Meski agak aneh karena belum saya cari ayat pendukung, saya ingin urun pendapat.
Begini.
Bila Gereja itu dipandang sebagai Tubuh Kristus dan Jesus Kristus adalah kepala Gereja, maka apa-apa yang sudah diberikan (dipersembahkan) kepada Gereja, menurut saya, tidak perlu dipertanyakan. Hanya saja, karena Gereja itu terdiri dari orang-orang yang masih makan nasi dan minum air, tentu perlu adanya transparansi. Transparansi memungkinkan setiap anggota Gereja mengetahui seluk beluk Gereja, termasuk keuangannya.
Kalau diposting atas sudah ada yang menggambarkan bahwa uang diperoleh Gereja telah 'dikapling-kapling' untuk pengurus Gereja, untuk kaum yang memerlukan, dan untuk sarana prasarana Gereja, saya kira tidak kaku juga. Gereja lokal mengetahui seberapa besar kebutuhan keuangannya. Maka, 'kapling-kapling' tersebut masih dimungkinkan untuk di rubah (ditabrak/dilanggar) suatu saat dan kemudian dikembalikan pada ketetapan semula pada masa selanjutnya.
Yang ingin saya sampaikan, ijinkan saja Gereja mengalokasikan dana yang ada untuk kelangsungan hidup Gereja. Jika nyata-nyata Gereja sudah menyeleweng, misalnya menggunakan dana tanpa dapat dipertanggungjawabkan semata-mata untuk kebutuhan umat (termasuk pengrus Gereja), maka umat bisa mengambil sikap. Dalam hal seperti itu pula akan kelihatan apakah para pengurus Gereja itu bertujuab untuk mengurus Gereja untuk Tuhan atau untuk siapa.
Begitu saya kira.
Damai, damai, damai.