Mengapa Ada Perbedaan 10 Perintah Allah: Versi Katolik dan Versi Non-Katolik?Tidak ada penomoran 10 perintah Allah di dalam Kitab SuciPerintah-perintah Allah yang ada di dalam Kitab Suci yaitu Kitab Keluaran 20 tersebut, tidak diberi nomor secara khusus. Allah tidak memberikan secara eksplisit bagaimana cara memberi nomor pada perintah-perintah itu. Pembagian/ penomoran ayat pada seluruh Kitab Suci baru dimulai pada jaman abad pertengahan. Jika setiap perintah diberi nomor, maka bisa diperoleh sekitar 15 perintah. Gereja Katolik mengelompokkannya tanpa menghilangkan satu ayatpun dari perintah Tuhan itu, namun mengelompokkannya menjadi sepuluh, sesuai dengan ajaran St. Agustinus.
St. Agustinus dan OrigenDua orang Bapa Gereja yang memainkan peran terbesar dalam hal pengelompokan kesepuluh Perintah Allah adalah St. Agustinus dan Origen. St. Agustinus adalah orang kudus yang diberi gelar “Doctor of the Church”/ Pujangga Gereja, sedangkan Origen, meskipun dihormati untuk banyak hal, beliau juga dikenal pernah mengajarkan doktrin yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, seperti jiwa-jiwa di neraka akhirnya dapat masuk surga. Gereja Katolik dan Lutheran secara umum mengikuti pengelompokan yang diajarkan oleh St. Agustinus, sedangkan Gereja-gereja Timur dan Protestan umumnya mengikuti Origen.
10 Perintah Allah menurut Gereja-Gereja Timur dan Protestan (mengikuti Origen)1. Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan (ay. 2,3)
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit, di bumi dan di dalam bumi. (ay. 4)
3. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (ay.7)
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
6. Jangan membunuh (ay.13)
7. Jangan berzinah (ay.14)
8. Jangan mencuri (ay.15)
9. Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
10. Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini isterinya, atau apapun yang menjadi milik sesamamu (ay. 17)
10 perintah Allah menurut Gereja Katolik dan Lutheran (mengikuti St. Agustinus)1. Akulah Tuhan, Allahmu: Jangan ada Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, dan jangan sujud menyembah kepadanya (ay. 2, 3, 4, 5)
2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat (ay.7)
3. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
4. Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
5. Jangan membunuh (ay.13)
6. Jangan berzinah (ay.14)
7. Jangan mencuri (ay.15)
8. Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
9. Jangan mengingini isteri sesamamu (ay.17 a)
10. Jangan mengingini hak milik sesamamu (ay. 17 b)
Jadi apa yang dapat disimpulkan dari hal tersebut di atas:1. Di sini terlihat, Gereja Katolik tidak menghapuskan ayat Kel 20:4, namun mengelompokkannya dengan ayat yang ke-3 dan ke 5 dalam perintah pertama. Katekismus Gereja Katolik #2084 menuliskan versi lengkap perintah pertama dari 10 Perintah Allah sebagai berikut:
“Akulah Tuhan Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” (Kel 20:2-5).Perintah ini dikaitkan dengan sabda Yesus dalam Perjanjian Baru, “Ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti (Mat 4:10). Perintah kembali diulangi dengan rumusan yang berbeda, yaitu, “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan Allahmu….. “(Mrk 12:29) Maka di sini terlihat bahwa perintah jangan menduakan Tuhan (dengan menyembah patung yang dianggap sebagai Allah) itu tidak terpisahkan dengan perintah untuk menyembah dan mengasihi Allah yang satu (esa).2. Jadi Gereja Katolik melihat ayat 4 tersebut tidak dapat dipisahkan dengan ayat 3 dan 5 yaitu untuk menyembah Allah yang satu dan berbakti hanya kepada-Nya. Sebab jika berdiri sendiri, penerapan ayat yang ke-4 ini sesungguhnya tidak mungkin diterapkan dalam kehidupan manusia. Manusia tidak henti-hentinya membuat image/ ‘gambaran’/ patung (terjemahan dari ‘image’ tidak terbatas pada patung tetapi juga gambar) yang menyerupai sesuatu di langit dan bumi. Jika diterapkan secara harafiah maka semua seniman pelukis atau pematung adalah pendosa berat; semua museum yang menyimpan lukisan dan patung bersejarah adalah tempat yang penuh dosa; semua orang Kristen tidak boleh menonton film/ TV, karena di situ ada gambar yang menyerupai manusia/ hewan/ tumbuhan; tidak boleh memotret dan memasang foto, tidak boleh melukis/ menggambar, tidak boleh mengajari anak-anak dengan bantuan gambar-gambar, tidak boleh saling mengirim kartu Natal karena di situ ada gambar Yesus dan kandang Natal dst. Padahal gambar-gambar sebenarnya juga berguna untuk pengajaran iman, terbukti bahwa di sekolah minggu/bina iman, guru-guru menggunakan gambar untuk mengajarkan tentang Yesus. Atau, sebelum orang dapat membaca/ buta huruf (12 abad di Eropa, dan 19 abad rata-rata di Asia dan Afrika), gambar dan patung adalah jalan yang dipakai untuk mengantar orang pada Tuhan. Mungkin ini sulit dibayangkan oleh kita yang hidup jaman ini karena kita semua dapat membaca. Tetapi jika kita hidup di jaman bahela itu, tentu kita akan mengerti bahwa gambar-gambar, sepanjang tidak kita sembah sebagai Allah, maka tidaklah merupakan berhala.
3. Jadi yang dilarang disini adalah patung berhala yang disembah sebagai Tuhan, bukannya semua jenis patung/ gambar. Inilah yang menjadi sikap Gereja Katolik; bahwa sepanjang gambar dan patung itu tidak disembah sebagai Allah, tidak ada salahnya membuat gambar dan patung. Jangan lupa bahwa gambar dan patung adalah karya seni seperti halnya musik. Jika di gereja-gereja Protestan musik dipakai untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan, demikian pula di gereja Katolik. Pasti musik itu hanya dianggap sebagai ‘alat’ saja bukan? Kita ke gereja bukan untuk mendengar musik, tetapi Firman Allah yang terkandung di dalamnya. Demikian juga dengan patung/ gambar yang ada di gereja Katolik, hanya merupakan alat saja yang membantu mengarahkan kita pada Tuhan. Tanpa patung dan tanpa musik kita sesungguhnya bisa saja berdoa, tetapi tentu tidak ada salahnya kita memakai keduanya jika itu lebih membantu kita memusatkan hati pada Tuhan.
4. Maka dalam Gereja Katolik, kitapun menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24), namun juga dengan seluruh panca indera kita. Maka ada musik (indera pendengar), patung, gambar (indera penglihatan dan peraba), wewangian/ incense (penciuman); semuanya ini hanya ‘pelengkap/ alat’ saja, sedangkan di atas semua itu, kita menyambut Ekaristi (yang kita sambut melalui indera perasa, menjadi makanan rohani).
Demikianlah kita ketahui bahwa Gereja Katolik tidak mengubah kesepuluh perintah Allah. Gereja Katolik, mengikuti pengelompokan yang diajarkan oleh St. Agustinus, mengajarkan urutan yang sedemikian sesuai dengan konteksnya yang konsisten dengan ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci sebagaimana diajarkan oleh Kristus dalam Perjanjian Baru tentang hukum yang terutama.(Sumber:
http://katolisitas.org/7811/mengapa-ada-perbedaan-10-perintah-Allah-versi-katolik-dan-versi-non-katolik)