wah saya jadi tertarik mas cadang..
bener, mungkin niatan (yg ptg niatnya) marthin luther adalah baik.. dan mungkin karena entah butuh dukungan, sehingga marthin butuh alibi yang kuat, sehingga beliau pun terpaksa harus "mengoprek" ajaran yang pernah diyakininya itu...
kini marthin punya posisi, dan posisinya adalah melawan ajaran Gereja.
melawan Gereja kala itu adalah hal yang sangat berani dan susah.. secara politik marthin butuh legitimasi. marthin perlu sesuatu yang lebih berwibawa dari gereja. namun kayaknya marthin tidak dapat menemukan, bahkan dirinya sendiri pun tidak berani dideklarasikan.
ada bypass yang diambil luther yaitu dengan membuat sebuah entitas yang dirasa bisa memberi legitimasi lebih berwibawa dari Gereja, yaitu Alkitab. jadilah harus ada rumus solascriptura. yang lebih bisa di sama dengankan dengan kalimat "Alkitab without Gereja"
disinilah letak rancu itu dimulai.
tentu saja yang bertentangan adalah antara FT menurut luther dan FT menurut Gereja.
seharusnya Luther mem vs kan pendapat nya dan pendapat Gereja tentang FT yang sama.
namun luther sadar secara politis itu tidak menguntungkan.
tanpa waktu yang lama gerakan reformasi menjadi brutal, dan banyak ditumpangi oleh kepentingan2 politis.. tentu saja lawan2 politis Gereja sangat mendukung gerakan luther ini.
sampai sejauh ini mungkin niat luther masih baik, tapi mungkin saja banyak niat2 yang lain di antara "pengikut" atau katakanlah pemanfaat gejolak reformasi ini. hmmm... mkn kita bisa membaca refrensi2 dan cerita2 sejarah tentang gejolak reformasi yang mengerikan.
di pihak saya sebagai orang katolik, saya mengakui bahwa kehidupan oknum2 Gereja kala itu memanglah berstandar moral rendah, korup, dan bejad.
saya suka protesnya luther, namun sayangnya mengapa ajaran nya yang luther obrak-abrik? haruskah itu? mungkin saja harus sebagai bentuk perlawanan otoritas Gereja yang memakai dalih ajaran. namun sesungguhnya ajaran itu juga yang telah disalah gunakan oleh para oknum bejad tersebut. seungguhnya ada gerakan yang muncul juga sebagai reaksi Gereja atas gerakan reformasi ini, yaitu gerakan yang di motori juga oleh Ignatius loyola dan Fransiskus xaverius. gerakan yang mengembaikan moralitas para klerus, moralitas putra-putri Gereja. tentu saja gerakan ini justru adalah Gerakan kembali kepada ketekunan dan kesetiaan dan penghormatan terhadap ajaran Gereja. bukan merenovasi ajaran yang apostolik turun temurun dari para rasul sejak 1500 tahun sebelum luther ada. ini yang saya tidak suka terhadap luther..
kondisi yang sangat strategis juga bagi musuh2 Gereja..
saya setuju...
karena posisi dan perjuangan "kebenaran" itu juga bisa dinikmati oleh ego.
Mas Onde,
saya memilih untuk tidak men-judge Romo Martin Luther dengan konotasi Negatif dulu sih mas...
Sebab, kita tidak bisa tahu secara persis kondisi psikologis, sosial politik, dan kondisi lain yang saling mempengaruhi dasar pengambilan keputusan oleh Pakde Martin ini..
Dan, barangkali, kalo dilihat dari sudut pandang yang lain, siapa tahu memang Tuhan menghendaki bro Martin ini untuk mengambil langkah drastis tsb, sebagai semacam Shock Therapy, yang men trigger reformmasi-reformasi internal lainnya, spt Ign de Loyola, Frans Xaverius, dll..
Dari sudut pandang ini, saya justru merasa Pakde ML justru BERJASA dan punya ANDIL yang cukup signifikan dengan Kondisi Pendewasaan Organisasi Roma Katolik mjd spt hari ini...
Coba mas bayangkan, andaikata Bro ML tidak ada, atau tidak mengambil langkah se drastis itu, mungkin efek menyentak-nya kurang, dan reformasi dilaksanakan secara gradual & pelan-pelan yang amat mungkin kembali jatuh dalam kendali oknum klerik-klerik koruptif dan doyan orgi itu ehehehe...
Sekarang kita tarik maju ke kondisi present day...
Semangat inisial dari Pakde ML dan gerakan sosial-politik-nya yg RADIKAL (which imo was necessary) pada 500 th yg lalu itu --> yang artinya Rakyat Low-Eductd vs. Klerik Korup Menyimpang....
kalau di-translate secara harafiah dan dipersiskan tindakan & pola pikir RADIKAL nya itu di tahun 2000, dimana sudah tidak relevan lagi Setting Sosialnya (udah gak Low-ed vs Klerik korup lagi kan?)
--> maka tentu akan menemukan banyak ketidak logisan dalam implementasi-nya...
Jadi, bisa kita hipotesis kan sementara, behaviour sodara-sodara protestantism spt mas solideo dkk ini bisa disebabkan oleh:
1. Organisasi yg dalam usia muda (500th) dan pasti sedang fase growth --> lagi semangat-semangat-nya...
2. Kebablasan dalam memahami semangat Pakde romo ML, dan secara MENTAH-MENTAH COPY PASTE detil-detil atributif 500th yg lalu (yg relevan pd wkt itu), dan diterapkan untuk kondisi th 2000an yang sudah tidak relevan setting-nya.
3. Pola-pola radikal dan terus-menerus meng-kacamata-kuda-kan diri sendiri & jemaatnya, memang lebih efektif guna meningkatkan afinitas organisasi nya itu... karena terus di-brain-wash dan dikondisikan betapa kita ini adalah among-the-few-&-the-chosen, betapa kita ini sering diserang & diejek sehingga punya musuh bersama, betapa kita ini harus bersatu padu menjalankan perintah thuhan mengkonvert-i orang-orang sedunia, dan trik-trik organisatoris lainnya..
Kesimpulan akhir:
- Perbedaan cara penafsiran dan how the organisation is run, BUKANlah pada ESENSI ajarannya
- melainkan lebih pada ASPEK SOSIAL POLITIK ORGANISATORIS-nya...
udah panjang euy....