Ada beberapa model kesaksian2 sejenis ini yang seringkali patut "diragukan" kebenarannya:
1. Seperti cerita di atas, orang2 yang mengaku dulunya hidup dalam kuasa kegelapan, mantan dukun sakti, mantan pejabat tinggi di Gereja Setan, dll. Kemudian mereka dikalahkan oleh kuasa Kristus, kemudian bertobat dan menyerahkan hidupnya untuk memberitakan Injil. Bukan berarti saya tidak percaya, tetapi faktanya banyak juga yang bohong.
2. Mereka yang mengaku mendapat penglihatan-penglihatan tentang kejadian yang akan datang, tentang akhir jaman yang sudah dekat, mengaku bertemu dengan Yesus dan mendapat peringatan2, dll.
Sebenarnya banyak juga pengaruh positif dari kesaksian2 mereka seperti: orang2 yang bertobat dan berbalik meninggalkan kuasa2 gelap, orang2 yang bertobat dan berusaha hidup lebih baik karena takut akhir jaman yang sudah dekat, dan sebagainya.
Tetapi bolehkah mengharapkan pertobatan jika dibangun di atas kebohongan?
Bagaimana pendapat rekan2 sekalian?
Salam
Ikutan yaa.....
Sekarang kita akan menilai dari TUJUAN orang tsb. melakukan kebohongan.
1.Jika orang ini berbuat demikan UNTUK MENYELAMATKAN ORANG LAIN, maka tujuannya mulia.
2.jika orang ini berbuat demikian untuk diri sendiri (ingin terkenal, cari duit, cari umat dll ), maka tujuanya tidak mulia.
Sekarang kita menilai dari CARA orang tsb.
Entah bertujuan untuk murni menyelamatkan orang lain atau untuk cari duit,.. CARANYA tidak dapat dibenarkan.
Lupakan opsi no 2. yang memiliki tujuan tidak mulia dan cara yg tidak dibenarkan..
Sekarang kita bicara opsi no 1. : Tujuannya mulia, tapi caranya tidak dibenarkan.
Kalau menurut saya sih,..
Orang yg tahu dirinya telah dibohongi tentu akan sakit hati dan antipati.
Karena caranya yg tidak dibenarkan,.. maka itu malahan akan menjadi batu sandungan bagi banyak orang.
Jadi kalau menurut saya: jangan berharap akan lahir pertobatan dari hasil melakukan pembohongan ini,..tetapi berharaplah kemurtadan (antipati) sebagai hasil dari cara-cara seperti ini.
Salam.