Masalahnya yg menentukan salah tidaknya itu anda , iya kan..
jadi kalau saya bilang benar anda bilang salah, ya tetap saja salah (kata anda)
Susah kalau orang cuma modal FT tanpa pakai nalar (baca logika)
(sebab muslim juga pakai FT dalam menafsirkan, dan hasilnya mereka berkesimpulan Alkitab adalah kitab yg aneh. Persis seperti anda menafsirkan Alkitab yaitu mensejajarkan ayat satu dan lain tanpa melihat konteks perikop)
Saya, anda dan semua members juga demikiian.
Apakah maksud anda dalam memberikan pendapat, dan di akhir kalimat tertulis: maaf ya, pendapat saya ini sebenarnya salah.
Kira2 ada gak members lain yang mau diskusi dengan anda?
Bukankah kalau mau diskusi itu, harus sudah mempunyai keyakinan tersendiri atas pendapatnya; dengan catatan, maksudnya boleh disanggah/dikoreksi lagi sekiranya salah.
Saya kurang mengerti, sebenarnya yang tidak pakai nalar itu siapa?
Tidaklah positif diskusi dengan saling tuding, apalagi tanpa ayat FT.
Kalau memang logika sehat dipakai, itukan bukan kata2 saya; itu adalah ayat2 FT yang sejajar.
Dan mungkin anda akan berkata: anda asal comot ayat.
Saya berpendapat: anda tidak menyanggahnya dengan ayat FT, kalau sekiranya memang pendapat saya salah.
Dan mungkin juga anda berkata: anda memaparkan banyak ayat2 dan merasa benar.
Saya berpendapat: anda juga tidak menyanggahnya dengan ayat FT. Karena sesuai pertanyaan yang banyak maka saya jawab satu per satu. Dan jika saya jawab hanya setengah, mungkin juga anda akan menjawab: anda tidak tahu, janganlah banyak bicara.
Kesimpulannya; saya kurang mengerti maksud tujuan anda berdiskusi?
Satu perikop itu sangat luas, tidaklah mungkin anda dapat mensejajarkan keseluruhannya, antara satu perikop dengan perikop lain. Hal ini tidaklah masuk akal.
Satu perikop itu ada banyak point of view nya; jangkankan satu perikop, satu kalimat pun dapat lebih dari satu poin of view nya.
Sedangkan di Kitab Amsal tertulis, mencari hikmat itu sudah fokus hingga kata per kata.
Tks.