Setiap orang kristen memang harus bisa mempertahankan imannya
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertai FIKers sekalian.
Dalam berapologet, menjadi sangat menarik (atau, membosankan?) bila dilakukan oleh dua orang yang sama-sama mempunyai landasan atau acuan yang sama meski tidak identik. Ketidakidentikan itu pula yang sering menjadi bahan perbedaan pemikiran dan pendapat, bahkan sering meruncing sehingga terjadi saling hujat, saling caci, saling membodohkan
partner apologianya.
Sesama pengaku pengikut Kristus, yaitu orang yang mengimani bahwa Jesus Kristus adalah orang sekaligus Tuhan, sering mempersoalkan bagaimana tafsir atau pemaknaan atau pengertian dari suatu ayat yang tertulis di Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Secara umum, ada yang mengimani bahwa Perjanjian Lama masih berlaku sepenuhnya. Ada yang berpandangan bahwa Perjanjian Lama harus dilihat dari terang Perjanjian Baru. Ada yang berpandangan bahwa Perjanjian Lama sudah kadaluwarsa.
Perbedaan pandangan iru sangat sering mengakibatkan perbedaan pandangan dari orang-orang yang sama-sama mengaku sebagai pengikut Kristus. Yang mengimani bahwa Perjanjian Lama masih sepenuhnya berlaku sering mengambil acuan dari beberapa perkataan Jesus Kristus yang mengatakan,
"Ada tertulis... bla, bla, bla. Diartikannya, bahwa dengan perkataan Jesus Kristus seperti itu mengindikasikan bahwa
apa-apa yang tertulis di Perjanjian Lama masih terus berlaku sampai sekarang, bahkan sampai akhir zaman.
Ada yang berpandangan bahwa dengan perkataan Jesus Kristus,
"Ada tertulis ... bla, bla, bla, TETAPI AKU MENGATAKAN... bla, bla, bla,". Diartikannya, bahwa karena Jesus Kristus menambah "TETAPI ..." mengindikasikan bahwa
apa-apa yang tertulis di Perjanjian Lama memang harus dipandang dari terang Perjanjian Baru.Ada yang berpandangan bahwa Perjanjian Lama (yang berisi Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi), berlaku hanya sampai pada zaman Yohanes. Dengan demikian, tidak perlu melihat Perjanjian Lama. Pernah ada organisasi atau yayasan atau apalah, mengedarkan Perjanjian Baru (saja) ke kamar-kamar hotel.
Masalahnya, dari ketiga pandangan itu, sering sekali timbul perbedaan di sana-sini, yang tidak jarang meruncing menjadi bahan 'perkelahian'. Dengan demikian, mengingat bahwa Jesus Kristus hanya satu, perlu penyamaan pandangan. Maka, dalam berapologi, saya pikir, selaku mengaku pengikut Kristus, harus menjadikan Ajaran Kristus sebagai acuan.
Meski demikian, karena diakui juga bahwa Tuhan dari dulu, sekarang, sampai selama-lamanya adalah tetap, maka apa yang disampaikan Tuhan dalam Perjanjian Lama, tidak berubah sampai selama-lamanya. Jadi, tidak mudah menyamakan pandangan agar menjadikan Ajaran Kristus sebagai acuan dalam berapologet, walaupun apologi itu dilakukan oleh orang yang sama-sama menyatakan diri sebagai pengikut Kristus.
Jalan tengahnya saya kira, semua orang bebas memilih cara pandang yang bagaimana antara (1) Perjanjian Lama masih terus berlaku, atau (2) Perjanjian Lama harus dipandang dari terang Perjanjian Baru, atau (3) Karena Perjanjian Lama sudah kadaluwarsa, maka pandangan hanya dari Perjanjian Baru. Bila seseorang sudah memilih cara pandangnya, tidak seorang lainpun yang dapat merubahnya kecuali orang itu sendiri dengan pertolongan Tuhan, dan dalam berapologet, partisipan harus saling menghargai dan saling menghormati pilihan
partner-nya.
Damai, damai, damai.