Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu Siip.
Iya Husada,
Tentu saja bdsk pengalaman saya maka pendapat ini bisa saya tuliskan.
Saya brikan sbuah contoh praktis ya.
Saya berjemaat di denominasi yg kuat sekali dlm pujian dan penyembahan.
Sidik punya sidik, memang itulah visi dari gereja tersebut.
Jd Tuhan mendirikan gereja itu utk menyebarluaskan mengenai pujian dan penyembahan.
Sejak mulai pelayanannya, gereja itu telah menginspirasi dan memberkati dengan kegerakan pujian dan penyembahan di Indonesia.
Tp saya juga tau gereja lain yg kuat sekali pada pelayanan pelepasan.
Tentu saja gereja tempat saya berjemaat juga kenal (dan melayani) dalam pelepasan dan kesembuhan ilahi, tp skala (baca=urapan) pelayanan Tuhan dalam gereja lain itu jauh lebih kuat daripada gereja saya.
Gereja lain itu memang dipanggil dan didirikan Tuhan utk menyebarkan kuasa pelepasanNya.
Jd setiap gereja walau memiliki pewahyuan yg sempurna akan Yesus Kristus dan Injil melalui Alkitab, namun tetap mempunyai ciri khas sesuai dengan panggilan Tuhan bagi gereja tersebut.
Itu maksud saya.
Nah tentu saja tulisan saya itu bernuansa karunia rohani sbgmn topik ini memang soal karunia rohani.
Jika ada gereja yg tidak familiar dg praktek karunia-karunia supranatural, mgkn saja akan beda pandangan dg saya.
O begitu.
Kalau saya tidak salah menangkap, ketika Siip mengambil jemaat Korintus dan Efesus sebagai contoh jemaat yang berbeda perolehan karunia, saya mengartikan pernyataan Siip itu bahwa Siip seperti membedakan jemaat berdasarkan karunia yang dominan diperolehnya. Semoga saya salah menangkap.
Sementara itu, menurut pemahaman saya, pembedaan jemaat Korintus dan Efesus, itu terjadi karena wilayah saja. Bukan karena perbedaan karunia yang mereka terima. Saya pikir, karunia yang diterima oleh jemaat Korintus, sama saja dengan karunia yang diterima jemaat Efesus. Pada kenyataannya, perbedaan kasus yang cenderung lebih sering terjadi di kedua tempat itu (Korintus dan Efesus), bukan karena perbedaan karunia yang diberikan Tuhan, melainkan karena karakter warga jemaat Korintus berbeda dengan karakter warga jemaat Efesus.
Nah, perbedaan pemahaman demikian itu di antara kita, saya kira bukan semata-mata karena perbedaan organisasi tempat kita berkumpul, tetapi sangat dominan karena perbedaan tafsiran diantara kita. Saya menafsirkan, Tuhan itu mendirikan jemaat yang satu, namun karena luasan teritorial maka jemaat dibagi berdasarkan teritorialnya, ada yang di Roma, ada yang di Pangururan (nama daerah di Pulau Samosir).
Kepada jemaat itu diberikan karunia yang sama (meskipun karunia yang diberikan kepada orang per orang adalah berbeda). Tetapi karena karakter orang Roma berbeda dengan karakter orang Pangururan, maka karunia yang sering digunakan di Roma berbeda dengan karunia yang sering digunakan di Pangururan, sehingga terkesan bahwa kepada kedua kelompok jemaat itu diberikan karunia yang berbeda.
Sementara, kalau saya tidak salah menangkap penjelasan Siip, jemaat itu dibedakan menurut karunia yang diterima oleh jemaat. Nah, menurut saya, dengan penafsiran seperti yang Siip laksanakan itu, menjadikan adanya keterpecahan jemaat, yaitu berdasarkan karunia yang didapat dari Tuhan, meskipun keterpecahan itu dijelaskan dengan penjelasan seperti yang telah Siip sajikan.
Saya kira, dengan pengertian seperti itu, maka mungkin saja terjadi, di satu kota atau wilayah, terdapat dua kumpulan jemaat, hanya karena 'merasa' menerima karunia yang berbeda. Sementara dengan pengertian seperti yang saya sampaikan itu, suatu kota tidak akan mempunyai dua kumpulan jemaat. Karunia-karunia yang diterima anggota jemaat saling dimanfaatkan bersama, walaupun pelayanan dengan menggunakan karunia itu dibentuk katakanlah seksi-seksi, namun jemaat tidak terpecah. Jika ingin mendapat layanan karunia 1, berurusan dengan seksi Q, misalnya. Jika ingin mendapat layanan karunia 2, berurusan dengan seksi R, dst, dst.
Jadi, intinya, yang ingin saya sampaikan dalam hal ini, Roh yang satu tidak menginginkan perpecahan, melainkan menginginkan persatuan dan kesatuan jemaat.
Damai, damai, damai.