Wah ini thread yg sangat menarik!!! Khususnya bagi saya, karena saya menjadi Kristen setelah dikenalkan kepada konsep Allah Tritunggal.
Membaca "rangkuman" dari bro jesuit di atas, saya jadi tegoda untuk mengidentifikasikan pemahaman saya dng salah satu dari dua macam garis besar dogma Tritunggal tsb. Hmmm kira-kira yg mana ya? Dan, ternyata ini bukan pekerjaan yg mudah. Saya masih perlu tahu dulu apa itu "hakikat", apa itu "kepribadian", apa itu "kehadiran", dll...
Ada masalah semantik di sini
Dalam pengalaman pribadi saya, "perjumpaan" dng Allah Tritunggal terjadi dalam ranah semantik di bidang keilmuan saya (semiotika/linguistik). Permasalahan logika yg umumnya timbul seputar konsep Allah Tritunggal adalah "tiga tapi kok satu; satu tapi kok tiga?". Jadi, permasalahan tsb di-realisasi-kan dalam logika oleh satuan jumlah (numerik. Misal: satu, dua, tiga, sepuluh, seratus, .....). IMO, realisasi dng satuan jumlah inilah yg menyebabkan permasalahan tsb jadi muncul/possible.
Saya pribadi, ketika berpikir ttg being Allah Tritunggal, tidak memakai realisasi tsb. Ketimbang memakai satuan jumlah, saya memakai satuan manifestasi. Jadi, dalam kepala saya, bukan "tiga tapi satu;satu tapi tiga" melainkan "tunggal dan jamak". Dalam manifestasi tunggal: satu jeruk, dua jeruk, tiga jeruk...itu tunggal, yakni jeruk. Dalam manifestasi jamak: satu jeruk itu satu, dua jeruk itu dua, tiga jeruk itu tiga,...dst.
Dengan cara berpikir tsb, percakapan imajiner di bawah ini bisa terjadi:
Ani: ada berapa jeruk di dunia ini?
Budi: Ada satu dan banyak.
Ani: Hah?
Budi: Oh, maksudmu ada berapa banyak? (di sini saya sedang cari tahu apakah pertanyaan Ani berada dalam kategori jamak)
Ani: Lha iya lah!
Budi: Wah, ada banyak banget. Aku nggak tahu pastinya...
Ani: Jadi nggak cuma satu, kan?
Budi: Ya semua jeruk-jeruk itu tetep satu, yaitu jeruk.
Ani:
Ani gagal mengerti karena ia hanya me-realisasi-kan kata "berapa" dalam satuan jumlah.
Saya melihat Allah sebagai "pondasi" segala sesuatu yg diciptakanNya. Saya melihat bahwa ciptaanNya pasti memiliki fitur manifestasi tunggal dan jamak, seperti yg saya maksud di atas. Dan, saya berpikir bahwa fitur manifestasi tunggal/jamak dalam ciptaan merupakan cerminan dari fitur manifestasi tunggal/jamak Sang Pencipta. (note: realita Pencipta dan realita ciptaan tentunya berbeda secara ontologis. Jadi, jangan dilarikan ke universe = Allah).
Sementara tu, pembicaraan mengenai satuan jumlah "tiga" dan "satu" dalam pembicaraan ttg Allah Tritunggal, IMO, musti dikaitkan dengan wacana fungsi, atau tugas, atau tujuan. Wacana tsb pastilah berupa narrative/kisah. Dengan demikian, pembicaraan mengenai Allah Tritunggal paling tepat berupa pembicaraan mengenai sebuah kisah. Dengan kata lain, jawaban atas pertanyaan "Allah Tritunggal itu seperti apa?" semestinya ber-genre narasi/kisah, bukan eksposisi, atau laporan (report).
Gitu sih pemahaman saya (anggota kaum percaya yg berteologi nggak jelas...
)
Salam