Yaaa ya ya.. oke..
Kembali ke laptop.
Jika Pendeta bisa salah, otomatis,... ajarannya juga belum tentu benar.
Dengan demikian guru dari si Pendeta juga bisa salah.
Dan guru dari guru si Pendeta juga bisa salah.
Akhirnya,... sampai pada guru besar dari guru-guru.. yaitu bapa gereja injili. (yang mengeluarkan doktrin).
Apakah anda sebagai jemaat injili akan mengatakan bahwa ajaran yg dikeluarkan dari guru besar gereja injili (doktrinnya) adalah PASTI BENAR ?
silahkan.
--satu lagi yg ini : --
==> bertentangan dengan kebenaran absolut HASIL TAFSIRAN GEREJA INJILI.
Begini saja deh, daripada terus2an bolak-balik ke situ2 juga, saya berikan sebuah analogi. Kalau tidak paham atau tidak mau mengerti juga ya sudah lah.... wassalam...
Analogi ini untuk menjelaskan tentang "kebenaran absolut dan relatif", jadi bukan untuk menjelaskan tentang "Keselamatan"
Ada sebuah wilayah yang kacau balau, dimana binatang2 buas bebas berkeliaran dan siap memangsa manusia yang tinggal di sana. Sebaliknya, di dekatnya ada wilayah yang makmur, aman, damai dan tenteram yang dikuasai seorang Penguasa yang baik hati.
Sayangnya kedua wilayah tersebut dipisahkan oleh sebuah sungai yang lebar, dalam dan arusnya deras, juga dipenuhi binatang berbahaya seperti buaya dan ikan piranha.
Tetapi Sang Penguasa yang baik hati ingin menolong orang2, sehingga dia terus memanggil-manggil untuk datang ke wilayahnya. Melalui utusannya Dia terus menyerukan,"Datanglah kemari maka kalian akan damai sejahtera. Tetapi kalian memerlukan
sarana untuk menyeberang"
Dua orang menanggapi dengan gembira, dan bukan hanya itu, mereka juga ingin menolong orang2 untuk menyeberang. Yang satu tukang perahu dan satunya pembuat jembatan. Keduanya sama2 mentaati (atau dipimpin oleh seruan/sabda) sang Penguasa. Tetapi keduanya menafsirkan "sarana" dengan cara yang berbeda. Tidak salah, karena semuanya menunjukkan ketaatan, hanya saja karena informasi tentang sarana tersebut kurang jelas, maka tafsiran mereka jadi berbeda.
Ada orang2 yang tidak percaya seruan utusan Sang Penguasa, dan tetap mengandalkan diri sendiri untuk bertahan hidup.
Ada orang2 yang percaya bahwa tempat di seberang sungai adalah tempat yang aman, tetapi dia mengandalkan diri sendiri untuk berenang menyeberangi sungai.
Ada yang percaya semua yang dikatakan utusan Sang Penguasa, masalahnya hanya ada satu kesempatan untuk menyeberang sehingga dia harus memilih. Dia tidak tahu mana yang lebih benar, apakah si tukang perahu atau si tukang jembatan. Tetapi dia juga mendengar seruan tentang tempat yang aman dan sarana yang diperlukan untuk menyeberang.
Maka dia harus membuat pilihan mana yang menurut keyakinannya
PALING BENAR. Dalam memilih tentu saja dia mempertimbangkan beberapa aspek dengan menggunakan nalar, pengetahuan, hati nurani, dsb:
- Kalau perahunya penuh tambal2an akibat kebocoran, tentu dia layak untuk ragu mengikuti si tukang perahu
- Kalau jembatannya kelihatan lapuk dan rapuh, dia juga akan ragu lewat jembatan
- Kalaupun keduanya nampak aman, integritas orangnya juga akan dipertimbangkan: apakah orangnya jujur, tidak mata duitan, benar2 ahli di bidangnya (kalau tukang perahu ya ngerti soal perahu, misalnya)..
- Atau kalau dia tidak percaya akan keduanya, dia boleh saja (kalau punya kemampuan) untuk mencoba cara lain, misalnya membuat pesawat terbang
Intinya, ketika dia mengambil keputusan, maka dia harus melangkah dengan yakin bahwa pilihan yang dia ambil adalah BENAR.