Author Topic: belajar mengertikan event sesudah perpecahan  (Read 11387 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline salt

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 2507
  • Reputation Power:
  • Denominasi: **
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #180 on: October 29, 2013, 07:11:10 PM »
@Oda

Bro, ini sekedar permintaan, saya tahu bahwa anda bukan bermaksud melecehkan ataupun menghina tokoh tokoh Kristen. Tetapi, kata kata seperti kacung, mbok, om, atau sjenisnya, walau tidak bertujuan menghina dan bahkan dalam tanda petik, tetap terkesan tidak menghormati. Memang anda bukan penganut Kristen, tetapi justru karenanya menjadi lebih nyaman bagi semua pihak jika anda tidak menggunakan kata kata seperti itu. Ini sekedar himbauan dari sesama member.

Syalom

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #181 on: October 29, 2013, 08:32:13 PM »
@Oda

Bro, ini sekedar permintaan, saya tahu bahwa anda bukan bermaksud melecehkan ataupun menghina tokoh tokoh Kristen. Tetapi, kata kata seperti kacung, mbok, om, atau sjenisnya, walau tidak bertujuan menghina dan bahkan dalam tanda petik, tetap terkesan tidak menghormati. Memang anda bukan penganut Kristen, tetapi justru karenanya menjadi lebih nyaman bagi semua pihak jika anda tidak menggunakan kata kata seperti itu. Ini sekedar himbauan dari sesama member.

Syalom
He-he-he.... iyah... sori sori ... saya emang nggak pernah bermaksud melecehkan kok :D.

Kata "kacung" saya gunakan, harus saya akui bhw itu memang saya sengaja berdasarkan kata "slave" yg dibahasa inggrisnya juga berkonotasi negatif ....namun itu saya tulis tidak dengan niat melecehkan ... melainkan sekedar sebuah penekanan. Karena saya sendiri tentu tidak akan mengambil sense negatif di kata "budak" pada kalimat "And whoever desires to be first among you must be your slave", kaaan ? :). Oleh karena itu saya gunakan tanda petik.

Mengenai mbok Hawa, bang Adam dan Oom Augustine, saya akui juga itu dengan sengaja ... agar pembicaraan nggak terlalu tegang dan terasa relax :D.

Namun nasehat salt adalah betul, terutama bagi orang2 yang sebagai member baru disini - tentu akan merasa bhw kalimat saya disitu bermaksud melecehkan ... dan efek baliknya adalah saya sendiri nanti yang dimaki maki karena orang2 laen jadi gampang emosi :D.

Makasih atas perhatiannya.

:)
salam.

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #182 on: October 30, 2013, 09:46:03 AM »
Sependapat hingga statemen di atas, sementara statemen di bawah ini :

Benar atau salah, Hanas dan Kayafas tetaplah pewaris sah dari imam besar Harun, begitu kan seharusnya, bro? Dan perlu juga digarisbawahi, bahwa tidak ada pandangan dari 'pihak lain' yang menyatakan bahwa pewaris Petrus tidak pernah salah, lhoh.

Syalom

Sebagai

Tenang saja Salt, saya tau bro dan para bro lain pasti ga stuju dg statement saya yg trakhir.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #183 on: October 30, 2013, 02:49:29 PM »
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, O Dad.
Apakah ulik2 bhw Petrus tidak pantes di-interpretasikan sebagai "kacung" bagi para Rasul lainnya dari ayat2 yang ada itu , timbul SETELAH perpecahan ?

Ataukah ungu dulu nongol, makanya barulah timbul perpecahan ?

Saya bukan Katolik, tidak ada alesan khusus buat saya utk menyuarakan keKatolikan ... namun selama berjalannya diskusi saya dengan budi ... disitu juga saya belajar dan disitu juga saya merasa bhw memang Petrus-lah yang akan menjadi "pembantu" bagi para Rasul lainnya :).

Dan ini kayaknya sesuai dgn "teori" kontradiksi, bhw yang "the greatest" itu BUKAN literally yg paling hebat - nyuruh sana nyuruh sini ibarat seorang majikan ... on the contrary malah yang jadi "kacung" (melayani) :D.

:)
salam.
Kalo perpecahan yang dimaksud dibatasi hanya pada peristiwa Martin Luther, sepanjang yang dapat saya tangkap, protes oleh ML bukan karena ada rasa keberatan terhadap "kekacungan" Petrus. Fisik Petrus sudah lebih sepuluh abad berlalu, kemudian timbul perpecahan oleh ML. Dan, dari 95 tesis ML, menurut pemahaman saya, tidak ada poin yang menyinggung-nyinggung tentang "kekacungan" Petrus.

Di perkembangannya kemudian, istimewa pada zaman belakangan ini, lebih istimewa pada trit ini, ada yang mempertanyanya "kekacungan" Petrus itu. Penyebabnya secara persis, saya belum meneliti, dan betapa menyenangkannya kalau para penganut pikiran yang keberatan dengan "kekacungan" Petruslah yang dapat dan beredia menjawabnya secara gamblang.

Jika saya mengambil pikiran Budi sebagai yang mewakili pikiran yang meragukan "kekacungan" Petrus, saya tidak melihat sesuatu yang tidak sinkron pada pikiran seperti itu. Maksud saya, karena pikiran seperti yang telah Budi kemukakan itulah yang menuntun Budi berpikiran seolah meragukan "kekacungan" Petrus. Yang saya tangkap dari pikiran Budi (Bud, CMIIW): Petrus mengidap "kekurangmampuan" yang lebih besar daripada "ketidakmampuan" teman-temannya di kelompok 12, sehingga Jesus Kristus memerlukan memberikan privat kepada Petrus, agar "ketidakmampuan" Petrus sejajar dengan "ketidakmampuan" teman-temannya.

Namun, penjelasan O Dad sangat berterima di pikiran saya, bila saja "ketidakmampuan" Petrus di-up grade oleh Jesus Kristus melalui privat sehingga sejajar dengan "ketidakmampuan" 11 murid lainnya, maka sangat janggal kalo kemudian Jesus memerintahkan Petrus untuk membantu (bukan menguatkan) ke-11an temannya, mengingat "ketidakmampuan" ke-11 temannya sudah berada pada level yang tidak perlu diprivat. Tetapi, pada perintah Jesus Kristus kepada Petrus itu, saya baca adalah menguatkan (bukan membantu). Dan, tidak bersifat resiprokal, tidak bersifat timbal balik, dalam arti, bahwa ke-11 murid selain Petrus, tidak diperintah secara khusus (privat) untuk menguatkan (bukan membantu) murid lain.

Jadi, perintah menguatkan (bukan membantu), hanya diperintahkan kepada Petrus. Konotasinya, bila "ketidakmampuan" Petrus lebih besar daripada "ketidakmampuan" murid lain sehingga Jesus Kristus meng-up grade "ketidakmampuan" Petus itu menjadi sejajar dengan "ketidakmampuan" murid lain, maka tepatlah kalau diperintahkan agar Petrus membantu murid lain dalam pengertian mereka saling bantu. Tetapi faktanya, hanya kepada Petrus diperintahkan untuk menguatkan saudara-saudaranya, merupakan pertanda menurut pemahaman saya bahwa Petruslah yang diangkat oleh Jesus Kristus mewakili diriNya, meskipun dipilih melalui cara "clue", dan tidak tunjuk hidung secara langsung.

Dikaitkan dengan pertanyaan O Dad, menurut saya, untuk mengukuhkan perpecahanlah, maka dicoba dicari 'sesuatu' pada diri Petrus sebagai pemegang estafet apostolik pertama, agar layak dan pantas menyuarakan protes terhadap garis apostolik, atau menimbulkan pikiran yang mempertanyakan garis apostolik itu, atau setidaknya murid lain juga merupakan penerus apostolitas. Saya kira, murid lain juga merupakan penerus apostolitas, sepanjang memelihara persekutuan sesama penerima aopostolisitas. Namun, kalau menyatakan diri sebagai pewaris apostolisitas padahal sudah memisahkan diri dari kumpulan (=Gereja = jemaat) yang didirikan oleh Jesus Kristus, sehingga tidak mampu menunjukkan garis "silsilah" (Garis turun temurun) sejak murid langsung Jesus Kristus sampai sekarang, nalar saya kurang dapat menerima.

Damai, damai, damai.
« Last Edit: October 30, 2013, 03:57:25 PM by Husada »
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #184 on: October 30, 2013, 03:18:06 PM »
Mangkanya nih Bro Husada, problemnya bukan terletak pd pnafsiran akan 'kepemimpinan Petrus', ataupun 'kekudusan Petrus', ataupun 'kewibawaan Petrus'.

Mangkanya mnurut saya pihak yg mpersoalkan dg sengit hal di atas sudah kebablasan.

Intinya mah simpel saja,
Tjadi ktidakpcayaan pd magisterium Gereja Katolik Roma pd saat tjadinya reformasi.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #185 on: October 30, 2013, 03:50:27 PM »
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Siip.
Mangkanya nih Bro Husada, problemnya bukan terletak pd pnafsiran akan 'kepemimpinan Petrus', ataupun 'kekudusan Petrus', ataupun 'kewibawaan Petrus'.
Mangkanya mnurut saya pihak yg mpersoalkan dg sengit hal di atas sudah kebablasan.
Intinya mah simpel saja,
Tjadi ktidakpcayaan pd magisterium Gereja Katolik Roma pd saat tjadinya reformasi.
Terima kasih Siip.

Tapiii... bagaimana Siip memandangnya sebagai simpel? Bukankah pembentukan ato pendirian jemaat (=Gereja) oleh Jesus Kristus itu dengan hal-hal gerejani lainnya secara garis besar sudah tercantum di Alkitab? Diskusi-diskusi yang sudah terjadi terkait dengan kepemimpina Petrus, termasuk juga sudah tertulis di Alkitab, kan? Magisterium juga, yaitu kewenangan mengajar, terdapat juga di Alkitab, kan? Jika itu semua teracakup dalam Alkitab yang satu, bagaimana mengatakan simpel, kalo nyatanya menerima sebagian dan menolak bagian lain?

Menurut saya, yang begitu bukan simpel. Ada kompleksitas kejiwaan di situ. Menerima suatu bagian dari yang tercantum dalam Alkitab, dan menolak bagian lainnya. Kompleks alias rumit, bukan?

Ato, Siip ingin memberikan penjelasan 'kesimpelan' yang Siip maksudkan?

Damai, damai, damai.
« Last Edit: October 30, 2013, 03:52:18 PM by Husada »
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #186 on: October 30, 2013, 03:58:44 PM »
Dikaitkan dengan pertanyaan O Dad, menurut saya, untuk mengukuhkan perpecahanlah, maka dicoba dicari 'sesuatu' pada diri Petrus sebagai pemegang estafet apostolik pertama, agar layak dan pantas menyuarakan protes terhadap garis apostolik
Dibenak memang begitulah tebakan saya, husada.

ibarat kasarnya :
sebegitu tidak sukanya orang pada tradisi Katolik (dan ditambah lagi ada "problem" pada penjualanan surat dosa di jaman ML) --- maka jalan apapun dicari kesalahan ... sampe2 rela menyatakan Petrus adalah model orang yang gagal maning gagal maning, tidak mungkin dijadikan sbg ParaRasul's slave oleh Yesus.

Sepertinya orang mengambil makna "jagoan" pada kata "the greatest" (pov duniawi) ... padahal (imo) - on the contrary, Petrus-lah yang menjadi paling "kecil" diantara para Rasul --- And whoever desires to be first among you must be your slave.

Cuma karena itu masih di benak saya, makanya saya tanyakan :
apakah "ulik2 ttg ayat yg ada keterlibatan Petrus" itu muncul dulu sehingga menyebabkan perpecahan ? ataukah setelah perpecahan barulah muncul ungu utk menguatkan alasan memecahkan diri ... hehehe :D.

Namun karena posisi saya netral ... maka perlu juga saya pertanyakan :
mengapa sampe ijo ?

yang kemudian menuntun tebak2an di benak, jawabanya adalah :
karena defense yang digunakan adalah Petrus.

Alhasil ya saya yg komedi puter ...
hahaha... :D.

:)
salam.

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #187 on: October 30, 2013, 04:05:17 PM »
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu Siip.

Posting saya yang memuat ini
Dikaitkan dengan pertanyaan O Dad, menurut saya, untuk mengukuhkan perpecahanlah, maka dicoba dicari 'sesuatu' pada diri Petrus sebagai pemegang estafet apostolik pertama, agar layak dan pantas menyuarakan protes terhadap garis apostolik, atau menimbulkan pikiran yang mempertanyakan garis apostolik itu, atau setidaknya murid lain juga merupakan penerus apostolitas. Saya kira, murid lain juga merupakan penerus apostolitas, sepanjang memelihara persekutuan sesama penerima aopostolisitas. Namun, kalau menyatakan diri sebagai pewaris apostolisitas padahal sudah memisahkan diri dari kumpulan (=Gereja = jemaat) yang didirikan oleh Jesus Kristus, sehingga tidak mampu menunjukkan garis "silsilah" (Garis turun temurun) sejak murid langsung Jesus Kristus sampai sekarang, nalar saya kurang dapat menerima.
Siip respon dengan
Mangkanya nih Bro Husada, problemnya bukan terletak pd pnafsiran akan 'kepemimpinan Petrus', ataupun 'kekudusan Petrus', ataupun 'kewibawaan Petrus'.

Mangkanya mnurut saya pihak yg mpersoalkan dg sengit hal di atas sudah kebablasan.

Intinya mah simpel saja,
Tjadi ktidakpcayaan pd magisterium Gereja Katolik Roma pd saat tjadinya reformasi.
Pingin nanya.

Apakah Siip pendukung, atau sedikitnya menerima latar pikir terjadinya perpecahan? Dengan demikian, maka Siip bisa 'memaklumi' peristiwa (event) sesudah perpecahan?

Damai, damai, damai.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #188 on: October 30, 2013, 06:13:33 PM »
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Siip.Terima kasih Siip.

Tapiii... bagaimana Siip memandangnya sebagai simpel? Bukankah pembentukan ato pendirian jemaat (=Gereja) oleh Jesus Kristus itu dengan hal-hal gerejani lainnya secara garis besar sudah tercantum di Alkitab? Diskusi-diskusi yang sudah terjadi terkait dengan kepemimpina Petrus, termasuk juga sudah tertulis di Alkitab, kan? Magisterium juga, yaitu kewenangan mengajar, terdapat juga di Alkitab, kan? Jika itu semua teracakup dalam Alkitab yang satu, bagaimana mengatakan simpel, kalo nyatanya menerima sebagian dan menolak bagian lain?

Menurut saya, yang begitu bukan simpel. Ada kompleksitas kejiwaan di situ. Menerima suatu bagian dari yang tercantum dalam Alkitab, dan menolak bagian lainnya. Kompleks alias rumit, bukan?

Ato, Siip ingin memberikan penjelasan 'kesimpelan' yang Siip maksudkan?

Damai, damai, damai.

Waduh bro...saya ngga mau ikut dlm pdebatan yg panjang nih.

Singkatnya bgini saja bro...

Bkaca dari contoh kedudukan Imam Besar dan pola yg terlihat di Alkitab, maka skalipun suatu posisi itu dbentuk sendiri oleh Tuhan, diaturkan oleh Tuhan mngenai tata cara suksesinya scr tertulis di Alkitab, dijaga dg beragam berkat-berkat dan keistimewaan, namun jika yg mjabatnya mnyimpang dan smakin myimpang-nyimpang slama bbrp generasi, maka Roh Tuhan akan bekerja melalui saluran lain, skalipun institusi bentukanNya itu masih berdiri.

Kl saya pribadi, maka saya ngga akan mpersoalkan Petrus yg sangat kita smua hormati.

Tp itu pan pendapat saya saja...
Jika tidak stuju ya sudahlah
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #189 on: October 31, 2013, 01:29:21 PM »
Waduh bro...saya ngga mau ikut dlm pdebatan yg panjang nih.

Singkatnya bgini saja bro...

Bkaca dari contoh kedudukan Imam Besar dan pola yg terlihat di Alkitab, maka skalipun suatu posisi itu dbentuk sendiri oleh Tuhan, diaturkan oleh Tuhan mngenai tata cara suksesinya scr tertulis di Alkitab, dijaga dg beragam berkat-berkat dan keistimewaan, namun jika yg mjabatnya mnyimpang dan smakin myimpang-nyimpang slama bbrp generasi, maka Roh Tuhan akan bekerja melalui saluran lain, skalipun institusi bentukanNya itu masih berdiri.

Kl saya pribadi, maka saya ngga akan mpersoalkan Petrus yg sangat kita smua hormati.

Tp itu pan pendapat saya saja...
Jika tidak stuju ya sudahlah
O ya sudah.

Ketidaksetujuan saya bertumpu pada pengkategorian hal tersebut sebagai simpel, dimana kesimpelan tersebut terdiri dari menerima sebagian dan menolak sebagian. Menerima keutamaan Petrus, tetapi menolak perintah yang diberikan oleh Jesus Kristus kepada kelompok murid. Kelompok murid perdana mendapat perintah untuk mengajarkan segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Jesus Kristus, tetapi kita tidak menerima. Itu yang saya maksudkan sebagai kompleks, yaitu kita menerima ada keutamaan Petrus tetapi kita menolak kewenangan mengajar para murid, padahal, baik keutamaan maupun kewenangan mengajar bersumber dari Tuhan Jesus Kristus kepada para murid perdana. Menurut sya, yang begitu itu sudah kompleks, bukan simpel.

Damai, damai, damai.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline salt

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 2507
  • Reputation Power:
  • Denominasi: **
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #190 on: October 31, 2013, 01:57:33 PM »
Kalau ketidak setujuan saya adalah ada komen komen di atas sana yang menganggap Petrus sebagai rasul yang tidak kapabel, dan berbagai pandangan yang merendahkan. Sungguh cara berpikir yang keliru. Karena Petrus adalah rasul, dan satu satunya yang diberi 'nama' oleh Jesus. Petrus, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, adalah salah satu rasul utama Jesus. Dia adalah salah satu rasul dengan kisah mujijat terbanyak, dia adalah salah satu rasul yang surat suratnya termasuk dalam kanon Alkitab. Dia pantas dihormati, dia pantas dihargai.

Ketidak setujuan terhadap Paus (yang adalah penerus Petrus) tidak boleh menjadikan alasan untuk merendahkan salah satu tokoh utama Kristen. Seperti juga ketidak setujuan terhadap berbagai gelar kehormatan terhadap Maria, tidak boleh dijadikan alasa untuk menghina Maria, seorang tokoh yang sangat dihormati bahkan oleh Jesus sendiri.

Kiranya kebencian apapun alasannya terhadap gereja Katolik, tidak menjadikan para 'pembenci'Katolik justru terjerembab dalam kesalahan dengan menghina dan merendahkan tokoh tokoh yang selayaknya dihormati.

Syalom

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #191 on: October 31, 2013, 02:29:54 PM »
O ya sudah.

Ketidaksetujuan saya bertumpu pada pengkategorian hal tersebut sebagai simpel, dimana kesimpelan tersebut terdiri dari menerima sebagian dan menolak sebagian. Menerima keutamaan Petrus, tetapi menolak perintah yang diberikan oleh Jesus Kristus kepada kelompok murid. Kelompok murid perdana mendapat perintah untuk mengajarkan segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Jesus Kristus, tetapi kita tidak menerima. Itu yang saya maksudkan sebagai kompleks, yaitu kita menerima ada keutamaan Petrus tetapi kita menolak kewenangan mengajar para murid, padahal, baik keutamaan maupun kewenangan mengajar bersumber dari Tuhan Jesus Kristus kepada para murid perdana. Menurut sya, yang begitu itu sudah kompleks, bukan simpel.

Damai, damai, damai.

Wah, rupanya Bro kurang mmahami tulisan saya.
Bagi saya smua yg Bro tulis itu tidak masalah.

Keutamaan Petrus?
Iya, bgitu juga dg keutamaan semua rasul dan mreka semua seia sekata.
Kl mau mngatakan bhw Petrus lebih utama dari 11 rasul lain, bagi saya juga ngga masalah.

Kewenangan mengajar dari para murid?
Oh saya stuju skali bhw para rasul (tmsk Petrus) diberi kewenangan mengajar.

Jd bgmn?
Simpel kan.

Sgala ssuatu yg terkait gereja purba, bagi saya ngga masalah.

---------

Yg saya ragukan dan dragukan oleh Protestan adalah otoritas GKR yg saat ini (dan yg ada saat terjadi reformasi).
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #192 on: October 31, 2013, 02:37:35 PM »
Kalau ketidak setujuan saya adalah ada komen komen di atas sana yang menganggap Petrus sebagai rasul yang tidak kapabel, dan berbagai pandangan yang merendahkan. Sungguh cara berpikir yang keliru. Karena Petrus adalah rasul, dan satu satunya yang diberi 'nama' oleh Jesus. Petrus, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, adalah salah satu rasul utama Jesus. Dia adalah salah satu rasul dengan kisah mujijat terbanyak, dia adalah salah satu rasul yang surat suratnya termasuk dalam kanon Alkitab. Dia pantas dihormati, dia pantas dihargai.

Ketidak setujuan terhadap Paus (yang adalah penerus Petrus) tidak boleh menjadikan alasan untuk merendahkan salah satu tokoh utama Kristen. Seperti juga ketidak setujuan terhadap berbagai gelar kehormatan terhadap Maria, tidak boleh dijadikan alasa untuk menghina Maria, seorang tokoh yang sangat dihormati bahkan oleh Jesus sendiri.

Kiranya kebencian apapun alasannya terhadap gereja Katolik, tidak menjadikan para 'pembenci'Katolik justru terjerembab dalam kesalahan dengan menghina dan merendahkan tokoh tokoh yang selayaknya dihormati.

Syalom

Saya stuju.
Kebablasan.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #193 on: November 01, 2013, 12:41:08 AM »
@odading


Bro oda, diskusi kita sudah cukup panjang dan rumit sehingga kalo saya quote-quote lagi ntar malah tambah rumit. Jadi, saya sekarang coba merangkum apa yg sudah kita diskusikan ya. Dan tentu saja CMIIW.

Kita diskusi ttg "bagaimana membaca Lukas 22:24-31 dan MAtius 20:20-28 dalam kaitan dng siapakah the greatest di antara para rasul". Kita masing-masing memiliki kesimpulan yg berbeda. Kesimpulan saya: the greatest di antara para rasul tidak merujuk pada seorang individu/pribadi, melainkan pada setiap murid Yesus yg bersikap/mentalitas melayani. Sementara itu, bro oda menyimpulkan bahwa the greatest di antara para rasul memang berkaitan dengan sikap/mentalitas melayani, tetapi sekaligus merujuk ada seorang individu/pribadi tertentu, yakni Petrus.

Kita sampai pada kesimpulan yg berbeda karena cara baca kita atas dua teks di atas berbeda. Saya membaca bahwa Yesus bermaksud menyampaikan bahwa sistem kepemimpinan para murid (persekutuan/community of practice) tidak sama dng sistem kepemimpinan kaum gentiles (otoritas/benefactor). Sementara itu bro oda membaca bahwa Yesus bermaksud menyampaikan bahwa dalam "cara memimpin" dalam sistem kepemimpinan para murid berbeda dng "cara memimpin" dalam sistem kaum gentiles.

Sekali lagi, bro oda, ini sepenangkapan saya. Jadi, please CMIIW.

------------------------------

Melanjutkan diskusi, saya lihat bahwa kita mulai berkonsentrasi ke teks yg di Matius 20. Saya belum sempat menjelaskan bagaimana cara saya membaca teks di MAtius 20 ini. JAdi, sekarang saya akan coba menjabarkannya:

20 Then the mother of Zebedee’s sons came to Jesus with her sons and, kneeling down, asked a favor of him.
21 “What is it you want?” he asked. She said, “Grant that one of these two sons of mine may sit at your right and the other at your left in your kingdom.”
22 “You don’t know what you are asking,” Jesus said to them. “Can you drink the cup I am going to drink?” “We can,” they answered.
23 Jesus said to them, “You will indeed drink from my cup, but to sit at my right or left is not for me to grant. These places belong to those for whom they have been prepared by my Father.”
24 When the ten heard about this, they were indignant with the two brothers.
25 Jesus called them together and said, “You know that the rulers of the Gentiles lord it over them, and their high officials exercise authority over them.
26 Not so with you. Instead, whoever wants to become great among you must be your servant,
27 and whoever wants to be first must be your slave—
28 just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to give his life as a ransom for many.”

Seperti di teks Lukas 22, dalam teks ini ada bagian di mana Yesus menggunakan perumpamaan sistem kepemimpinan kaum gentiles sebagai contoh kebalikan (opposite) dari sistem kepemimpinan dalam para muridNya. Perbedaannya adalah mengenai hierarki kepemimpinan (siapa bos siapa kacung, atau siapa atasan siapa bawahan).

Konteks menunjukan bahwa dalam diri para murid masih ada pemahaman yg sama pemahaman kaum gentiles perihal sistem kepemimpinan ini. Yohanes dan Yakobus (anak2 Zebedeus) mengingini posisi "atasan". Mereka minta ibu mereka untuk ngelobi. Tapi Yesus bilang, "You don't know what you are asking" Jawaban Yesus ini menarik perhatian saya. Tentunya, dua murid itu tahu apa yg mereka mau kan? Namun, Yesus menyebut "mau"nya mereka itu dengan "tidak tahu" (ini sekaligus menunjukan bahwa Yesus bagai sedang berbicara dng anak-anak). Artinya, Yesus sedang men-koreksi "mau"nya mereka itu. Apa "mau"nya mereka?

Mereka mau jadi "atasan", atau "yg utama", atau "yg lebih besar" di antara para muridNya. Mengapa mereka mau itu? Dari respon Yesus di ayat 25, saya membaca bahwa mereka mau itu karena mereka mau "lord it over them (the other ten disciples)" atau "exercise authority over them".

Di sini saya masih bicara soal Yohanes dan Yakobus. Bagaimana dengan yg sepuluh lainnya? Sama saja. Di ayat 24, kita mendapat keterangan bahwa 10 murid yg lain jengkel sama 2 murid itu. Mengapa jengkel? IMO, mereka jengkel karena mereka merasa telah dianggap rendah oleh dua murid itu plus mereka sendiri masing-masing juga punya kemauan yg sama dengan dua murid itu. Ibaratnya mereka bilang, "Sialan lu! Lu pikir lu lebih hebat daripada gue?! Gue lebih pantas jadi bos lu, tahu!"

Saya menyimpulkan demikian setelah membaca bagaimana reaksi dan respon Yesus atas kejengkelan mereka. Pertama, Yesus mengumpulkan mereka semua (yg jengkel dan yg dijengkelin). Artinya, Yesus akan melakukan koreksi atas pemahaman yg ada dalam pola pikir mereka semua, bukan hanya atas Yohanes dan Yakobus saja. Artinya, Yesus tahu bahwa mereka semua sama-sama masih berpemahaman seperti kaum gentiles, yakni menjadi "atasan" berarti "lord it over them" atau "exercise authority over them". ( note: exercise authority tidak serta merta berarti menindas lho ya. ). Inilah yg akan dikoreksi Yesus.

Koreksi Yesus ada di ayat 26-28. Koreksi Yesus dimulai dng perkataan,"Not so with you. Instead...." Artinya, pemahaman mereka terbalik. Apa yg dkehendaki Yesus adalah bahwa murid-muridnya menjadi pemimpin bukan dalam artian berkuasa atas yg lain, melainkan dalam artian melayani yg lain. Jadi, ada perbedaan yg sifatnya mendasar di sini, yakni perbedaan pada level definisi. Fokusnya adalah pada "memimpin itu seperti apa?", bukan "pemimpin itu siapa orangnya?".

----------------------

Selanjutnya saya coba membandingkan dng cara baca bro oda.

bersambung.....
« Last Edit: November 01, 2013, 12:43:52 AM by budi »

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: belajar mengertikan event sesudah perpecahan
« Reply #194 on: November 01, 2013, 02:01:04 AM »
@odading

---sambungan dari atas ----

Begini penangkapan saya atas pembacaan bro oda (tentunya CMIIW ya)

Bro oda berkonsentrasi pada ayat "26 ....whoever wants to become great among you must be your servant, 27 and whoever wants to be first must be your slave" dan menekankan penggunaan kata "whoever". Saya juga menangkap bahwa bro oda melihat kalimat tersebut sebagai "cue" untuk para muridNya mulai "berlomba-lomba" menjadi pemimpin menurut definisi yg telah diberikanNya (a leader is a servant). Kemudian, dari sini bro oda menarik kesimpulan bahwa Yesus tahu bahwa akan ada seorang pribadi di antara muridNya yg kelak akan jadi "pemimpin", atau "the greatest", tapi belum tahu siapa namanya. Dengan memberikan "cue" itu, Yesus semacam men-trigger proses "seleksi"nya.

Apabila penangkapan saya itu sudah benar, ada beberapa hal yg menurut saya tidak pas.

1. Membaca kalimat tsb sebagai "cue" --> pembacaan ini lepas dari konteks. Konteks kalimat ini adalah pengoreksian pemahaman. "Memberikan cue" bukan tergolong pengoreksian pemahaman. In a way, "memberikan cue" justru tergolong mensahkan pemahaman.

2. Mungkin yg dimaksud dng "memberikan cue" adalah memberikan cue untuk mulai memakai pemahaman yg benar (sehingga masih ada unsur koreksi-nya). Dengan kata lain, Yesus tetap membolehkan para murid untuk berambisi dan berusaha menjadi pemimpin, tapi pemimpin yg benar (as servants). Logikanya, pada point ini, para murid telah memahami definisi pemimpin yg benar dan sekarang mereka mulai "berlomba-lomba". Namun, pada kenyataannya di kemudian hari Yesus masih mengoreksi pemahaman mereka ttg definisi pemimpin yg benar (di event Lukas 22). Jadi, para murid memang tidak memahami kalimat merah itu sebagai "cue" untuk "mulai berlomba-lomba". In fact, para murid sudah memulai "perlombaan" itu, yakni ketika mereka berhasrat untuk jadi "pemimpin", atau "atasan", atau "yg utama".

3. Kesimpulan yg biru itu berangkat dari pembacaan kalimat yg merah sebagai "cue". Padahal, kalimat merah itu bukan "cue" dan tidak berfungsi sebagai "cue" juga. Kalimat yg merah itu adalah pernyataan sebuah prinsip/filosofi mengenai pemimpin, dan di dalam konteksnya, ia berfungsi sebagai koreksi. Jadi, kesimpulan yg biru itu tidak "textually well-founded" (ini lebih semacam eisegesis ketimbang eksegesis --> tapi sebenarnya saya kurang paham dengan dua istilah ini huhuhu...)


Cheers