Bung Husada,
Bisa jadi karena strategi yg diterapkan pelatih kurang efektif atau mungkin karena YW itu merupakan pemain sekaligus pelatih sehingga ia membuat strategi yang unik daripada tim lainnya.
Apakah dalam pertandingan kali ini menurut Bung Husada, YW akan menggunakan strategi yang sama dan bagaimana menurut Bung efektivitasnya?
Damai bagimu Siip.
Waaa... kalo pandangan pribadi ditanyakan kepada saya mengenai YW ini, akan terdengar sadis.
Mungkin karena saya tidak begitu tertarik dengan politik, saya tidak mengikuti kiprah politik siapa saja, termasuk YW ini. Penilaian saya hanya sebatas sepak terjang yang menonjol sampai ke dunia pemberitaan. Jadi, kemungkinan besar, pandangan saya terhadap YW ini tidak komprehensif.
Menurut saya, YW ini akan 'kiamat', dalam arti tidak akan jadi apa-apa. Simpati yang ditujukan kepadanya, menurut pandangan saya, hanya karena simpati kepada ayahnya, Gus Dur. Dia beruntung, kekuatan simpati kepada Gus Dur itu masih melekat padanya, dan mengangkat citranya masih diperhitungkan di percaturan politik nasional. Jika dia hanya menggunakan 'modal' simpati kepada ayahnya, tanpa ditambah dengan hal-hal lain yang murni dari diri dan karyanya, menurut dugaan saya, dia akan menjadi tidak siapa-siapa.
Jadi, kalau menurut dugaan saya, jika YW ini ingin
survive di dunia politik, dia harus menggabungkan diri ke partai yang sudah ada. Dalam hal itulah diperlukan perhitungan yang matang. Menurut saya, PD melihat bahwa simpati kepada Gus Dur yang melekat menjadi simpati kepada YW, masih dapat dikelola dengan baik untuk meningkatkan elektabilitas, maka PD berupaya 'merayu' YW untuk bergabung. Hanya saja, YW juga melihat bahwa PD ini seolah hanya kendaraan SBY.
Begitu SBY kehabisan masa oleh peraturan, maka habis pula PD. Tidak dapat dipungkiri, kader-kader PD banyak yang dibelit oleh kasus korupsi, yang pada mulanya 'diteriakkan' ingin diberantas oleh PD. Karena itu, sebagaimana kuatnya SBY ingin 'mengkatrol' partai besutannya ini, menurut saya, masyarakat sudah
kadung tahu warna aslinya PD, yang tidak bisa lepas dari lekuk-liku pencitraan semata.
Kembali ke YW. Menurut saya, bila YW memilih bergabung ke PD, akan menolong sedikit, hanya sedikit, bagi PD, tetapi tidak begitu menolong bagi YW. Sebab, kader-kader PD tidak akan dengan serta merta bersedia 'digusur' oleh YW. Jadi, pun kalau YW bergabung dengan PD, dia hanya akan dijadikan sebagai
vote getter. Nah, tentu YW harus membaca sejauh itu. Jika dia hanya sebagai
vote getter, tentu dia tidak akan mau menjadi sukarelawan eh sukarelawati. Dia juga memerlukan suatu 'keuntungan'.
Jadi menurut saya, kalau YW ini ingin mewarnai dunia politik, dia harus bergabung dengan partai yang sudah ada, tetapi saya tidak menganjurkan ke PD. Masih ada sebelas partai lain yang sudah resmi sebagai peserta pemilu.
Damai, damai, damai.