Desert Wisdom

[Lily]

Oktober 12

Masalah Ganda

Seseorang meminta seorang rahib untuk menerima uang untuk kebutuhan-kebutuhannya dimasa yang akan datang, tetapi rahib itu menolak karena hasil pekerjaannya sudah cukup baginya.

Saat penderma itu mendesak, dan memohon kepadanya untuk menerimanya demi kebutuhan orang miskin, dia menjawab, “Jika aku melakukan hal itu, aku merasa malu dua kali lipat. Aku tidak membutuhkannya, tetapi aku menerimanya; dan ketika aku memberikannya kepada orang lain, aku akan menderita oleh karena kesombongan.”

[Lily]

Oktober 13

Biarlah Disiplin Diri Menguji Jiwamu

Sinkletika berkata: “Ketika setan tidak menggunakan dorongan kemiskinan untuk menggoda kita, dia menggunakan kekayaan untuk tujuan yang sama.
Ketika dia tidak dapat menang dari cercaan dan ejekan, dia mencoba menggunakan pujian dan sanjungan.
Jika dia kalah dengan memberikan kesehatan, dia mencoba menggunakan penyakit.
Jika dia tidak dapat menang dalam kenyamanan, dia berusaha untuk menghancurkan jiwa dengan kejengkelan-kejengkelan yang membuat kita bertindak melawan kaul-kaul biara kita."

“Dia menimbulkan kesakitan yang luar biasa pada orang-orang yang ingin digodanya untuk menjadikan mereka lemah, sehingga melunturkan kasih yang mereka rasakan kepada Allah. Tetapi, meskipun badan ini menggigil dan panas tinggi dan haus terbakar, tetapi engkau, yang bertahan dalam semua ini, tetaplah seorang pendosa; oleh karena itu engkau harus selalu mengingat penghakiman di dunia berikutnya, api abadi, dan siksaan pengadilan."

“Dengan demikian engkau tidak akan gagal menanggung semua penderitaan di saat ini, sebaliknya engkau harus bersuka cita karena Allah telah menyambangimu. Tetaplah ucapkan kalimat ini: ‘Tuhan telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.’ (Mazmur 118: 18)"

“Besi dibersihkan dari karat oleh api. Jika engkau benar dan menderita, engkau masuk dalam kekudusan yang lebih tinggi. Emas diuji oleh api. Ketika seorang utusan setan dikirimkan kepadamu dan menjadi duri dalam daging, angkatlah hatimu, dari panas dan demam, ingatlah teks dalam Kitab Suci, ‘Kami telah menempuh api dan air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas’ (Mazmur 66:12)."

“Jika engkau telah mengatasi segala penderitaan, engkau bisa beristirahat, karena engkau telah mengikuti hal yang baik. Serukan kata-kata sang nabi, ‘aku miskin dan papa dan menderita’ (Maz 66:29)"

“Penderitaan tiga kali lipat seperti ini akan membuatmu menjadi sempurna. Dia juga berkata, ‘Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku’ (Mazmur 4:1)."

“jadi, biarlah disiplin diri seperti ini menguji jiwamu, karena musuh-musuh kita selalu berkeliaran.”

[Lily]

Oktober 14

Berbicara Dengan Singkat

Ammon (dari tempat yang disebut Raithu) menyampaikan pertanyaan berikut kepada Sisois: “Ketika aku membaca Kitab Suci, aku tergoda untuk memberikan pendapat panjang lebar dan menyiapkan diriku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul.”

Sisois menjawab, “Kau tidak perlu melakukan hal itu. Lebih baik berbicara dengan singkat, dengan hati nurani yang baik dan pikiran yang murni.”

[Lily]

Oktober 15

Tuhan, Kasihanilah Aku Orang Berdosa!

Ada kisah bahwa ada seorang pertapa sedang bekerja sungguh-sungguh dalam selnya terselubung tikar.
Dia pergi menemui Ammon, yang oleh karena melihatnya memakai tikar seperti itu berkata kepadanya, “Itu bukan ide yang bagus.”
Pertapa itu berkata, “Ada tiga pemikiran yang menggangguku. Yang pertama adalah aku harus pergi dan tinggal di tempat lain di gurun; yang kedua, aku harus keluar dan menemukan sebuah negara asing tempat tak seorangpun akan mengenaliku; yang ketiga adalah aku harus mengurung diriku dalam sel, tidak bertemu dengan siapapun dan makan dua hari sekali.”
Ammon berkata kepadanya, “Tak satu pun ada yang berguna bagimu. Tetaplah dalam selmu, makan sedikit setiap hari, bawa selalu kata-kata pemungut cukai dalam Injil di dalam hatimu, dan engkau dapat diselamatkan (Lukas 18:13).”

[Lily]

Oktober 16

Manusia Tidak Hidup dari Roti Saja

Seorang pertapa menjalani hidup biasa dengan seorang rahib, yang hatinya penuh dengan belas kasih.
Suatu kali, pada masa paceklik, orang-orang datang kepada mereka untuk ambil bagian dalam perjamuan kasih, dan dia membagikan roti kepada siapa saja yang datang.
Ketika saudaranya melihat hal ini, dia berkata, “Berikan padaku bagianku, dan lakukan sesukamu dengan bagianmu.”
Maka, dia membagi roti itu menjadi dua, dan terus membagikan bagiannya seperti biasa.
Orang-orang mengerumuni pertapa tersebut, karena mereka mendengar bahwa dia memberi semua yang datang.
Allah, melihat apa yang dilakukannya, memberkati roti itu.
Tetapi rahib yang mengambil bagiannya, dan tidak memberikan apa-apa, ketika dia telah memakan semua rotinya, berkata kepada pertapa yang satunya, “Rotiku hanya tinggal sedikit, abba; ijinkan aku kembali dan tinggal bersamamu.”
Pertapa itu berkata kepada, “Tentu saja, terserah maumu saja.”
Maka mereka hidup bersama lagi dan memiliki segala hal yang sama.
Sekali lagi, mereka punya banyak makanan, dan sekali lagi orang-orang yang membutuhkan terus berdatangan untuk menerima perjamuan kasih.
Suatu hari, rahib itu kebetulan masuk dan melihat bahwa tidak ada roti yang tersisa.
Seorang miskin datang dan mohon sedekah.
Maka pertapa itu berkata kepada rahib tersebut, “Berilah dia sedikit roti.”
Rahib itu menjawab, “Tidak ada yang tersisa, abba.”
Pertapa itu berkata, “Pergi dan carilah sedikit roti.”
Rahib itu masuk lagi dan melihat sekeranjang penuh roti. Dia ketakutan melihat pemandangan tersebut dan mengambil beberapa dan memberikannya kepada orang miskin itu.
Dia menyadari iman dan kebaikan dari pertapa itu, dan memuliakan Allah.

[Lily]

Oktober 17

Berbahagialah Mereka yang Rendah Hati

Seorang rahib dari Sketis akan segera memanen: dan dia menemui salah seorang pertapa agung dan berkata, “Beri aku petunjuk, abba, apa yang harus aku lakukan saat aku sedang memanen?”
Pertapa itu menjawab, “Jika aku memberitahumu, engkau akan melakukan apa yang kukatakan?”
Rahib itu menjawab, “Ya, aku akan mentaatimu.”
Pertapa itu berkata, “Jika engkau melakukan apa yang aku katakan, tinggalkan panenmu: dan datanglah kemari, dan aku akan memberi tahu apa yang harus dilakukan.”

Maka rahib itu meninggalkan panenannya dan bertemu dengan pertapa tersebut yang kemudian berkata, “Pergilah ke selmu dan tinggallah di sana selama lima puluh hari tanpa jeda. Makanlah roti dan garam satu kali sehari. Setelah itu aku akan memberi tahu apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.”

Rahib itu melakukannya dan kemudian kembali menemui pertapa tersebut.
Pertapa itu sadar betapa rahib itu bersungguh-sungguh dan kemudian memberitahunya cara-cara untuk hidup dalam selnya.

Rahib itu kembali ke selnya, dan selama tiga hari dan tiga malam, dia tertelentang di atas tanah bertobat di hadapan Allah.
Kemudian muncul sebuah pemikiran dalam pikirannya, “Engkau sangat baik, engkau orang yang sangat hebat,” tetapi dia mengendalikan pemikiran-pemikiran tersebut dan dalam kerendahan hatinya dia mengingat dosa-dosanya dan berkata, “Bagaimana dengan dosa-dosa yang telah aku lakukan?”
Jika pemikiran tersebut muncul dalam pikirannya sehingga dia mengabaikan perintah-perintah Allah, dia berkata kepada dirinya sendiri, “aku akan mempersembahkan sedikit pelayanan bagi Allah, dan aku percaya Dia akan berbelas kasih padaku.”
Maka dia menaklukkan setan-setan yang mengirimkan pemikiran-pemikiran jahat: dan mereka menampakkan diri di hadapannya dan berkata, “Engkau membuat kami marah.”
Rahib itu menjawab, “Mengapa?”
Mereka berkata, “Ketika kami memujimu, engkau cepat menjadi rendah hati; jika kami merendahkan hatimu, engkau berdiri di ketinggian.”

[Lily]

Oktober 18

Berikanlah Pipi Kirimu

Daniel berkata bahwa di Babilon ada seorang putri bangsawan, yang dirasuki setan.
Ayahnya meminta bantuan dari seorang rahib. Rahib itu berkata kepadanya, “Tak seorang pun dapat menyembuhkan putrimu kecuali beberapa pertapa yang aku kenal: dan jika engkau bertemu dengan mereka, mereka akan menolak untuk melakukannya karena kerendahan hati mereka.
Mari kita lakukan dengan cara demikian: ketika mereka datang ke kota untuk menjual hasil produksi mereka, katakan kepada mereka bahwa engkau ingin membeli barang-barang yang mereka bawa.
Ketika mereka masuk ke rumah untuk menerima uangnya, kami akan meminta mereka untuk berdoa, dan aku yakin putrimu akan disembuhkan.”
Lalu pergilah mereka ke jalan raya dan mendapati seorang murid pertapa yang duduk di sana untuk menjual keranjang-keranjangnya.
Mereka membawa murid itu kembali ke rumah bersama mereka seolah-olah untuk memberi upah atas barang-barangnya.
Ketika rahib itu memasuki rumah, anak perempuan yang kerasukan setan itu menemuinya dan menamparnya.
Dia mentaati perintah Allah dan memberikan pipi yang satunya lagi.
Setan itu terpaksa keluar dan mulai berteriak: “Kekerasan! Perintah Yesus Kristus itu mengusirku keluar,” Putri bangsawan itu sembuh pada saat itu juga.
Ketika mereka kembali ke pertapa tersebut, mereka menceritakan kejadian tersebut dan dia memuliakan Allah, berkata, “Kesombongan para iblis runtuh di hadapan ketaatan dengan rendah hati pada perintah-perintah Yesus Kristus.

[Lily]

Oktober 19

Percaya Pada Rahmat Allah

Ada sebuah kisah tentang beberapa filsuf yang suatu kali berkunjung untuk menguji para rahib.
Salah satu rahib datang dengan pakaian yang bagus.
Para filsuf itu berkata kepadanya, “Kemarilah kau.”
Tetapi dia tersinggung dan menghina mereka.
Kemudian, rahib yang lain datang, seseorang yang baik, orang Libia.
Mereka berkata kepadanya, “Kemari kau rahib tua licik.” Rahib itu langsung mendatangi mereka, dan mereka mulai memukulinya dan dia memberikan pipinya yang lain kepada mereka.
Kemudian para filsuf itu berdiri dan memberinya hormat, berkata, “Inilah rahib yang sejati.”
Mereka memaksanya duduk di antara mereka dan bertanya kepadanya, “Apa yang engkau lakukan di padang gurun ini selain dari yang kami lakukan? Kau berpuasa: dan kami juga berpuasa. Engkau menyesah tubuhmu, dan kami juga. Apapun yang engkau lakukan, kami juga lakukan.”
Rahib itu menjawab, “Kami percaya pada rahmat Allah dan terus menjaga pemikiran-pemikiran kami.”
Para filsuf itu berkata, “Itulah yang tidak bisa kami lakukan.”
Mereka belajar dari hal tersebut dan membiarkan rahib itu pergi.

[Lily]

Oktober 20

Kasihilah Sesamamu Seperti Dirimu Sendiri

Seorang rahib yang membuat keranjang sedang memasang tali pegangannya saat dia mendengar seorang rahib di dekatnya berkata, “Apa yang harus kulakukan? Pembeli itu segera datang dan aku tidak punya tali pegangan untuk kupasang pada keranjang-keranjangku.”

Maka rahib itu melepas tali-tali pegangan yang telah dipasang dikeranjangnya dan membawanya kepada rahib di dekatnya itu, dan berkata, “Aku tidak memerlukannya; ambillah dan pasanglah pada keranjangmu.” Dia membantu rahib itu untuk menyelesaikan keranjangnya dan membiarkan keranjang-keranjangnya sendiri tak terselesaikan.

[Lily]

Oktober 21

Tiga Bagian

Poemen berkata, “Kemiskinan, penderitaan dan pembedaan roh yang baik adalah tiga bagian dari kehidupan seorang rahib. Ada tertulis mengenai tiga orang berikut ini: Nuh, Ayub dan Daniel. Nuh adalah tipe orang yang tidak memiliki apa-apa, Ayub adalah orang yang sengsara, Daniel adalah orang yang dapat menilai dengan bijak. Di mana ada terdapat tiga unsur tersebut, di situlah Tuhan tinggal.”

[Phooey]

Ditunggu lanjutannya

 

[Lily]

Oktober 22

Mampukah Engkau Menanggung Siksaan?

Suatu ketika Zeno sedang bertugas di Palestina; dan ketika dia telah selesai dengan tugasnya, dia duduk untuk makan di dekat pohon mentimun.
Pikiran-pikirannya berusaha untuk membujuknya dengan mengatakan, “Ambillah salah satu dari mentimun-mentimun tersebut bagi dirimu. Memang apa masalahnya?”
Jawabnya atas godaan tersebut, “Pencuri-pencuri akan disiksa. Maka ujilah dirimu terlebih dahulu untuk melihat apakah engkau sanggup menanggung siksaan itu.”
Maka, dia berdiri di bawah terik sinar matahari selama lima hari, tanpa minum, dan dia kering kepanasan.
Seperti biasa, pikiran-pikirannya berbicara kepadanya, “Kami tidak sanggup menanggung siksaan seperti ini.”
Lalu berkatalah dia kepada dirinya, “Jika engkau tidak dapat menanggung siksaan seperti itu, janganlah mencuri hanya untuk dapat makan.”

[Lily]

Oktober 23

Carilah Kesabaran

Suatu ketika seorang murid pertapa besar sedang mengalami perjuangan melawan godaan.
Ketika pertapa itu melihatnya sedang berjuang, dia berkata, “Haruskah aku memohon pada Allah untuk membebaskanmu dari masalahmu?”
Namun dia berkata, “Abba, aku sadar bahwa meskipun perjuangan ini menyakitkan, aku mendapat keuntungan karena aku harus memanggul beban ini. Tetapi memohonlah pada Allah dalam doa-doamu supaya Ia memberiku cukup kesabaran untuk menanggungnya.”
Kemudian abba itu berkata kepadanya, “Sekarang aku tahu bahwa engkau jauh lebih maju, anakku, bahkan melampauiku.”

[Lily]

Oktober 24

Lebih Berharga Daripada Emas

Ada orang besar datang dari jauh ke Sketis dengan membawa emas, dan dia memohon pada uskup padang gurun tersebut untuk membagikannya kepada para rahib.
Tetapi uskup itu berkata kepadanya, “Para rahib itu tidak memerlukannya.”
Tetapi orang itu terus memaksa dan tidak memberi kesempatan, kemudian dia meletakkan sekeranjang uang di teras gereja.
Oleh karena itu uskup berkata, “Siapapun yang memerlukan, boleh mengambil uang dari sini.”
Tak seorang pun yang menyentuhnya, bahkan beberapa rahib tidak mau melihatnya.
Uskup itu berkata, “Allah telah menerima persembahanmu. Pergilah dan bagikanlah kepada orang miskin.”
Orang itu pergi dengan pengertian baru.

[Lily]

Oktober 25

Jiwa yang Miskin atau Kaya?

Daniel berkata, “Jika tubuh kuat, jiwa itu melemah. Jika tubuh melemah, jiwa itu kuat.”
Dia juga berkata, “Jika tubuh itu kaya, jiwa menjadi miskin; jika tubuh itu miskin, jiwa akan menjadi kaya.”