BENARKAH INJIL MENUBUATKAN MUHAMMAD?
Umat islam (muslim) dengan angkuhnya menuduh bahwa kitab orang Kristen (Alkitab) telah dipalsukan atau diubah-ubah, dan sudah tidak asli lagi. Namun di lain pihak justru mereka masih mengais-ngais ayat-ayat Alkitab –yang dikatakan sebagai kitab palsu itu— untuk mendongkrak status kenabian Muhammad.
Ini dengan jelas membuktikan bahwa muslim tidak pede dengan status nabi bagi Muhammad, sehingga masih perlu dicarikan pembenarannya, bahkan bila perlu dari Kitab yg sudah dipalsukan sekalipun. Sungguh ironis.
BENARKAH MUHAMMAD DINUBUATKAN DALAM INJIL?
“Semuanya itu kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama kamu; tetapi PENGHIBUR, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus Bapa dalam namaKu (Yunani: “Ho De PARAKLETOS, To Pneuma To Hagion, Ho Pempsei Ho Pater En To Onomati Mou”), Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan segala sesuatu yang telah Kukatakan kepadamu.” - (Yohanes 14:26)
I
njil Yohanes 14:26 tersebut di atas sering dan bahkan selalu dicomot oleh para islamer untuk mengatakan (dan mengesahkan) bahwa Injil-pun menubuatkan tentang kedatangan Muhammad. Mereka menunjuk kata “Feriqlytus” (maksudnya adalah kata Yunani: Parakletos atau Parakleton), padahal sebenarnya nubuat (sasmita) yang ditunjuk tersebut konteksnya lain sama sekali, sehingga penafsiran tersebut terasa sangat menggelikan. Bahkan secara amat tegas dalam bagian itu telah diterangkan siapa yang dijanjikan, sekaligus membuktikan bahwa paragraf pasal-pasal Injil itu tidak menunjuk sama sekali akan hadirnya sosok atau person nabi, atau bahkan, MANUSIA manapun juga.
Sekali lagi ayo kita simak dengan cermat Yoh.14:26 tersebut;
“Semuanya itu kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama kamu; tetapi PENGHIBUR, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus Bapa dalam namaKu (Yunani: “Ho De PARAKLETOS, To Pneuma To Hagion, Ho Pempsei Ho Pater En To Onomati Mou”),...” dst.
Lalu apa kaitannya dengan nama Muhammad? Di dalam bahasa Arab, perkataan “Muhammad” mempunyai akar kata yang sama dengan nama “Ahmad”, artinya adalah Terpuji. Para juru tafsir islam lalu menghubungkan dengan menuliskan kata-kata itu dalam huruf Arab “Frqlyts”, lalu dibacanya “Feriqlytus”, yang artinya hampir sama dengan “Ahmad” atau “Muhammad” dalam bahasa Arab.
Dalam Quran surat As-Shaff 61:6 disebutkan bahwa kedatangan Yesus antara lain untuk memberikan kabar gembira dengan datangnya rasul sesudahnya, namanya Ahmad (Arab: “Wa mubasysyran birasulin ya’timin ba’dismuhu Ahmad”). Ayat ini berasal dari periode Madinah, tak diragukan nabi islam memahaminya sebagai berita kedatangannya sendiri. Namun dalam sepanjang Quran selanjutnya, nubuat atau “ramalan” tersebut tak pernah direnungkan lagi.
Barulah pada abad ke-8 Masehi, melalui tulisan Ibnu Ishaq, Sirat An-Naby (yang disusun kembali oleh Ibnu Hisyam, ed. Muh. Muhly Ad-Din Abdul Hamid, Cairo: ‘Ali Subaih, 1963), mulai dihubung-hubungkan nama Muhammad dengan istilah Yunani “Parakletos” dari Injil Yohanes. Ibnu Ishaq mengutip Injil Yohanes dalam bahasa Aram, dimana “Parakletos” dialih-istilahkan sebagai: “Munhammana”, yang menurutnya menunjuk pada Muhammad (Olaf Schumann, 1978:243; Bdk. Husein Abubakar dan Abubakar Basjmeleh, 1970).
L. Maracci, seorang orientalis asal Italiayang hidup pada abad ke-17, adalah orang pertama yang mengemukakan pendapat bahwa istilah “ahmad” dalam Quran tersebut, merupakan akibat pembacaan yang salah dari istilah Yunani “Parakletos”. Tetapi sebelum Maracci, pendapat ini tidak pernah dikemukakan baik oleh para muslimer sendiri, maupun oleh para orientalis di Barat.
Demikian pula dengan Injil Barnabas yang telah dibuktikan berasal dari abad ke-16, tidak menggunakan istilah “ahmad” tetapi dengan tegas menyebut “Muhammad” apabila ia menyinggung tentang “nubuat” Yesus akan kedatangannya. Karena itu, dugaan ulama besar Rasyid Ridha yang ngotot bahwa Yoh.14:26 merupakan nubuat Yesus tentang kedatangan Muhammad, terbukti ngawur dan dangkal. Untuk lebih jelasnya, dapat diikuti argumentasi di bawah ini:
(i) Berbeda dengan bahasa Arab (dan Ibrani) maka bahasa Yunani jelas mempunyai huruf-huruf hidup (vokal). Karena itu kata “parakletos” tidak boleh seenak-udel sendiri dituliskan dengan huruf-huruf matinya saja (apalagi dalam model penulisan Arabic: “frqlyts”, dibaca: “feryqlitus” yang artinya mirip dengan “ahmad”.
(ii) Istilah “Parakletos” sendiri artinya jelas dan pasti, yaitu: Penghibur, Penolong atau Perantara. Pengertian tersebut, tampak dalam penggunaan akar kata itu dalam bentuk-bentuk lain, umpamanya: paraklesis, parakleseos. Artinya, penghiburan atau anjuran. Juga, parakaleo yang berarti (memohon, berseru) untuk ditolong, dihiburkan (D.F. Walker, 1986:9-A, 38).
(iii) Istilah Yunani yang berarti “terpuji” tepatnya adalah “Eulogetos”, bukan Parakletos. Salah satu ayat Perjanjian Baru mencontohkan pemakaian kedua istilah, umpamanya 2 Korintus 1:3 yang berbunyi: “Terpujilah Allah (Yunani: EULOGETOS HO THEOS), Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan (Yunani: THEOS PASES PARAKLESEOS).
(iv) Mengenai istilah Aram “Munhammana” diartikan Muhammad, dapat dijawab sambil lalu saja: seperti berlaku pada seluruh bahasa di dunia, kemiripan bunyi dalam bahasa yang berbeda tidak harus sama pula artinya, bahkan meskipun dalam bahasa yang serumpun. Apalagi seluruh pasal yang memuat nubuat itu, telah menjelaskan siapa Parakletos, yaitu: Roh Kudus (Yunani: TO PNEUMA TO HAGION, 14:26) atau Roh Kebenaran (Yunani: TO PNEUMA TES ALETHEIAS, 15:26, 16:13).
Jelaslah bahwa Yesus tidak pernah berbicara mengenai akan datangnya seorang manusia siapa pun juga dan dari manapun juga, sebagai nabi penggantinya di masa datang. Injil Yohanes telah menegaskan sifat Roh Ilahi tersebut, ia keluar dari Allah (15:26) dan tidak kasat mata (14:17). Bagaimanapun, seluruh pasal nubuat itu menghalangi penggenapannya dalam diri wadag manusia ragawi, kecuali bila Muhammad itu adalah siluman yang tak kasat mata!
(v) Ibnu Ishaq sendiri, ketika mengutip terjemahan “Parakletos” dalam bahasa Aram, sama sekali tak menyinggung hubungannya dengan surat As-Shaff 61:6. Dapat disimpulkan bahwa pada saat ia hidup, sekurang-kurangnya oleh dia sendiri, ramalan Almasih dalam Injil Yohanes di satu pihak dan ramalan Almasih dalam Quran di pihak lain, belum dihubungkan satu sama lain. Karena itu tidak mungkin mencatat suatu hubungan “sejarah tradisi” (tradition-geschichtlich) antara kedua tulisan yang berbeda tersebut.
Prof. Abdul Kahar Muzakir (dalam Husein Abubakar dan Abubakar Basjmeleh, 1970:viii), menyadari kesulitan ini, bahwa kitab-kitab Injil ini tidak membawa keterangan yang memuaskan tentang akan datangnya Muhammad. Bahkan segala usaha untuk menemukan nubuatan tentang Muhammad dalam Injil selama ini sia-sia belaka. Karena itu mereka terjebak dengan merujuk pasal-pasal dalam injil Barnabas yang bahkan oleh banyak kalangan islam sendiri jelas-jelas ditolak eksistensinya sebagai injil asli yang berasal dari masa hidup murid-murid Yesus Kristus. (Tentang injil Barnabas akan dibahas lebih mendetail dalam tema lain yang lebih khusus. Itupun bila para netter muslim menantangnya!).
*Dicuplik dari: Telaah Kritis Atas INJIL BARNABAS, edisi revisi, Bambang Noorsena, SH., ANDI Yogyakarta, 1990). --- Didedikasikan (via Ali 5196) kepada kawan2 relawan penterjemah di Indonessia-FaithFreedom.
bersambung..