Author Topic: Teresa dari Avila  (Read 1203 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline WorldPeace8281

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 280
  • Reputation Power:
    • WorldPeace8281
  • Denominasi: Yesusnisme
Teresa dari Avila
« on: August 22, 2012, 11:06:18 PM »
nieh, ada sebuah film berjudul Visions of Ecstasy yg menceritakan soal Santa Teresa dari Avila: http://en.wikipedia.org/wiki/Teresa_of_%C3%81vila

Katanya film ini sangat melecehkan umat Kristen karena dikatakan beberapa bagian film yang sangat menyinggung umat Kristen yakni adegan yang memperlihatkan bagaimana seorang suster Spanyol, St Teresa dari Avila merayu Yesus Kristus di atas kayu salib. sampe2 dilarang ditonton di Inggris selama 23 tahun & pas dibolehin cmn yg boleh usia 18 tahun keatas: http://en.wikipedia.org/wiki/Visions_of_Ecstasy

ini saya nemu beberapa dari gambarnya:




Apakah benar Santa tersebut benar2 merayu Yesus secara rohani atw dalam hati (soalnya kl secara nyata kan aneh sebab Yesus dh bangkit) Memang apa sih arti atw maksud dari rayuan tersebut ? atw mungkin cuman selipan dr filmnya aja ya ?

trus emang kl merayu kayak gitu melecehkan & cuman boleh ditonton 18 tahun keatas ? hhhmmmm......  :onion3:

bruce

  • Guest
Re: Teresa dari Avila
« Reply #1 on: August 22, 2012, 11:35:07 PM »
Santa Teresa Ávila, juga dipanggil Santa Teresa Yesus, dibaptis dengan nama Teresa Sanchez de Cepeda y Ahumada (lahir di Gotarrendura (Ávila), Old Castile, Spanyol, 28 Maret 1515 – meninggal di Alba de Tormes, Salamanca, Spanyol, 4 Oktober 1582 pada umur 67 tahun) adalah seorang mistik, biarawati Karmelit dan penulis Anti Reformasi. Dia seorang pembaharu Ordo Karmelit dan bersama Yohanes Salib merupakan pendiri Karmelit Ciaka. Pada 1970 dia diberi gelar Doktor Gereja oleh Paus Paulus VI.

Teresa de Cepeda y Ahumada dilahirkan pada 1515 di Gotarrendura, Spanyol. Kakek dari ayahnya, Juan de Toledo, adalah seorang orang Yahudi yang beralih ke Kristen dan dituduh oleh Inkuisisi Spanyol karena kembali ke kepercayaan Yahudi. Ayahnya, Alonso Sánchez de Cepeda, membeli gelar ksatria dan berhasil berasimilasi ke dalam lingkungan Kristen. Ibu Teresa, Beatriz, mendidik anaknya ajaran Kristen. Teresa merasa kagum oleh kehidupan para santo, dan lari dari rumah pada umur tujuh bersama saudaranya Rodrigo untuk mencari martirdom di antara Moors. Pamannya mencegah mereka pada saat dia kembali ke kota dan melihat mereka di luar tembok kota.
Pada umur 20 Teresa meninggalkan rumah ayahnya, dan masuk ke biara Inkarnasi Karmelit di luar Avila. Di dalam biara, dia menderita penyakit. Pada masa awal sakit, dia mengalami periode ekstasi keagamaan melalui bacaan "Tercer abecedario espiritual," (Alfabet Spiritual Ke-3) yang dipublikasi pada 1527 dan ditulis oleh Francisco de Osuna. Dia juga membaca buku Tractatus de oratione et meditatione karya Peter Alcantara.




The Ecstasy of St Teresa in the basilica Santa Maria della Vittoria in Rome. By an Italian baroque artist, Gianlorenzo Bernini.
Pada 1556, banyak teman manyatakan bahwa pengetahuannya berasal dari Setan. Dia mulai menjalani penyiksaan diri dan mortifikasi badan. Tapi rekannya, Santo Francis Borgia seorang Yesuit, memastikan dia bahwa inspirasinya berasal dari Tuhan. Pada hari St. Peter di 1559, Teresa yakin bahwa Yesus Kristus hadir dalam tubuhnya. Visi Yesus Kristus ini hadir selama 2 tahun. Dalam visi lainnya, Teresa menulis seraph menusukan tombak emas ke jantungnya, menyebabkan sakit jasmani-rohani. Ingatan akan kejadian ini mendorongnya dan memotivasinya untuk mengikuti penderitaan Yesus, tercatat sebagai motonya: "Bapa, biarkan aku menderita atau biarkan aku mati." Visi ini menjadi hasil karya Bernini paling terkenal Ekstasi St. Theresa di Santa Maria della Vittoria di Roma.

Tiga  tahapan kehidupan rohani :

Tahap satu: Pemurnian bagi para pemula

Tujuh bilik dalam Puri Batin(menurut St. Theresia Avila)
Puri kesatu, ciri- cirinya: hidup secara umum dalam kondisi rahmat, tetapi hanya berdoa sesekali, dan hanya didominasi oleh tujuan- tujuan duniawi Puri kedua: terjadi pergumulan melawan keduniawian, mengadakan meditasi (merenungkan Sabda Tuhan) Puri ketiga: hidup teratur dengan melaksanakan kebajikan- kebajikan, secara teratur ber-meditasi dan melakukan praktek yang saleh lainnya.

Tahap dua: Penerangan bagi yang telah berpengalaman (‘proficient‘)
Puri ke-empat: ‘prayer of quiet’ (doa hening), yang didahului dengan rekoleksi, yang ditandai dengan kesadaran yang penuh akan kehadiran Tuhan di dalam jiwa. Doa hening ini adalah semacam penyalaan kehendak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang ditandai dengan pertumbuhan dalam semua kebajikan, takut akan Allah, kerendahan hati, percaya penuh akan kuasa Tuhan, dan kemerdekaan rohani.

Tahap tiga: Persatuan [dengan Tuhan]
Puri kelima: ‘prayer of quiet’: persatuan sederhana. Cirinya: tidak ada distraksi/ pelanturan, kepastian akan persatuan yang erat dengan Tuhan, kehendak yang kuat dan kerendahan hati yang sangat mendalam. Puri ke-enam: ‘ecstatic’/ conforming union: persatuan yang menyesuaikan dengan Kristus. Cirinya: luka-luka kasih, percobaan/ ujian yang terlihat dari luar ataupun di dalam hati, kehendak yang kuat, ‘spiritual betrothal’. Puri ke-tujuh: ‘Mysical Marriage’/ Perkawinan Mistik atau transforming union: persatuan yang mengubah menjadi seperti Kristus. Cirinya: kehendak yang kuat untuk melayani Tuhan dan menderita bagi-Nya; melupakan kehendak diri sendiri, hanya memusatkan diri pada Tuhan dan segala kehendak-Nya.

http://www.newadvent.org/cathen/14515b.htm

bruce

  • Guest
Re: Teresa dari Avila
« Reply #2 on: August 22, 2012, 11:41:22 PM »
Dari Tiga tahapan kehidupan rohani, dan tujuh bilik dalam puri bathin yang ditulis oleh Teresa Avila, orang mudah salah tafsir.
Sehigga apa yang digambarkannya sebagai penyatuan dengan Tuhan, menjadi seperti penyatuan dua manusia.
Begitu pula jika apa yang tertulis di Kidung Agung, digambarkan secara visual, jadilah film yang tidak layak di tonton.

Pertanyaannya tinggal, apakah dalam membaca Kidung Agung (begitu pula karya Teresa Avila), kita ingin mengartikannya secara literal (dengan visualisasi), atau menjadi arti simbolis untuk bathin dan jiwa?

Tergantung, siapa yang mambacanya, dan ingin mengartikannya sebagai apa.

Dalam hal film, saya cenderung masa bodoh saja, seperti juga kalau ada orang yang merasa apa yang dikisahkan oleh film film nya Dan Brown sebagai fakta, ya monggo, film fiksi koq dipercaya.

Kira kira seperti itu.

Syalom