nya tinggi.
Jd mreka akan brusaha keras mpertahankan khormatan.
Konsekuensinya, kl gagal akan segera mngundurkan diri dan kl malu bisa bunuh diri.

[Phooey]

Kl org Jepang itu budaya pride nya tinggi.
Jd mreka akan brusaha keras mpertahankan khormatan.
Konsekuensinya, kl gagal akan segera mngundurkan diri dan kl malu bisa bunuh diri.

Budaya Indonesia dimana memiliki kekayaan sedemikian warna warni, apakah mungkin dapat dididik seperti budaya Jepang.
Kog perasaan mustahil.....