Author Topic: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik  (Read 5324 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #30 on: July 23, 2014, 07:02:47 PM »
1184
The Inquisition of heretics was instituted by the Council of Verona in the year 1184. Jesus never taught the use of force to spread His religion


Satu fakta sejarah yang penting untuk diluruskan, bahwa Konsili Verona pada tahun 1184 TIDAK memerintahkan inquisition. Konsili Verona adalah sebuah sinode lokal yang dipimpin oleh Paus Lucius III, dan sinode ini mengutuk bidaat Cathars, Paterines, Waldensians, dan Arnoldist. Konsili ini juga meng-anathema semua penganut bidaat2 tersebut.
Papal Bull yang dikeluarkan oleh Paus Lucius III: ""Ad Abolendam"" juga TIDAK memerintahkan diberlakukannya inquisition. Dalam suratnya ini, Paus Lucius III menyatakan bahwa semua bangsawan (counts, barons, rectors) dan petinggi2 sipil yang tidak ikut serta dalam usaha pemberantasan bidaat2 di atas ikut di-eksomunikasi dan harta milik mereka disita. Papal bull ini juga menyatakan bahwa otoritas gereja bersama dengan otoritas negara bersama2 memutuskan dekrit di atas (Referensi: Bornstein, Daniel Ethan, Medieval Christianity , 2009 - Minneapolis: Fortress Press - 237)

Pada hakekatnya, ajaran Gereja Katolik tetaplah sama, yaitu mengajarkan kasih, bahkan kasih kepada para pelaku bidaah. Hal ini dapat dilihat pada keputusan mutlak dan infallible kanon 3 Konsili Lateran IV (1215 M), bahwa semua pelaku dan penganut bidaat di-anathema dan di-ekskomunikasi (para klergi dicopot jabatannya, para awam diserahkan pada pihak berwajib untuk dihukum secara adil). Anathema dan ekskomunikasi tidak pernah bermaksud untuk menghukum, melainkan justru memberi kesempatan bagi para pelanggar untuk introspeksi diri dan  kembali ke pangkuan Gereja.

Penting untuk diluruskan, bahwa Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan inkuisisi dengan menggunakan kekerasan. Namun sayangnya, tidak dapat dipungkiri bahwa Konsili Verona dalam masa kepemipinan Paus Lucius III, juga Papal Bull ""Ad Abolendam"" yang dikeluarkan oleh Paus Lucius III, dan juga dukungan untuk inquisition oleh penerus Lucius III, yaitu Paus Gregorius IX di abad 12, menyebabkan organisasi (manusia) dalam Gereja terjatuh pada praktek kejahatan. Gereja Katolik pun dengan rendah hati mengakui kesalahan ini dan berusaha memperbaikinya.

Tanpa bermaksud mengingkari kesalahan ini, tapi penting bagi kita semua untuk memahami bahwa inquisition pada  hakekatnya adalah praktek Disiplin yang dilakukan oleh oknum2 tertentu dalam organisasi gereja, dan BUKAN merupakan ajaran iman dan moral, yang bahkan tidak sesuai dengan ajaran iman dan moral infallible yang dirumuskan dalam kanon 3 Konsili Lateran IV. Oleh karenanya, tidak tepat jika mengatakan Inquisition adalah kesesatan (ajaran) dalam Gereja Katolik.

Satu lagi fakta sejarah yg layak untuk dipahami, seringkali legenda dan mitos inquisition membuat kesalah-pahaman dan kebencian pada Gereja Katolik semakin parah.
Thread berikut ini menyajikan fakta mengenai Gereja Katolik, yang untuk mematahkan mitos2 yang salah mengenai kekejaaman inkuisisi katolik.
http://forumimankristen.com/index.php/topic,1851.0.html
Selain thread di atas, referensi berikut ini juga sangat baik untuk dibaca, untuk mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi dalam inquisition Gereja di abad pertengahan dibandingkan dengan mitos2 yg umum ditemui mengenai kejahatan Gereja Katolik dalam inkusisi.
http://www.catholicapologetics.info/apologetics/protestantism/holinquisit.htm#MYTH
« Last Edit: July 28, 2014, 10:22:42 PM by Jenova »
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #31 on: July 23, 2014, 07:03:41 PM »
1190
The sale of Indulgences, commonly regarded as a purchase of forgiveness and a permit to indulge in sin.
Christianity, as taught in the Bible, condemns such a traffic and it was the protest against this traffic that brought on the Protestant Reformation in the 16th century.


"Indulgensi adalah pengampunan yang diberikan oleh Gereja untuk mengurangi hukuman dosa seseorang setelah dosanya diampuni.
Penebusan Kristus memang telah membebaskan kita dari kematian kekal akibat dosa, tetapi dosa tetap mendatangkan hukuman yang harus kita lunasi meskipun dosa telah diampuni. Alkitab juga mencatat hal ini, seperti Daud yang tetap dihukum meskipun telah diampuni (2 Sam 12 : 13 - 14); juga Ibr 12 : 7 menyatakan bahwa kita tetap harus menerima ganjaran atas dosa, sekalipun perikop yang sama telah menekankan pengampunan dan penebusan  yang dibawa oleh Kristus.
Tuhan Yesus memberikan kuasa untuk mengikat dan melepas hal2 di dunia dan di surga bagi para rasul (Mat 18 : 18), juga kuasa untuk mengampuni atau menyatakan dosa seseoarang tetap ada (Mat 18 : 15 -17). Alkitab juga mencatat rasul Paulus ketika menjalankan kuasa ini, bahwa dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus (1 Kor 5 : 1 - 5) menyatakan seseorang berdosa dan menjatuhkan hukuman ekskomunikasi. Lalu dalam surat keduanya kepada jemaat di Korintus (2 Kor 2 : 5 - 10) Paulus mengampuni dan mengakhiri ekskomunikasi bagi pendosa itu. Paulus dalam hal ini sedang menjalankan kuasa seorang uskup untuk mengikat dan melepas hal2 di dunia dan di surga, untuk menyatakan dosa seseorang tetap ada dan mengampuni dosa seseoarang, untuk menyatakan sanksi hukuman atas dosanya dan kemudian mengampuninya.

"Sekali lagi, indulgensi adalah pengampunan untuk mengurangi / melunasi hukuman yang harus dilunasi setelah dosa seseorang diampuni. Indulgensi tidak pernah bisa dijual-belikan, melainkan diberikan oleh pemegang jabatan rasul (uskup). Gereja selalu menentang penjual-belian indulgensi.
Benar bahwa di masa lalu terjadi pelanggaran oleh oknum2 dalam Gereja untuk menperjual-belikan indulgensi, dan sangat benar lah para kaum reformasi menentangnya. Gereja Katolik dengan rendah hati mengakui kesalahan putra-putriNya di masa lalu, dan memperbaiki kesalahan ini.

Pada intinya, indulgensi adalah ajaran iman dan moral yang terdapat dalam Deposit Iman yang berarti ajaran ini adalah ajaran yg infallible, TETAPI praktek jual beli indulgensi adalah suatu bentuk Disiplin, suatu Disiplin yang sesat bahkan, tetapi sekali lagi Disiplin BUKAN lah merupakan ajaran iman dan moral, sehingga praktek jual beli indulgensi tidak dapat dikatakan sebagai kesesatan Gereja Katolik."

Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #32 on: July 23, 2014, 07:04:47 PM »
1215
The dogma of Transubstantiation was decreed by Pope Innocent III, in the year
By this doctrine the priest pretends to perform a daily miracle by changing a wafer into the body of Christ, and then he pretends to eat Him alive in the presence of his people during Mass. The Bible condemns such absurdities; for the Lord's Supper is simply a memorial of the sacrifice of Christ. The spiritual presence of Christ is implied in the Lord's Supper. (Read Luke 22:19-20; John 6:35; 1st Corinthians 11:26).


Transubstansi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus adalah iman orthodox yang terkandung dalam Deposit Iman.

Ketika Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan para muridNya, Yesus memecah roti dan membagikannya kepada para murid sambil bersabda: “Inilah TubuhKu” (Mat 26 : 26, Mrk 14 : 22, Luk 22 : 19). Lalu Yesus mengambil piala berisi anggur, membagikannya kepada para murid sambil bersabda: “Inilah DarahKu” ( Mat 26 : 27, Mrk 14 : 24, Luk 22 : 20). Di sini Yesus secara literal berkata bahwa roti adalah DagingNya, dan anggur adalah DarahNya. Roti dan anggur bukan sekedar simbol, tapi benar2 merupakan Daging dan Darah Tuhan.
Dalam kesempatan lain, ketika mengajar di Kapernaum (Yoh 6 : 25 - 59), Yesus juga menyatakan hal yang sama bahwa DagingNya adalah benar2 makanan dan Darahnya adalah benar2 minuman, dan kita tidak akan memperoleh hidup yang kekal kecuali kita makan dan minum Daging dan Darah Tuhan.

Sabda Yesus ini ditujukan kepada semua umat beriman. Kita yang tidak berpartisipasi dalam perjamuan terakhir, ketika Yesus menyatakan roti adalah TubuhNya dan anggur adalah DarahNya, kita tetap dapat menerima dan menyantap Tubuh dan Darah Tuhan dalam Ekaristi, karena Yesus sendiri mengamanatkan untuk melakukan Ekaristi ini (Luk 22 : 19). Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus juga mengajarkan hal ini (1 Kor 10 : 16, 11 : 23 - 29).

Jika ajaran Alkitab ini masih dirawa tidak cukup untuk membuktikan iman Gereja Apostolik tentang transubstansi, mari kita lihat ajaran bapa2 Gereja tentang hal ini.
St. Ignatius dari Anthiokia (110 M), murid langsung dari rasul Yohanes dan hidup sejaman dengan rasul Yohanes, mengajarkan transubstansi dalam Ekaristi, dapat dilihat dalam tulisan2nya: ”Letter to the Romans”, ”Letter to the Philadelphians”, ”Letter to Smyrnians”.
St. Justin Martir (100 - 165 M) dalam tulisan2nya juga mengajarkan hal yang sama tentang transubstansi: “First Apology, 66”, Dialogue with Trypho, 41”.
St. Irenaeus (140 – 202 M) juga mengajarkan hal sama dalam tulisannya: “Against Heresies”.
Konsili Ekumenis Efesus (431 M) juga mengajarkan hal yang sama, dalam session 1, yang mengkonfirmasi surat Cyril kepada Nestorius.

Kesimpulannya, Paus Innocent III tidak menciptakan ajaran baru, malah sebaliknya mengukuhkan ajaran apostolik yang orthodox mengenai iman Gereja tentang transubstansi."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #33 on: July 23, 2014, 07:05:30 PM »
1215
Confession of sin to the priest at least once a year was instituted by Pope Innocent III., in the Lateran Council
The Bible commands us to confess our sins direct to God. (Read Psalm 51:1-10; Luke 7:48; 15:21; 1st John 1:8-9).


"Hanya Allah yang berkuasa mengampuni dosa. Alkitab mencatat bahwa Yesus, Sang Allah Putra yang berinkarnasi, berkuasa untuk mengampuni dosa (Mat 9 : 6). Yesus pun memberikan kuasa ini kepada para rasul (Yoh 20 : 23); sama seperti Bapa memberikan segala kuasa kepada Yesus, Yesus pun memberikan kuasa untuk mengampuni dosa kepada GerejaNya (Yoh 20 : 21 - 23). Yakobus juga mengajarkan kita untuk saling mengakukan dosa (Yak 5 : 16). Jadi praktek mengakukan dosa kepada sesama, dan meminta pengampunan (melalui) klergi adalah praktek rohani yang alkitabiah, apostolik, dan sudah ada sejak jaman Gereja Perdana.

Bukti2 sejarah dari jaman Gereja Purba juga banyak yang mengajarkan umat beriman untuk mengakukan dosa kepada para klergi, dan memperoleh pengampunan melalui perantaraan mereka, seperti yg dapat dilihat dalam tulisan2 bapa2 Gereja seperti: ”Apostolic Tradition. 3”(Hippolytus, 215 M), ”Homilies on Leviticus, 2 : 4” (Origen, 248 M), ”To the Clergy, 9 (16) : 2” (Cyprian, 250 M), ”To the Lapsed, 28 - 29” (Cyprian, 251 M), ”Concerning Repentance, I : 7 - 8” (Ambrose, 388 M), ”Christian Combat” (Augustine, 397 M). Konsili Lateran IV pada tahun 1215 semata2 menegaskan kembali ajaran yang sudah ada sejak awal mula berdirinya Gereja ini.

Kesimpulannya, praktek mengakukan dosa kepada pastor secara rutin, adalah praktek rohani yang alkitabiah, apostolik, dan merupakan ajaran yang sudah ada sejak Gereja Perdana."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #34 on: July 23, 2014, 07:06:21 PM »
1220
The adoration of the wafer (Host), was decreed by Pope Honorius
So the Roman Church worships a God made by human hands. This is plain idolatry and absolutely contrary to the spirit of the Gospel. (Read John 4:24)./color]


Adorasi kepada Hosti Kudus adalah praktek Devosi kuno yang sudah ada di Gereja, dan bukan merupakan penyembahan berhala, karena iman orthodox Gereja yang apostolik percaya bahwa Hosti Kudus adalah benar2 merupakan Tubuh Tuhan Yesus, yang hadir secara nyata baik fisik maupun spritual (lihat penjelasan sebelumnya mengenai ""transubstansi"").

Memang benar, sebagaimana bentuk2 Devosi yang lainnya, adorasi kepada Hosti Kudus dalam Gereja mengalami perkembangan. Dalam masa2 awal Gereja Perdana Hosti / Roti yang telah dikonsekrasi dalam perayaan Ekaristi (dalam pertemuan jemaat) di bawa ke rumah2 untuk dibagikan kepada mereka yang tidak dapat menghadiri perayaan karena sedang sakit. Sekitar abad keempat, biara2 mulai menyimpan Hosti yang telah dikonsekrasi terutama untuk dibagikan kepada orang sakit. Dan mulai abad ke11, menyimpan Hosti yang telah dikonsenkrasi mulai menjadi praktek umum dalam Gereja.

Pada abad ke11, biarawan dari Prancis: Berengar of Tours mulai mengajarkan bahwa roti dan anggur yang dikonsekrasi salam perayaan Ekaristi tidak mengalami perubahan fisik menjadi Tubuh dan Darah Tuhan. Paus Gregorius VII memerintahkan biarawan Berengar untuk menarik ajaran ini, dan Paus Gregorius VII meluruskan kembali iman katolik bahwa Tuhan Yesus benar2 hadir secara nyata baik fisik maupun spiritual dalam Sakramen Maha Kudus Hosti dan Anggur. Umat meresponse seruan Paus Gregorius VII dengan sangat baik, mereka mengunjungi Sakramen Maha Kudus dan melakukan adorasi kepada Hosti yang disimpan, dan Devosi ini menjadi praktek yang umum dilakukan dalam Gereja.

Sebagai kelanjutan dari Devosi yang sangat baik ini, setelah kemenangan Perancis dan Gereja Katolik dalam menghadapi bidaah Albigensians, raja Louis VII menghendaki agar Sakramen Maha Kudus ditahtakan di kapel Salib Suci (chapel of the Holy Cross), dan banyak umat yang berkunjung dan melakukan adorasi kemudian meminta uskup setempat, Pierre de Corbie, agar Sakramen Maha Kudus tetap ditakhtakan di sana secara permanent. Uskup Pierre de Corbie meneruskan permohonan ini ke Roma, dan paus Honorius III mengabulkan permohonan ini, dan devosi kepada Sakramen Maha Kudus menjadi praktek Devosi yang berkesinambungan di Perancis sampai terjadinya revolusi di negara tersebut.

Jadi bukan seperti yang disalah-pahami oleh non katolik, bahwa Paus Honorius memulai / menciptakan ajaran baru adorasi kepada Hosti Kudus di abad ke12. Penghormatan dan Adorasi kepada Hosti Kudus adalah iman dan praktek Devosi kuno yg sudah ada di dalam Gereja. Gereja Katolik mengembangkan Devosi ini dan menjadikan adorasi kepada Hosti Kudus sebagapi Devosi yang umum dalam Gereja Katolik setelah rangkaian peristiwa2 di atas.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #35 on: July 23, 2014, 07:07:16 PM »
1229
The Bible forbidden to laymen and placed in the Index of forbidden books by the Council of Valencia
Jesus commanded that the Scriptures should be read by all. (John 5:39; 1st Timothy 3:15-17).


"Ada dua kesalahan sejarah yang sangat fatal dalam kesalah-pahaman ini.

Pertama, ""Index of Forbidden Books"" pertama kali dikeluarkan pada tahun 1559 di bawah perintah Paus Paulus IV dan dipublikasikan oleh ""Sacred Congregation of the Roman Inquisition"". Index ini merinci tulisan2 yang tidak sesuai dengan iman katolik yang orthodox dan melarang umat membaca tulisan2 tersebut. Kitab Suci TIDAK PERNAH dimasukkan dalam daftar ini!!
Jadi sangat tidak mungkin konsili yang diadakan di tahun 1229 mendekritkan ""Index"" yg dikeluarkan pada tahun 1559, and Indek yg diacu oleh non-kristen ini juga TIDAK melarang umat untuk membaca Kitab Suci.

Kesalahan kedua, Gereja Katolik tidak pernah mengadakan konsili maupun sinode di Valencia. Pada tahun 1200an kota Valencia sedang dalam kekuasaan kaum Muslim Moors, jadi sangat tidak mungkin diadakan konsili gereja di Valencia pada tahun 1229.
Fakta sejarah yang paling mendekati kesalah-pahaman ini adalah mengacu pada konsili lokal yang diadakan di Tolouse pada tahun 1229. Benar pula bahwa konsili Tolouse mendekritkan keputusan pelarangan membaca Kitab Suci edisi bahasa sehari2 (vulgar tongue), karena terdapat potensi kesesatan dalam terjemahan Kitab Suci edisi bahasa sehari2. Dekrit ini dikeluarkan sebagai upaya perlawanan terhadap bidaah Albigensians. Tetapi konsili ini tidak pernah melarang umat untuk membaca Kitab Suci terjemahan yang benar seperti misalnya versi Vulgata.
Untuk lebih lengkapnya, silakan dibaca di sini:

Jadi tidak benar bahwa Gereja Katolik melarang umat membaca Kitab Suci, malah sebaliknya Gereja Katolik mendesak umat untuk rajin membaca Kitab Suci secara rutin, karena Gereja Katolik mengajarkan bahwa tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus (Katekismus Gereja Katolik #133)."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #36 on: July 23, 2014, 07:08:11 PM »
1287
The Scapular was invented by Simon Stock, and English monk
It is a piece of brown cloth, with the picture of the Virgin and supposed to contain supernatural virtue to protect from all dangers those who wear it on naked skin. This is fetishism.


Scapular adalah merupakan salah satu bentuk Devosi sekaligus praktek Disiplin rohani. Seperti penjelasan di awal thread, penggunaan scapular tentu saja merupakan perkembangan praktek Devosi dan Disiplin dalam Gereja. Perlu diketahui juga bahwa scapular sangat beragam, seperti ""The Scapular of the Most Blessed Trinity"", ""The Scapular of Our Lady of Mount Carmel"", ""The Red Scapular of the Passion"", ""The Scapular of St. Michael the Archangel"", ""The Scapular of St. Benedict"", dsb.

Scapular yang dipermasalahkan di sini adalah ""The Scapular of Our Lady of Mount Carmel"". Non-katolik yang mempermasalah penggunaan scapular dalam Gereja Katolik sekali lagi tidak memiliki pengetahuan sejarah yg benar. Scapular BUKAN diciptakan oleh St. Simon Stock, karena scapular sejatinya telah digunakan oleh biarawan2, diawali oleh biarawan2 ordo Benedictine yg telah ada sejak abad ke6.

Awal mulanya scapular menyerupai celemek yang dikenakan oleh biarawan Benedictine yg sedang bekerja, yang menurut peraturan biara Benedictine disebut sebagai ""scapulare propter opera"" (scapular bekerja). Setelah abad ke-9, seorang biarawan menerima scapular setelah mengucapkan sumpah pengabdian, dan scapular ini dikenal sebagai ""kuk Kristus"" (iugum Christi) dan ""perisai Kristus"" (scutum Christi). Biarawan2 ordo2 lain juga menerapkan Disiplin penggunaan scapular seperti ordo Benedictine, dan scapular menjadi Disiplin rohani biara yg umum pada waktu itu.

Lama kelamaan, umat awam yang yg akrab dengan praktek hidup membiara mengadopsi Disiplin scapular biara dan membuat scapular versi kecil untuk mereka pakai, yg terdiri dari dua potong kain kecil yang dihubungkan oleh seutas tali, dikenakan di leher dan ditaruh di bawah pakaian sehari2, sebagai tanda / pengingat bahwa mereka bergabung dalam komunitas yg mengadopsi Disiplin2 biara2 tertentu."

Scapular Bunda Karmel  digunakan oleh biarawan Carmelith, setelah penampakan Bunda Maria kepada St. Simon Stock. Dari sejarah di atas, bukan hal yang aneh jika umat awam  yg akrab dengan praktek Disiplin biara Carmelith mengadopsi scapular untuk mereka pakai dalam hidup sehari2.

Devosi dan Disiplin BUKAN lah merupakan ajaran iman dan moral, jadi Devosi dan Disiplin scapular apa pun tidak dapat dikatakan sebagai kesesatan dalam Gereja Katolik.

Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #37 on: July 23, 2014, 07:08:56 PM »
1414
The Roman Church forbade the cup to the laity, by instituting the communion of one kind in the Council of Constance
The Bible commands us to celebrate the Lord's Supper with unleavened bread and the fruit of the vine. (Read Matthew 26:27; 1st Corinthians 11:26-29).


"Satu fakta sejarah yang harus diluruskan, bahwa Konsili Constance sama sekali TIDAK melarang umat untuk menerima Sakramen Maha Kudus Dalam Rupa Anggur.

Sesi 13 dari konsili Constance mengajarkan bahwa Kristus hadir sepenuhnya dalam masing2 rupa Sakramen. Jasmani Kristus (baik daging maupun darah), jiwa Kristus, dan keilahian Kristus hadir sepenuhnya dalam Hosti Kudus. Begitu pula jasmani Kristus (baik daging maupun darah), jiwa Kristus, dan keilahian Kristus hadir sepenuhnya dalam Anggur Kudus. Menerima salah satu saja dari kedua rupa komuni ini berarti kita telah menerima Kristus secara utuh. Oleh karenanya, konsili Constance mengutuk ajaran bidaat Utraquist yg mengharuskan umat menerima komuni dalam dua rupa: roti dan anggur, karena ajaran sesat ini menyatakan bahwa Kristus tidak hadir secara sempurna dalam Hosti Kudus, dan Kristus tidak hadir secara sempurna dalam Anggur Kudus, sehingga mengharuskan umat menerima komuni dalam dua rupa.
Ajaran konsili Constance ini TIDAK SAMA dengan larangan menerima komuni dalam dua rupa atau larangan menerima Anggur Kudus, dan sama sekali TIDAK melarang umat untuk menerima Anggur Kudus dari piala perjamuan.

Benar, dalam sabdaNya (Yoh 6 : 54) Yesus mengamanatkan kita untuk makan Daging dan Darah Tuhan agar kita memperoleh hidup. Tetapi dalam ayat 52 dan 59 di perikop yang sama, Yesus menjanjikan hidup yang kekal bagi mereka yang memakan ""Roti"", tanpa mengharuskan meminum Anggur. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Kristus tidak mengharuskan komuni dalam dua rupa. Komuni dua rupa yang dinyatakan Kristus dalam ayat 54 adalah untuk menekankan janjiNya dan menyampaikan ajaranNya bahwa Tubuh dan DarahNya adalah benar2 santapan rohani bagi umat beriman.

Memang benar bahwa komuni dalam dua rupa adalah praktek umum di jaman Gereja Perdana, sebagaimana dicatat dalam 1 Kor 11 : 28 atau Kisah Para Rasul atau dokumen2 kuno Gereja. Tetapi, dalam Gereja Purba juga banyak dilakukan penerimaan komuni dalam satu rupa saja, misalnya ketika Hosti dibawa ke rumah2 untuk dibagikan kepada jemaat yang tidak dapat menghadiri pertemuan, komuni dalam rupa Hosti saja untuk orang sakit, dan komuni dalam rupa Anggur Kudus saja bagi anak kecil yg sudah dibaptis. Hal ini tercatat dalam dokumen2 seperti tulisan Tertullian (Ad Uxor. c. v, P.L. I, 1296), tulisan St. Cyprian (De Lapsis 26), surat St. Basil (Ep. xciii, P.G., XXXII, 485), surat St. Jerome (Ep. xlviii, 15, P.L. XXII, 506), tulisan Eusebius (Church History VI.44).

Kesimpulan dari uraian di atas, TIDAK benar bahwa Gereja Katolik melarang umat menerima Anggur Kudus dalam konsili Constance. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kristus hadir sepenuhnya dalam masing2 rupa Sakramen, baik Hosti maupun Anggur, dan umat diperkenankan menerima salah satu rupa atau kedua rupa Sakramen."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #38 on: July 23, 2014, 07:09:49 PM »
1439
The doctrine of Purgatory was proclaimed as a dogma of faith by Council of Florence
There is not one word in the Bible that would teach the purgatory of priests. The blood of Jesus Christ cleanseth us from all sins. (Read 1st John 1:7-9; 2:1-2; John 5:24; Romans 8:1).


Doktrin purgatory memang ditegaskan sebagai Dogma yang infallible di abad ke-5, tetapi iman mengenai pemurnian terakhir setelah kematian adalah iman orthodox yang apostolik yang sudah ada sejak awal mula Gereja.

Konsep pemurnian terakhir setelah kematian untuk membayar lunas hutang2 dosa juga tertulis dalam Kitab Suci (1 Kor 3 : 11 - 15; Mat 5 : 25 - 26, 12 : 31 - 32). Konsep pemurnian terakhir ini juga sudah menjadi bagian iman sebelum kedatangan Kristus, seperti yg tertulis dalam 2 Mak 12 : 41 - 45. HARAP DIINGAT, Kitab Makabe adalah bagian dari kanon Kitab Suci Gereja Katolik sejak kanon Kitab Suci mulai dibentuk, dapat dilihat dari sinode Hippo pada tahun 393 M dan kanon 24 konsili Kartage pada tahun 419 M. Bukti lain bahwa pemurnian terakhir adalah bagian dari iman sebelum kedatang Kristus dapat dilihat dalam tulisan2 umat Yahudi seperti ""The Life of Adam and Eve 46-7"".

Catatan bapa2 Gereja pun mengkonfirmasi iman Gereja Purba mengenai pemurnian terakhir setelah kematian, seperti: ""The Acts of Paul and Thecla"" (160 M), ""Epitath of Abercius"" (Abercius, 190 M), ""The Martyrdom of Perpetua and Felicity 2 : 3-4"" (202 M), ""The Crown 3 : 3"" (Tertullian, 211 M), ""Monogami 10 : 1-2"" (Tertullian, 206 M), ""Letters 51 [55] : 20"" (Cyprian of Chartage, 253 M), ""Catechetical Lectures 23 : 5 : 9"" (Cyril of Jerusalem, 350 M), ""Sermon of the Dead"" (Gregory of Nyssa, 382 M), ""Homilies on First Corinthians 41 : 5"" (John Chrysostom, 392 M), ""Homilies on Philippians 3 : 9 - 10"" (John Chrysostom, 402 M), ""Sermons 159 : 1"" (Augustine, 411 M), ""The City of God 21 : 13"" (Augustine, 419 M), ""Handbook on Faith, Hope, and Charity 18 : 69"" (Augustine, 421 M), dsb.

Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa iman tentang pemurnian terakhir setelah kematian, yang dikenal sebagai "purgatory" dalam Gereja Katolik, adalah iman orthodox yang sudah ada sejak awal mula dan tidak dipertanyakan orthodoxy-nya sampai bidaah reformasi menyerangnya. Dan sebagai perlawanan dari heresy ini, Gereja Katolik menegaskan iman Gereja yang sejati dalam Dogma Purgatory.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #39 on: July 23, 2014, 07:12:00 PM »
1439
The doctrine of 7 Sacraments affirmed
The Bible says that Christ instituted only two ordinances, Baptism and the Lord's Supper. (Read Matthew 28:19-20; 26:26-28).


Fakta yang harus diluruskan di sini adalah bahwa istilah ""sakramen"" memang merupakan istilah ""baru"" dan tidak dijumpai dalam Gereja Purba. Definisi sakramen dalam Gereja Katolik juga TIDAK SAMA dengan definisi sakramen yang dikira oleh non-katolik (misal: sakramen = ordinances). Dalam Gereja Katolik, istilah ""sakramen"" baru digunakan dan didefinisikan dengan lebih baik setelah abad ke 12, dimulai dari Konsili Lyon pada tahun 1274, dilanjutkan dalam Konsili Florence pada tahun 1338 - 1445. Jadi bukan yang aneh kalo pada sekitar tahun 1338 mulai ditegaskan bahwa ada 7 Sakramen dalam Gereja.

Tapi hal ini bukan berarti bahwa Gereja baru mengenal Sakramen-Sakramen ini setelah abad ke13. Semua tanda yang ditetapkan Kristus dan berdaya guna menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan ilahi kepada kita, yang oleh Konsili Lyon dan Konsili Florence didefinisikan sebagai ""Sakramen"" dan jumlah keseluruhannya ada 7, adalah benar2 sakramen yang sudah ada sejak awal mula Gereja didirikan.
1. Yesus memerintahkan para murid untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus --> Sakramen Baptis
2. Yesus memberikan rahmat Ekaristi pada malam perjamuan terakhir ketika berkata ""Inilah TubuhKu"" dan ""Inilah piala DarahKu"" (Mat 26 : 27 - 29, Mrk 14 : 22 - 25, Luk 22 : 14 - 23) --> Sakramen Ekaristi
3. Dengan memerintahkan para rasul: ""Lakukanlan ini untuk mengenangkan Daku"", Yesus menjadikan mereka imam yang dapat mengkonsekrasikan Ekaristi, dan dengan ini Yesus mendirikan Sakramen Imamat.
4. Yesus memberi kuasa kepada para rasul untuk mengampuni dosa (Yoh 20 : 23) --> Sakramen Pengampunan Dosa
5. Yesus berjanji untuk mengutus Roh Kudus, dan memenuhi janjiNya dalam peristiwa Pentakosta --> Sakramen Krisma / Penguatan
6. Yesus menyembuhkan banyak orang sakit melalui doa dan memberikan kuasa ini kepada para rasul --> Sakramen pengurapan orang sakit
7. Yesus mengajarkan tentang kekudusan pernikahan yang tidak terceraikan --> Sakramen Perkawinan

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Dogma 7 Sakramen adalah ajaran iman yang infallible yang sudah ada dalam Deposit Iman sejak jaman Gereja Perdana.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #40 on: July 23, 2014, 07:12:29 PM »
1508
The Ave Maria, part of the last
It was completed 50 years afterward and finally approved by Pope Sixtus V, at the end of the 16th century.


"Ave Maria adalah bentuk Devosi doa, yang sesuai dengan penjelasan di awal thread, merupakan perkembangan Devosi dalam Gereja.
Jadi bukan hal yang aneh jika Ave Maria baru diselesaikan di abad ke15, dan hal ini sama sekali BUKAN merupakan kesesatan dalam Gereja Katolik."


Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #41 on: July 23, 2014, 07:14:01 PM »
1545
The Council of Trent, held in the year 1545, declared that Tradition is of equal authority with the Bible
By tradition is meant human teachings. The Pharisees believed the same way, and Jesus bitterly condemned them, for by teaching human tradition, they nullified the commandments of God. (Read Mark 7:7-13; Colossians 2:8; Revelation 22:18).


Tradisi Suci adalah semua ajaran iman dan moral selain Kitab Suci yang diteruskan oleh para rasul, yang mengarahkan kepada kekudusan hidup dan menumbuhkan iman umat (silakan baca penjelasan lebih lengkapnya dalam: http://forumimankristen.com/index.php/topic,12.0.html).
Tradisi Suci BUKAN merupakan ajaran manusia, dan BERBEDA dengan ajaran manusia. Ajaran manusia yang TIDAK infallible dalam Gereja Katolik adalah Doktrin, Disiplin, dan Devosi. Non-katolik biasanya salah memahami Doktrin, Disiplin, dan Devosi yang TIDAK infallible sebagai Tradisi Suci, dan ini lah yg biasanya menjadi akar permasalahannya.

Kitab Suci sendiri menekankan bahwa kita harus berpegang teguh pada ajaran lisan dan ajaran tulisan (2 Tes 2 : 15). Ajaran lisan adalah Tradisi Suci, ajaran tulisan pun bukan terbatas pada kitab2 yg dikumpulkan dalam kanon Kitab Suci saja. Tidak ada indikasi sedikitpun bahwa ajaran Paulus dalam ayat ini yg mengatakan ajaran lisan tidak berlaku lagi setelah kanon Kitab Suci ditetapkan.

Fakta sejarah dan ajaran2 bapa2 Gereja pun sama sekali tidak mengindikasikan ajaran meninggalkan ajaran lisan setelah kanon Kitab Suci ditetapkan. Mari kita lihat pada kanon Kitab Suci tertua yg pernah ditemukan, yaitu ""Muratorian Fragment"", yang diperkirakan ditulis pada tahun 155 M. Perlu dicatat bahwa ""Muratorian Fragment"" hanya merinci daftar kanon Perjanjian Baru, yang mirip dengan kanon PB kita sekarang ini, tetapi tidak menyertakan ""Injil Matius"", ""Surat Yakobus"", dan hanya merinci 2 surat Yohanes (1 surat Yohanes hilang dari kanon Muratorian). Selain itu kanon Muratorian juga mengikut-sertakan tulisan2 non-kanonikal lain seperti: ""Surat Paulus kepada jemaat Laodiceans"", ""Surat Paulus kepada jemaat Alexandrians"", ""the Wisdom Written by the Friends of Solomon in His Honor"", ""the Apocalypse of Peter"", dan ""the Shepherd"" (ditulis oleh Hermas). Juga penting untuk dicatat bahwa kanon Muratorian ini adalah satu dari beberapa kanon yang dipakai di Gereja-Gereja Purba, yang tidak seragam antara satu Gereja dengan Gereja lainnya.

Demi mempermudahkan ilustrasi bahwa sola-scriptura itu TIDAK PERNAH menjadi iman Gereja Purba, melainkan selalu Tradisi Suci sejajar dengan Kitab Suci, mari kita ANDAIKAN bahwa kanon Muratorian di tahun 155 M itu sudah diterima sebagai kanon Kitab Suci Gereja pada saat itu. Tetapi tidak satu pun bapa2 Gereja yg mengajarkan utk bersola-scriptura, melainkan tetap mengajarkan umat agar teguh berpegang pada Tradisi Suci DAN Kitab Suci, seperti yg dapat dilihat dalam dokumen2 berikut ini: ""Against Heresies 2:9"" (Irenaeus, 189 M), ""The Prescription Against Heretics 19"" (Tertullian, 200 M), ""On First Principles Bk. 1 Preface 2"" (Origen, 225 M), ""Ecclesiastical History, 3:36"" (Eusebius, 352 M), ""Letter on the Councils of Ariminum and Seleucia"" (Athanasius, 359 M), ""On the Holy Spirit 27"" (Basil, 375 M), ""The Dialogue Against the Luciferians 8"" (Jerome, 382 M), ""Homilies on Second Thessalonians"" (John Chrysostom, 400 M), ""Commonitory 2"" (Vincent of Lerins, 432 M), ""Letters no. 89"" (Theodoret, 443 M), dsb.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa sejak semula Gereja Perdana selalu menerima ajaran2 lisan dalam Tradisi Suci sebagai sumber iman dan moral yang sejajar dengan ajaran2 tertulis. Setelah ajaran2 tertulis yang infallible dikanonkan dalam sinode Hippo di abad ke3 dan dalam konsili Kartage di abad ke-4, Gereja Katolik tetap melestarikan iman Gereja Perdana dan menerima baik Tradisi Suci maupun Kitab Suci sebagai sumber iman dan moral yang sejajar, sama2 mutlak dan infallible. Konsili Trente di abad ke15 menegaskan dan mengukuhkan iman ini sebagai upaya melawan bidaat yg hendak membuang otoritas dan wibawa Tradisi Suci dari hidup Gereja.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #42 on: July 23, 2014, 07:14:42 PM »
1546
The apocryphal books were added to the Bible also by the Council of Trent
These books were not recognized as canonical by the Jewish Church. (See Revelation 22:8-9).


"Distorsi sejarah terbesar yang harus diluruskan bagi non-katolik!
Gereja Katolik menggunakan kanon Kitab Suci yang sama yang ditetapkan dalam sinode Hippo pada tahun 393 M dan kanon 24 konsili Kartage pada tahun 419 M. Justru sebaliknya para bidaat lah yang hendak membuang ketujuh kitab yang mereka sebut apokripa / deutrokanonika itu, sehingga konsili Trent pada abad ke-15 menegaskan kembali kanon Kitab Suci yang telah dipakai dalam Gereja selama lebih dari 1 milenia.

Juga distorsi sejarah mengenai konsili rabi Yahudi (konsili Jamnia) yang dijadikan acuan penetapan kanon PL oleh non-katolik. Fakta sejarah mencatat bahwa TIDAK PERNAH ADA konsili Jamnia. Referensi2 yg mengklarifikasi fakta ini: ""Lee Martin McDonald, James A. Sanders, Editors: The Canon Debate; Jack P. Lewis, Jainnia Revisited, p 161, 2002"", ""The Council Of Jamnia And The Old Testament Canon, Robert C. Newman, 1983"".

Kiranya fakta yang sangat jelas ini dapat meluruskan kesalah-pahaman non-katolik, bahwa justru di luar Gereja Katolik lah terdapat perubahan kanon Alkitab dari yang telah ditetapkan oleh bapa2 Gereja di awal abad ke-3."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #43 on: July 23, 2014, 07:15:19 PM »
1560
The Creed of Pope Pius IV was imposed as the official creed 1560 years after Christ and the apostles
True Christians retain the Holy Scriptures as their creed. Hence their creed is 1500 years older than the creed of Roman Catholics. (Read Galatians 1:8).


"Kredo Pius IV ""Professio fidei Tridentina"" dirumuskan dalam konsili Trente sebagai perlawanan terhadap bidaat protestantism dalam Gereja Katolik.
Sama seperti Kredo Nisea dan Kredo Konstantinopel yang dirumuskan pada abad ke2 dan abad ke 3 untuk melawan bidaat yg berkembang pada waktu itu, maka sangat wajar jika di abad-5 Paus Pius IV merumuskan kredo ini dalam konsili Trente.

Kredo Pius IV adalah menegaskan kembali iman Gereja Katolik yang infallible sesuai dengan ajaran apostolik yg terdapat dalam Deposit Iman."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #44 on: July 23, 2014, 07:15:59 PM »
1834
The Immaculate Conception of the Virgin Mary was proclaimed by Pope Pius IX
The Bible states that all men, with the sole exception of Christ, are sinners. Mary herself had need of a Savior. (Read Romans 3:23; 5:12; Psalm 51:5; Luke 1:30,46,47).


"Maria bebas dari noda dosa adalah iman Gereja yang terkandung dalam Deposit Iman.
Yesus adalah sepenuhnya Allah, bahkan dalam rupa janin ketika tinggal selama 9 bulan dalam rahim Maria, Yesus adalah sepenuhnya Allah. Sama seperti tabut perjanjian yang bersih tanpa noda sehingga Allah berkenan bersemayam di dalamnya, maka tentu saja Maria adalah bersih dari noda dosa sehingga Allah Putra berkenan bersemayam di dalamnya.

Pembebasan dari dosa asal diberikan kepada Maria melalui satu hukum universal yang sama: yaitu dikarenakan oleh jasa2 KRISTUS Sang Penebus, yang kepada manusia2 lainnya dianugerahkan melalui pembaptisan. Maria tetap membutuhkan penebusan KRISTUS agar dirinya dapat dijauhkan dari dosa asal, sehingga sebagai Hawa yg baru, Maria dapat menjadi ibu dari Adam yg baru. Penebusan Maria adalah karya agung dari penebusan KRISTUS.

Bapa2 Gereja pun meneruskan ajaran para rasul mengenai Maria tanpa noda dosa. Silakan dilihat di thread berikut untuk uraian lebih rinci dan juga kutipan2 tulisan bapa2 Gereja mengenai ajaran ini:
http://forumimankristen.com/index.php?topic=292.0

Sebagai kesimpulan, iman akan ""Maria tanpa noda dosa"" adalah Deposit Iman yang apostolik dan sudah ada sejak awal mula Gereja, dan penegasan iman ini dalam Dogma ""Maria Dikandund Tanpa Noda Dosa""  ditujukan untuk melawan bidaat yg menyerang iman ini Gereja Katolik pada abad ke-18."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)