Bro Yopi,
Terima kasih atas link-nya.
Saya juga ingin ajukan link.
Siap salah Dan, 86
http://christianity.about.com/od/glossary/a/Sanhedrin.htm
Ini sama dengan sarapanpagi.org, melupakan kasus Stefanus
http://www.myjewishlearning.com/life/Life_Events/Death_and_Mourning/About_Death_and_Mourning/Death_Penalty.shtml
Perhatikan bahwa setelah 70 AD, dan memang setelah Temple dihancurkan, Sanhedrin tidak lagi berotoritas
Link yg Yopi berikan:
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sanhedrin
Pakai yang versi English:
http://en.m.wikipedia.org/wiki/SanhedrinThe Sanhedrin is mentioned in the Gospels in relation to the Sanhedrin trial of Jesus and several times in the Acts of the Apostles, including a Great Sanhedrin in chapter 5 where Gamaliel appeared, and in the stoning death of Stephen the deacon in chapter 7.
This court dealt with only religious matters. The Great Sanhedrin was made up of a Chief/Prince/Leader called Nasi (at some times this position may have been held by the Kohen Gadol or the High Priest), a vice chief justice (Av Beit Din), and sixty-nine general members. In the Second Temple period, the Great Sanhedrin met in the Hall of Hewn Stones in the Temple in Jerusalem. The court convened every day except festivals and Shabbat. In the late 3rd century, to avoid persecution, its authoritative decisions were issued under the name of Beit HaMidrash.
Ada lagi:
http://www.newadvent.org/cathen/13444a.htm
"Perhaps"
Trakhir
Yoh 18:31
Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."
Sudah biasa, saksi palsu dll, mereka ingin Romawi yang menghukum, bukan Sanhedrin, ingat apa yang ditulis oleh Tuhan Yesus pada kasus perempua zina?
Menurut Tradisi Suci, yang membawa perempuan tersebut adalah 5 orang Imam Yahudi anggota Sanhedrin, Tuhan Yesus menuliskan awak abjad nama mereka masing-masing, dan didepan nama mereka Tuhan Yesus menuliskan dosa mereka terhadap 10 Perintah.
Itulah sebabnya mengapa mereka meninggalkan perempuan itu ketika Tuhan Yesus menanyakan siapa yang tidak berdosa, dan Yesus adalah Rabbi dan Nabi, kalau seorang Rabbi dan Nabi dihukum mati oleh Sanhedrin, maka pasti akan menyusul yang Rabbi lain, anggaplah kita ambil contoh Indonesia pada jaman Orde Baru, bagaimana dibuat sedemikian agar pejabat dapat terlindungi, mana ada pejabat dihulum ketika bersalah!
Sedapat mungkin, seorang Rabbi dihukum oleh Romawi, jangan oleh Sanhedrin.
Ksimpulan dari saya,
Sanhedrin memang memiliki otoritas utk mengatur orang-orang Yahudi dg Taurat dan mbrikan hukuman bdsk aturan Taurat.
Tetapi pd masa kekuasaan Roma, Sanhedrin secara legal tidak memiliki otoritas utk menghukum mati.
Kesimpulan saya, sebelum tahun 70, Sanhedrin berotoritas penuh, setelah penghancuran Temple, hancur pula otoritas Sanhedrin.
Kmatian Stevanus adalah tindakan ilegal mnrt hukum Roma tetapi terjadi anomali dimana Roma tidak mperpanjang masalah itu kpd Sanhedrin.
Menurut saya tidak, bahwa pasal-pasal selanjutnya St Paulus malah minta Surat Kuasa dari Sanhedrin.
Saya juga mengajukan fakta lain:
Meeting (Konsili, walaupun Yahudi tidak pernah melakukan Konsili maupun melakukan Kanon) Jamnia, tahun 95, 25 tahun setelah otoritas Sanhedrin hancur, maka cara yang dipakai para Imam Yahudi untuk memblok laju gerakan Kekristenan adalah menolak semua Kitab yag dianggap Suci yang tidak berbahasa Ibrani maupun Aram, dengan sendirinya Septuagianta dan PB menjadi kitab yang ditolak. Sanhedrin setelah tahun 70, memang tidak mempunyai otoritas lagi, apalagi untuk menghukum mati umat Kristen, maka jalan satu-satunya adalah menggunakan pengaruh "Kursi Musa" untuk menolak Alkitab (Katolik). Ini terjadi setelah otoritas mereka dihancurkan sehingga Surat Kuasa seperti yang dipunyai Paulus tidak berlaku lagi.
Selama ini, penafsiran Otoritas Sanhedrin biasanya melupakan kasus Stefanus dan Surat Kuasa Sanhedrin.
Romawi tidak mengurus masalah agama, termasuk hukuman mati atas dasar agama, yang menjadi perhatian Romawi adalah pemberontakan, ada yang mengangkat diri menjadi Raja dll.
Salam