Ah, mungkin memang parah daya tangkap saya ya?
Jika saya cermati postingan Helo Kitty, RHCP, dan Lily, terkait dengan privacy, menurutku, ada perbedaan obyek eh subyek, dari privacy. Saya nangkap, bahwa subyek privacy yang dimaksud Lily, RHCP, dan Kitty belum klop ato sama. Tapi, siapapun subyek ato obyek privacy itu, apakah anak, ato pasangan, saya pikir, layak dihargai dan dipelihara.
Jadi, memang saya penganut egaliter, tetapi bukan lantas ke-egaliter-an menerapkan semua untuk semua. Ada 'ruang-ruang pribadi' tiap individu yang tidak pantas dimasuki oleh siapapun tanpa persetujuan dari sang pemilik ruang itu, yaitu subyek ato obyek privacy tersebut. Apakah seseorang sebagai anak, atau suami, atau istri, semua mempunyai 'ruang-ruang' pribadi yang tidak layak dimasuki oleh siapapun.
Namun, berterima juga di akal, sepasang suami-istri Kristen, seharusnya tidak mempunyai sekat pembatas di antara mereka, sebab, ketika dinikahkan, mereka sudah disatukan. Hanya saja, sungguh sangat terasa janggal kalau sudah tidak ada lagi privacy individu. Semua untuk semua. Contoh fisik yang ekstrim, bra sang istri adalah sesuatu yang pribadi yang tidak mungkin digunakan suami. Jadi, semua untuk semua itu sudah terpatahkan.
Demikian juga, walaupun seseorang menyandang predikat anak dalam keluarga, bukan lantas orang tuanya dengan bebas dan semena-mena mengupas semua informasi yang dimiliki si anak. Ada 'ruang-ruang pribadi' dalam hati sang anak yang tidak layak diketahui oleh orang tua kecuali atas persetujuan sang anak.
Yang ingin saya sampaikan sebenarnya ialah, orang tua tidak bisa smena-mena kepada anaknya, sehingga jika ada 'personal area' bagi si anak, maka orang tua harus menghormatinya. Mengingat hp adalah barang pribadi, maka tidak layak seorang orang tua dengan semena-mena membongkar informasi yag tersimpan dalam hp anaknya. Demikian juga suami-istri, masing-masing punya 'ruang pribadi' yang tidak pantas dimasuki oleh pasangannya.
Damai, damai, damai.