Saya tidak tahu apakah telur itu betul dicampur dengan bahan kimia tertentu, karena kalau putih telur memang dibiarkan menempel di kaca dalam waktu lama, dan sampai kering, efeknya mirip lem kaca lho. Jadi ngga ada salahnya juga mencoba di rumah, apakah putih telur yang dicampur air akan menjadi keruh atau tidak. Khawatirnya artikel di atas adalah hoax, karena beberapa kali juga saya terima melalui BBM.
Satu yang perlu sangat sangat ditanamkan di benak seorang pengemudi mobil. Yakni tidak boleh panik. Suara yang keras, ataupun kaca depan yang terganggu, jangan panik. Karena kepanikan hanya akan membawa musibah.
Mungkin OOT kalau saya kisahkan di sini, tetapi saya kisahkan juga, karena sepertinya masih berhubungan.
Peristiwa yang saya alami ini adalah real, dan bisa berakibat sangat fatal, dan saya terhindar dari maut hanya karena tidak panik dan tentu saja Tuhan masih melindungi saya.
Peristiwa I.
Saya mengenadari sedan di jalan tol dalam kota di Jakarta, kebetulan siang hari dan lalulintas agak lengang. Jadi kecepatan saya sekitar 100 km/jam. Didepan saya ada truk bak terbuka. Tiba tiba dari bawah truk itu terpental sebuah benda hitam, langsung menuju kaca depan mobil saya. Melihat pantulannya di aspal saya duga awalnya adalah karet ban, setelah dekat, saya terkejut, karena ternyata sepotong besi sepanjang sekitar 5 cm. Saat itu, saya hanya mengurangi kecepatan mobil saya, dan menerima lontaran besi itu. Syukurlah tidak terjadi apa apa, hanya terlihat kaca mobil saya terluka.
Dua hari setelah peristiwa itu, di jalan tol yang sama, juga di siang hari, kecepatan yang kurang lebih sama. Saat mobil saya melaju kencang, tiba tiba, kaca depan mobil saya tidak tembus pandang. Rupanya dengan kondisi pecah seribu, saya betul betul tidak bisa melihat apapun. Padahal mobil sedang melaju kencang. Segera saya mengurangi kecepatan (jangan drastis), dan karena saya berada di jalur kanan, maka saya memasang lampu hazard dan menepi ke jalur kanan, ke cekungan yang dibatasi rantai (biasanya digunakan untuk memutar petugas). Saya berhenti dan mengatur nafas.
Bingung harus berbuat apa, akhirnya kaca saya lubangi tepat di depan muka saya, demi sekedar untuk meihat ke jalan. Sambil tetap memasang lampu hazard, saya mengendarai keluar tol dengan kecepatan sekitar 40-50 km/jam. Itupun kaca depan mobil saya rontok sedikit demi sedikit.
Peristiwa II.
Beberapa hari sebelumnya, saya dan adik saya ke Pantai Anyer dengan dua mobil, mobil panther yang saya gunakan disopiri oleh adik saya. Saat itu pecah ban, dan diganti oleh adik saya. Saya sempat heran juga melihat adik saya memasang ban tanpa mengencangkannya, tetapi saya diamkan saja karena mungkin saja saya tidak melihat ketika adik saya mengencangkannya.
Malam itu, saya dari mengunjungi seorang teman, kebetulan pemilik showroom mobil, kami makan bersama di daerah Pluit. Sekembali dari makan, teman saya menawari untuk menyopiri mobil saya, sehingga saya duduk di belakang. Saat itu, saya mendengar suara berdetak detak dari bagian bawah. Saya tanya teman saya, apakah dia mendengarnya, dijawab tidak, tetapi saya yakin mendengar suara itu. Sesampai di showroom nya, saya turun dan memeriksa ban mobil saya dengan cara saya tendang tendang (menguji kempes atau tidak), seharusnya saya goyang dengan tangan, tetapi tidak saya lakukan.
Selesai urusan di showroomnya, saya berpamitan, dan baru beberapa puluh meter, saya semakin merasakan suara berdetak lagi, tidak selalu, tetapi kadang saat saya melepas gas, detaknya terasa keras. Saya masih sempat HP teman saya, dan mengatakan ada masalah di bagian ban, saya khawatir gardan bermasalah. Teman saya hanya menyarankan hati hati.
Masuk tol dalam kota, tidak masalah, anehnya kalau kecepatan saya tambah (gas saya injak, tidak berdetak), jadi saya jaga kecepatan sekitar 60-70 km/jam. Hingga melewati jembatan semanggi, karena jalanan turun, gas saya lepas, suara berdetak semakin keras. Dan, secara tiba tiba mobil saya timpang ke kiri. Dari kaca spion saya lihat percikan api sepanjang gesekan tromol rem di aspal. Dan saya melihat ban belakang mobil saya melaju mendahului mobil saya lompat ke luar jalan tol. Saya tidak melakukan pengereman mendadak.
Saya pasang sein kiri, dan mengarahkan laju mobil saya ke tepi kiri jalan tol. Mobil berhenti dengan aman. Saya lompat pagar mengejar ban saya yang lari. Mengganti rugi seorang ibu yang mobilnya ditabrak ban saya. Dan duduk termenung di tepi jalan tol melihat dari empat baut roda, tiga sudah patah, dan satu melengkung. Menelpon teman saya menginformasikan kondisi saya, dan menunggu derek jalan tol menolong saya. Akhirnya derek datang, minta ongkos 300 ribu, padahal katanya gratis (ternyata gratis hanya sampai gerbang tol, sama juga bohong), ke begkel teman saya. Saya bersyukur, karena saya tidak panik, kalau saya injak rem secara mendadak, bisa dipastikan saya terguling. Sya bersyukur karena ban belakang yang lepas, karena kalau ban depan pasti mobil menjadi tidak terkendali. Saya bersyukur ban kiri beakang yang lepas, karena kalau kanan maka ban saya akan lompat ke tol dari arah berlawanan. Saya bersyukur bahwa ban saya tidak lepas di atas jembatan semanggi, karena kalau sampai jatuh ke jalan sudirman, maka apapun yang ditimpanya pasti fatal. Maka, sebagai orang jawa, saya masih sangat berasa untung.
Jadi, dari dua kejadian di atas, biasakan untuk jangan panik, jangan mudah menginjak rem secara mendadak, apapun kejadiannya. Tetaplah latih seluruh tangan dan kaki kita bertindak dengan kontrol kita.
Syalom