http://www.renunganharian.net/2015/63-april.htmlSARKASME ELIE WIESEL
Diterbitkan hari Sabtu, 04 April 2015 00:00
Ditulis oleh Pipi Agus Dhali
Dibaca: 267 kali
Baca: Lukas 10:25-37
Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Lukas 10:37)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 12-14:23
"Lawan dari kasih bukan kebencian, melainkan ketidakpedulian; lawan dari seni bukan keburukan, melainkan ketidakpedulian; lawan dari iman bukan ajaran sesat, melainkan ketidakpedulian; lawan dari kehidupan bukan kematian, melainkan ketidakpedulian," demikian ungkapan Elie Wiesel, sastrawan berdarah Yahudi, peraih Nobel Perdamaian 1986, saksi hidup kekejaman rezim Hitler. Sarkastik dan telak.
Dalam perumpamaan Yesus, apakah yang membedakan antara orang Samaria dan kedua tokoh lainnya? Ya, sebentuk kepedulian. Dan, apakah yang membedakan akibatnya? Sebuah kehidupan! Orang yang dirampok itu sudah nyaris mati (ay. 30). Jika semua orang yang lewat seperti kedua tokoh sebelumnya, nyawanya pasti melayang. Namun, karena ada orang yang peduli–jiwanya tertolong, ia tetap hidup! Lihatlah, betapa batas antara hidup dan mati ditentukan oleh sebuah kepedulian!
Sarkasme Elie Wiesel lahir dari kegetiran yang dialaminya sendiri. Ketika jutaan manusia dibantai, masyarakat internasional kala itu cenderung membisu. Bahkan gereja resmi di Jerman bersikap apatis. Tragedi terjadi selain akibat kekejaman, juga akibat ketidakpedulian. Jika ketidakpedulian ikut melahirkan kematian, sebaliknyalah kepedulian. Mungkin yang Anda lakukan hanya sebentuk kepedulian sederhana: mendoakan si sakit, menepuk pundak si gagal, mengantar si oma ke gereja, memberi beasiswa si anak desa, dan sebagainya. Ingat, semua itu berpihak pada kehidupan.—PAD
SETIAP KEPEDULIAN BERPOTENSI UNTUK MENGHADIRKAN KEHIDUPAN,
ATAU SETIDAKNYA MEMBIKIN HIDUP LEBIH HIDUP