Kadang kerasa aneh juga ya, bapak reformator paling awal, tapi pengikutnya jadi malu-malu mengikuti pengajarannya.
Yahhh... mungkin itu betul. Kemungkinan lainnya, banyak yang tidak punya keberanian seperti keberanian reformator awal. Artinya, meski pengertian yang terbangun di benaknya sudah sampai pada kesadaran seutuhnya, bahwa ada yang kurang pas atas praktik yang dilakoni sekarang ini bila dibanding dengan reformator awal, ternyata umat tidak punya keberanian menyuarakan 'kesadaran penuh' itu. Banyak pertimbangan yang harus dipikir masak-masak.
Secara senda gurau, seorang teman pernah (umat HKBP) mengungkapkan ketakjubannya pada praktik kejemaatan yang saya lakoni. Lepas dari doktrin, saya pikir, ketakjuban itu tidak bertendensi apa-apa. Namun, jika dikaji agak lebih dalam, dengan mengingat perkataan Jesus Kristus bahwa
"Pohon dikenal dari buahnya", tidak berlebihan kalau ternyata menurut teman itu, ada
suatu nilai lebih dari jemaat dimana saya bersekutu dibanding dengan jemaat dimana dia bersekutu. Tetapi, untuk merealisasikan ketakjubannya itu, akan sangat sulit baginya pindah dari organisasinya. Nah, dalam hal seperti itu mungkin yang menyajikan kesan 'malu-malu' seperti yang Fantz maksud.
Damai, damai, damai.