Author Topic: sexual desire VS sexual pleasure ?  (Read 16517 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #195 on: April 21, 2013, 09:24:03 PM »
Nah coba bro kasih tahu, seharusnya apa hukuman buat Onan jika kasusnya ia tidak mau melanjutkan keturunan kakaknya ?

Ada di Ulangan 25:9

Quote
Lagipula Onan SELALU / SETIAP KALI / TIDAK PERNAH TIDAK membuang maninya, sehingga bisa disimpulkan onan tidak prokreasi dlm pernikahannya (bukan cuma saat ML). Sehingga kisah ini tidak dapat dituduhkan kepada pasutri yg CI cuma utk menunda anak (lagi).
Setiap kali Pasutri ber-kontrasepsi-ria maka setiap itu pula mereka tidak 'pro' akan kreasi. Setiap kali itu pula sang suami ber-onani ria dan membuang maninya ke karet/lateks.

Quote
Lho ya itu Tuhan yg tentukan. Kalo Tuhan maunya begitu, ya berarti memang tidak perlu kreasi dlm keluarga tsb.

Sebelumnya Anda berkata sbb:

"Pro kreasi adalah hakekat dari pernikahan. Jadi ketika sepasang pasutri telah memiliki anak, maka unsur prokreasi telah terpenuhi dalam pernikahan mereka. Sehingga kemudian mereka tidak lagi "dituntut" pro kreasi setiap kali mereka berhubungan seks."

Dan itu adalah pendapat yang salah. Karena pro kreasi tidak ditentukan oleh hasil; namun dari 'will'.

Sbb:

A. Pasutri XY: Setiap kali ML menggunakan alat-alat kontrasepsi ===> tapi gagal akhirnya mereka dapat Anak juga.

B. Pasutri AB: Setiap kali ML tidak pernah menggunakan alat-alat kontrasepsi ==> Tapi tidak pernah punya Anak sampai kakek-nenek dan meninggal dunia.

Siapakah yang PRO-KREASI dari kedua pasangan tersebut???

Jwb: Pasutri AB.

Jadi, jangan katakan: "kalau sudah punya anak, berarti unsur PRO-KREASI sudah terpenuhi".

Quote
Nah ini alasan saya menolak utk menghalangi pernikahan seseorang yg mandul. Mandul itu vonis manusia, sedangkan semuanya tergantung dari Tuhan Sang pemberi hidup itu sendiri.

Lha, memang siapa yang mengatakan bahwa MANDUL menjadi halangan utk suatu perkawinan??

Yang menjadi halangan adalah: Impotensi permanent. Bukan Mandul.

Impotent : Ketidakmampuan untuk melakukan marital intercourse

Mandul/Barren : Ketidakmampuan untuk berketurunan.

Mandul bukan halangan Perkawinan.

Karena unsur: Unity dan Pro Kreasi tetap dapat terjadi.

Sekali lagi: Pro Kreasi bukanlah HASIL tapi WILL. [Sebab yang menentukan hasil adalah Tuhan, bukan Pasutri]

Quote
Cuma saya agak galau dgn pernyataan "biar kehendak Tuhan yg jadi" :)
Memang betul sih semua bisa terjadi karena kehendak Tuhan , tapi ini kan masa tidak subur, masa dimana telur tidak siap sehingga amat sangat kecil (kalau tidak mau dibilang 0%) kemungkinan pembuahan.

Jadi pengguna kondom mengandalkan ketiadaan sperm, sedangkan pengguna KBA mengandalkan ketiadaan telur, dan lucunya mereka sama2 bilang : "biar kehendak Tuhan yg jadi kalau nanti pembuahan."  :D

KBA alamiah tidak mungkin salah .... karena Allah sendiri yang merancangnya demikian. Itu adalah kehendak Allah.

Semoga Anda bisa melihat perbedaannya.

Semua alat kontrasepsi adalah melawan (secara sengaja) kehendak dan rancangan Allah. Kondom masih lebih 'bermartabat' karena kemungkinan Aborsi tidak ada disana dibanding alat kontrasepsi lainnya. But still.... penggunaan kondom adalah salah.

====

Salam,

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #196 on: April 21, 2013, 10:55:14 PM »
maap ke berdua yang lagi asyik ..., saya numpang tanya sedikiiit aja... :).

Verb : to procreate
1. To beget and conceive (offspring).
2. To produce or create; originate.

http://www.thefreedictionary.com/procreation

Dan itu adalah pendapat yang salah. Karena pro kreasi tidak ditentukan oleh hasil; namun dari 'will'.

Sekali lagi: Pro Kreasi bukanlah HASIL tapi WILL. [Sebab yang menentukan hasil adalah Tuhan, bukan Pasutri
Saya gak gitu ngudeng dari kalimat medice diatas.

Apakah maksudnya : event penetrasi + keluar didalam itu HARUS didasari WILL to procreate pasutri, yah ?

ataukah ...
terserah mo itu will to procreate si pasutri ato nggak kek, pokok apabila terjadi event penetrasi, maka itu harus terjadi natural (skin to skin) DAN harus tumpah didalam ---> dan inilah disebut : event penetrasi yang open to procreation, yah ?

:)
salam.

Offline Djo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1503
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kharismatik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #197 on: April 22, 2013, 01:13:05 PM »
Ada di Ulangan 25:9
Tapi laki2 yg mengeluarkan maninya "hanya" menyebabkan ia menjadi najis, dan juga bukan hukuman mati.

Setiap kali Pasutri ber-kontrasepsi-ria maka setiap itu pula mereka tidak 'pro' akan kreasi. Setiap kali itu pula sang suami ber-onani ria dan membuang maninya ke karet/lateks.
Yah itulah bedanya dgn Onan. Onan memang setiap kali/selalu membuangnya SEJAK AWAL sampai seterusnya mati.
Sedangkan para pasutri sekarang tentu tidak selalu berkontrasepsi, hanya disaat2 diperlukan saja. Ini maksud saya dgn birth control.
Btw, afaik pengertian onani sekarang sudah bergeser ke arah self service. Jadi tidak tepat kalo saat ini Onan disebut onani, melainkan coitus interuptus.

Sebelumnya Anda berkata sbb:
"Pro kreasi adalah hakekat dari pernikahan. Jadi ketika sepasang pasutri telah memiliki anak, maka unsur prokreasi telah terpenuhi dalam pernikahan mereka. Sehingga kemudian mereka tidak lagi "dituntut" pro kreasi setiap kali mereka berhubungan seks."
Dan itu adalah pendapat yang salah. Karena pro kreasi tidak ditentukan oleh hasil; namun dari 'will'.
Nah dari niat kan ?
Begini bro..., saya berkata bahwa sy TIDAK ANTI utk bertemu dgn anda. Tapi sebelumnya saya pelajari dulu jadwal anda, kapan anda ke kantor, kapan anda menjemput istri, kapan anda libur, dst..dst.. selama berbulan2 sampai saya merasa bahwa saya telah memahami jadwal anda dgn akurat. Setelah saya yakin kita tidak akan ketemu, baru deh saya keluar dari persembunyian dan jalan dgn petantang-petenteng... nanti kalau sudah tidak aman, saya ngumpet lagi. Apakah saya tetap bisa dibilang TIDAK ANTI bertemu anda ?

Ini yg terjadi dgn kalender. Dan bagi saya sama saja. Prinsipnya menjaga/mencegah spy tidak ketemu.

Jadi ada saat dimana pengguna KBA maupun kontrasepsi tidak prokreasi secara will (maupun tindakan).

A. Pasutri XY: Setiap kali ML menggunakan alat-alat kontrasepsi ===> tapi gagal akhirnya mereka dapat Anak juga.

B. Pasutri AB: Setiap kali ML tidak pernah menggunakan alat-alat kontrasepsi ==> Tapi tidak pernah punya Anak sampai kakek-nenek dan meninggal dunia.
Yg perlu diperhatikan justru adalah apakah pasangan A memang selalu menggunakan kontrasepsi dalam sepanjang pernikahannya ?  :)

Jadi, jangan katakan: "kalau sudah punya anak, berarti unsur PRO-KREASI sudah terpenuhi".
Ok, saya ralat spy lebih jelas.
Jika sudah ml tanpa penghalang disaat yg tepat disertai keinginan yg kuat utk memiliki keturunan, maka prokreasi telah terpenuhi. apalagi jika ternyata membuahkan hasil keturunan. Dan tidak perlu dituntut lagi.

Tapi jika pasutri selama pernikahannya SELALU berkontrasepsi sepanjang pernikahannya, maka prokreasi dlm pernikahannya diragukan, meskipun ternyata memiliki keturunan akibat kelemahan kontrasepsinya (kondom bocor misalnya).

Demikian jg jika pasutri SELALU ber-KBA dalam sepanjang pernikahannya (tidak pernah mau ML disaat subur), maka prokreasinya juga diragukan, meskipun ternyata memiliki keturunan karena salah hitung hari.

Sekali lagi: Pro Kreasi bukanlah HASIL tapi WILL. [Sebab yang menentukan hasil adalah Tuhan, bukan Pasutri]
Setuju.

KBA alamiah tidak mungkin salah .... karena Allah sendiri yang merancangnya demikian. Itu adalah kehendak Allah.
KBA memang tidak salah.
Tapi bisa jadi salah kalau KBA itu digunakan sejak awal pernikahan sampai seterusnya..., karena pasutri ini tidak memiliki "will" utk ber create.

But still.... penggunaan kondom adalah salah.
Sama seperti diatas....

Menggunakan kondom tidak salah.
Tapi selalu menggunakan kondom sejak awal pernikahan sampai seterusnya itu salah, karena tidak ada will utk create.
Trust and Obey....!  Miracle is on the way !!

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #198 on: April 23, 2013, 11:06:19 AM »
maap ke berdua yang lagi asyik ..., saya numpang tanya sedikiiit aja... :).

Verb : to procreate
1. To beget and conceive (offspring).
2. To produce or create; originate.

http://www.thefreedictionary.com/procreation

Coba cari kata 'pro' dan bukan to procreate. Kemuadian cari kata 'creation'. Lalu gabungkan.

Bandingkan dengan kata 'contra' yang merupakan lawan kata dari ' pro '.

Quote
Saya gak gitu ngudeng dari kalimat medice diatas.

Apakah maksudnya : event penetrasi + keluar didalam itu HARUS didasari WILL to procreate pasutri, yah ?

ataukah ...
terserah mo itu will to procreate si pasutri ato nggak kek, pokok apabila terjadi event penetrasi, maka itu harus terjadi natural (skin to skin) DAN harus tumpah didalam ---> dan inilah disebut : event penetrasi yang open to procreation, yah ?

:)
salam.

Giliran saya yang bingung apa beda yang pertama dan yang kedua.
Tindakan-tindakan pasti ada yang mendasari. Kenapa ditumpah di luar dan bukan di dalam pasti ada yang mendasari; kenapa pake 'sarung' dan bukan tanpa 'sarung' juga pasti ada niatan masing-masing.

====

Salam

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #199 on: April 23, 2013, 11:39:29 AM »
Tapi laki2 yg mengeluarkan maninya "hanya" menyebabkan ia menjadi najis, dan juga bukan hukuman mati.
Najis bukanlah hukuman, melainkan keadaan.
Perempuan yg masa menstruasi disebut najis; lelaki yang mimpi basah; atau pasutri yang bersanggama dan ada ceceran sperma [tidak seluruhnya masuk]; etc sebab sebab lain.

Quote
Yah itulah bedanya dgn Onan. Onan memang setiap kali/selalu membuangnya SEJAK AWAL sampai seterusnya mati.
Sedangkan para pasutri sekarang tentu tidak selalu berkontrasepsi, hanya disaat2 diperlukan saja. Ini maksud saya dgn birth control.

Sesuatu salah bukan karena frekwensi keterjadian.

Quote
Begini bro..., saya berkata bahwa sy TIDAK ANTI utk bertemu dgn anda. Tapi sebelumnya saya pelajari dulu jadwal anda, kapan anda ke kantor, kapan anda menjemput istri, kapan anda libur, dst..dst.. selama berbulan2 sampai saya merasa bahwa saya telah memahami jadwal anda dgn akurat. Setelah saya yakin kita tidak akan ketemu, baru deh saya keluar dari persembunyian dan jalan dgn petantang-petenteng... nanti kalau sudah tidak aman, saya ngumpet lagi. Apakah saya tetap bisa dibilang TIDAK ANTI bertemu anda ?

Bagaimana jika tiba-tiba ternyata saya muncul? Siapa yang menjamin.

Untuk memastikannya, Anda harus memasung saya terlebih dahulu atau menyuruh orang untuk memasung saya.

Quote
Ini yg terjadi dgn kalender. Dan bagi saya sama saja. Prinsipnya menjaga/mencegah spy tidak ketemu.

1) Dengan contrasepsi Anda menolak/melawan; dengan sistem kalender Anda tidak menolak/melawan. [Sesuatu dikatakan melawan jika itu berseberangan dengan apa yang sebenarnya. Tidak terjadinya pembuahan dalam sistem kalender adalah karena memang demikian yang sebenarnya adanya. Karena demikianlah rancangan Allah atas tubuh perempuan.]

Dengan Kontrasepsi ==> Anda menolak utk  ketemu/Anda tidak datang.

Dengan Sistem Kalender ==> Anda datang..... tetapi yang mau ditemui tidak ada.

Quote
Demikian jg jika pasutri SELALU ber-KBA dalam sepanjang pernikahannya (tidak pernah mau ML disaat subur), maka prokreasinya juga diragukan, meskipun ternyata memiliki keturunan karena salah hitung hari.
Setuju.
KBA memang tidak salah.
Tapi bisa jadi salah kalau KBA itu digunakan sejak awal pernikahan sampai seterusnya..., karena pasutri ini tidak memiliki "will" utk ber create.
Sama seperti diatas....

Menggunakan kondom tidak salah.
Tapi selalu menggunakan kondom sejak awal pernikahan sampai seterusnya itu salah, karena tidak ada will utk create.

Pasutri yang selalu ber KBA memang tidak pro-kreasi, dan itu salah. Karena niatnya bukan lagi sekedar mengatur kelahiran, tetapi menolak pro-kreasi.

Penggunaan kondom salah di setiap penggunaannya. Jika sekali saja dalam seumur hidupnya menggunakan kondom.... maka sekali itu juga dia salah; Jika setiap saat , berarti setiap saat juga salah.

====

Salam,
« Last Edit: April 23, 2013, 11:41:25 AM by Medice_curateipsum »

Offline Leonardo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1772
  • Reputation Power:
  • katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #200 on: April 23, 2013, 01:22:37 PM »
Bro Medice  :)


Pasutri yang selalu ber KBA memang tidak pro-kreasi, dan itu salah. Karena niatnya bukan lagi sekedar mengatur kelahiran, tetapi menolak pro-kreasi.

Penggunaan kondom salah di setiap penggunaannya. Jika sekali saja dalam seumur hidupnya menggunakan kondom.... maka sekali itu juga dia salah; Jika setiap saat , berarti setiap saat juga salah.

====

Salam,
Mungkin yang dimaksud oleh bro Djo adalah pasutri yang memakai alat kontrasepsi itu juga mempunyai keinginan /will untuk mengatur jarak kelahiran.

Sama juga dengan niat/will pasutri yang ber-KBA niatnya juga mengatur jarak kelahiran atau kesejahteraan keluarga.

Kalau menurut saya mungkin bukan hanya will nya saja tapi juga caranya

Sekalipun mereka (pasutri yang memakai kontrasepsi) niatnya untuk mengatur jarak kelahiran namun mereka menggunakan cara yang salah ...
Karena caranya adalah kontrasepsi= kontra konsepsi

bagaimana bro Medice ...tentang pendapat saya di atas... :)

salam  :)
In Omnibus Caritas

Offline Djo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1503
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kharismatik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #201 on: April 23, 2013, 03:23:33 PM »
Najis bukanlah hukuman, melainkan keadaan.
Perempuan yg masa menstruasi disebut najis; lelaki yang mimpi basah; atau pasutri yang bersanggama dan ada ceceran sperma [tidak seluruhnya masuk]; etc sebab sebab lain.
Tapi bukan berarti orang yg dalam keadaan najis itu wajib dihukum mati kan bro... ?
Lewat Imam mereka dapat ditahirkan.

Bagaimana jika tiba-tiba ternyata saya muncul? Siapa yang menjamin.
Jika ternyata muncul ya sudah mau bilang apa... padahal doa, harapan dan keinginannya tidak bertemu dgn anda.
Yg jelas sedikit banyak pasti ada timbul rasa kecewa (penyesalan ?) karena sudah susah payah mengecek siklus tp tokh ttp terjadi pembuahan. Dan rasa kecewa/penyesalan itu menurut sy adalah bentuk ketidak prokreasian secara samar2.
Ya tapi mungkin hanya orang2 yg imannya kurang kuat saja yg mengalami kekecewaan tsb. Tidak bisa dipukul rata ke semua pasangan.

1) Dengan contrasepsi Anda menolak/melawan; dengan sistem kalender Anda tidak menolak/melawan. [Sesuatu dikatakan melawan jika itu berseberangan dengan apa yang sebenarnya. Tidak terjadinya pembuahan dalam sistem kalender adalah karena memang demikian yang sebenarnya adanya. Karena demikianlah rancangan Allah atas tubuh perempuan.]
Ya tapi apa salahnya intervensi kita dlm sistem reproduksi ini ? IMO, Allah memberi kita kuasa utk mengatur dunia ini, termasuk tubuh kita.
Tapi jika dikatakan menolak/melawan, maka Menolak apa ? Melawan apa ?
Jika menolak/melawan janin, saya setuju kalo itu membunuh.
Jika ada wanita yg tidak puas dgn bentuk tubuhnya dan kemudian operasi plastik, apakah ini juga disebut menolak/melawan rancangan Allah atas tubuhnya ?
Jika ada wanita yg minum obat utk mengatur haidnya, apakah ini juga disebut menolak/melawan rancangan Allah atas tubuhnya ?

Pasutri yang selalu ber KBA memang tidak pro-kreasi, dan itu salah. Karena niatnya bukan lagi sekedar mengatur kelahiran, tetapi menolak pro-kreasi.
Tapi sebelumnya anda bilang
Sesuatu salah bukan karena frekwensi keterjadian.
Trust and Obey....!  Miracle is on the way !!

Offline Djo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1503
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kharismatik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #202 on: April 23, 2013, 03:40:53 PM »
Coba cari kata 'pro' dan bukan to procreate. Kemuadian cari kata 'creation'. Lalu gabungkan.

Bandingkan dengan kata 'contra' yang merupakan lawan kata dari ' pro '.
Pro kan artinya mendukung, setuju.
create artinya membuat..., dlm hal ini keturunan.

jadi procreate itu artinya mendukung pembuatan (keturunan), bukan sekedar tidak menolak pembuatan (kontrasepsi).  Orang yg tidak menolak itu bukan berarti pasti mendukung, bisa saja dia abstain.
Kalo orang mau mendukung pekerjaan disebuah pabrik, tapi datangnya hanya pas pabrik sudah tutup, maka sama saja ia tidak mendukung pekerjaan tsb. Memang sih dia nggak nolak utk bekerja. Tapi ya percuma juga, lha wong pabriknya tutup. Nah karena dia mendukung pekerjaan tsb, maka ia datang pagi2 saat pabrik buka dan bekerja dgn giat dan membuahkan hasil.

Kesimpulan (pribadi) :  KBA mungkin bisa dianggap tidak kontrasepsi, tapi juga tidak prokreasi.
Trust and Obey....!  Miracle is on the way !!

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #203 on: April 23, 2013, 07:20:03 PM »
Coba cari kata 'pro' dan bukan to procreate. Kemuadian cari kata 'creation'. Lalu gabungkan.

Bandingkan dengan kata 'contra' yang merupakan lawan kata dari ' pro '.
Barusan ngubek2 internet  ... saya belon ketemu bahwa contracreate adalah antonym dari procreate :D.

Sepertinya kata procreate itu suatu kesatuan, medice ... dimana itu adalah katakerja dari suatu aksi yang menghasilkan anak.

Examples of PROCREATE :
Animals have a natural instinct to procreate.
http://www.merriam-webster.com/dictionary/procreate

Quote
Giliran saya yang bingung apa beda yang pertama dan yang kedua
Beda donk ... kan saya udah sempet kasih contoh pada sebuah kata kerja "makan" :D.

Kata kerja "makan" berdiri sendiri, nggak ngurus apakah itu ada niat makan ato kagak dari si pelakunya.

Quote
Tindakan-tindakan pasti ada yang mendasari.
Betul, makanya saya tanya : verb to procreate itu memang berfokus adanya suatu keHARUSan  berdasarkan niat punya anak ato kagak ?

Untuk verb "makan" nggak fokus ke niat si pelaku, melainkan cuma sebagai kata kerja yang berdiri sendiri - yang penjabarannya : "makan" itu adalah suatu kata kerja dimana event yang terjadi adalah makanan masuk liwat mulut, dikunyah dan lalu ditelan.

Each marital act, each sexual encounter must be open to the procreation of children http://home.earthlink.net/~rickpen16/catholicmarriages/id20.html

Kalimat diatas (imo) nggak sedang ngurus niat pasutri mau punya anak ato kagak. Kalimat itu menjelaskan dikala terjadi hubungan seksual pada pasutri - maka harus terbuka ke prokreasi. Dan CARA-nya adalah event penetrasi dan tumpah didalam. Si suami gak berniat mao tumpahin didalam kek, mao ditumpahin didalam kek gak ada sangkut pautnya dengan kalimat ijo - si istri ML mao buat bikin anak kek, nggak kek ... gak ada sangkut pautnya dgn kalimat ijo --- POKOKnya, once they do sexual encounter - maka caranya adalah event penetrasi skin to skin dan tumpah didalam.

Quote
Kenapa ditumpah di luar dan bukan di dalam pasti ada yang mendasari; kenapa pake 'sarung' dan bukan tanpa 'sarung' juga pasti ada niatan masing-masing.
Nah, kalau ampe kejadian bold, maka artinya bisa dikatakan : their sexual encounter is CLOSE to the procreation of children.

Minum pil KB itu ibarat sso sengaja masukin batu sekepel di kerongkongan (terserah, apapun niatnya - gak pengaruh), lalu melakukan kata kerja "makan". Nah, kalo ampe kejadian seperti ini, maka tidak bisa dikatakan orang itu melakukan kata kerja "makan". Karena definisi "makan" adalah makanan ditelen sampe ke lambung. Mengenai lambungnya/kerongkongannya mengalami kerusakan (yang bukan karena di ogrok2 ama biji kedondong) sehingga tidak bisa mencerna - tidak ada sangkutpautnya dengan kata kerja "makan".

Jadi IMO, kalimat :
Each marital act, each sexual encounter must be open to the procreation of children ---> nggak ngurus / nggak berfokus /nggak sedang mengait2kan pada Niat/Will/Tujuan/Rencana pasutri ybs.

Apapun itu Niat/Will/Tujuan/Rencana pasutri, pokok IJO :D.
Bener kan ? bukankah memang begitu maksudnya kalimat ijo tsb ?
Please CMIIW :).

salam.
« Last Edit: April 23, 2013, 07:23:17 PM by odading »

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #204 on: April 23, 2013, 07:22:50 PM »
Bro Medice  :)
Mungkin yang dimaksud oleh bro Djo adalah pasutri yang memakai alat kontrasepsi itu juga mempunyai keinginan /will untuk mengatur jarak kelahiran.

Sama juga dengan niat/will pasutri yang ber-KBA niatnya juga mengatur jarak kelahiran atau kesejahteraan keluarga.

Kalau menurut saya mungkin bukan hanya will nya saja tapi juga caranya

Sekalipun mereka (pasutri yang memakai kontrasepsi) niatnya untuk mengatur jarak kelahiran namun mereka menggunakan cara yang salah ...
Karena caranya adalah kontrasepsi= kontra konsepsi

bagaimana bro Medice ...tentang pendapat saya di atas... :)

salam  :)

Yap.

Sebelumnya direply #182 saya juga sudah berujar sbb:

Quote from: Medice
- Anda bingung karena hanya fokus di akhir tidak peduli proses dan caranya benar atau tidak.

====

Apa yang mau saya sampaikan dengan 'will' adalah karena pro kreasi diartikan jadi berorientasi 'hasil akhir';  bahwa kalau ada Anak berarti 'pro' sedangkan kalau tidak ada anak berarti tidak pro kreasi.

====

Salam,

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #205 on: April 23, 2013, 07:45:37 PM »
Tapi bukan berarti orang yg dalam keadaan najis itu wajib dihukum mati kan bro... ?

Ya jelas tidak lah.

Maksud saya adalah: Onan dihukum mati karena secara sengaja membuang spermanya bukan ke tempat yang seharusnya. Jadi bukan karena Onan sedang dalam keadaan najis.

Quote
Ya tapi apa salahnya intervensi kita dlm sistem reproduksi ini ? IMO, Allah memberi kita kuasa utk mengatur dunia ini, termasuk tubuh kita.

Karena apa hukum mati dilarang? Karena apa aborsi dilarang? Karena apa eutanasia dilarang? Karena apa perkawinan sejenis dilarang? Karena apa transgender dilarang?? Padahal semua intervensi itu tujuannya/niatnya baik.

Allah sudah mendesain tubuh manusia begitu baik. Termasuk siklus subur tak subur..... gunakanlah itu.

Quote
Tapi jika dikatakan menolak/melawan, maka Menolak apa ? Melawan apa ? Jika menolak/melawan janin, saya setuju kalo itu membunuh.

Melawan kehendak Allah; melawan kehadiran Allah; melawan kerja Allah.

Quote
Jika ada wanita yg tidak puas dgn bentuk tubuhnya dan kemudian operasi plastik, apakah ini juga disebut menolak/melawan rancangan Allah atas tubuhnya ?
Pendapat pribadi saya: YA.

Secara umum pendapat Gereja adalah:

Penghormatan secara mutlak atas tubuh manusia.

jadi:

- Silikon utk payudara ===> Salah

- Bedah utk memperbaiki wajah yang luka tak berbentuk karena terbakar ===> Benar

- Bedah plastik untuk hidung pesek supaya mancung ===> Salah

- Transplantasi jantung, hati, etc yang rusak/sakit ===> Benar.

Quote
Jika ada wanita yg minum obat utk mengatur haidnya, apakah ini juga disebut menolak/melawan rancangan Allah atas tubuhnya ?
Mengatur utk tujuan supaya sesuai dengan yang normalnya/seharusnya/kodratnya adalah baik.

Quote
Tapi sebelumnya anda bilang
Quote
Sesuatu salah bukan karena frekwensi keterjadian.

Lha memang.

Pasutri yang ber-KBA-ria sepanjang perkawianannya bukan lagi masalah frekwensi,  tapi karena memang sudah berniat utk tidak pro kreasi.

=====

Salam,


Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #206 on: April 23, 2013, 11:19:44 PM »
Barusan ngubek2 internet  ... saya belon ketemu bahwa contracreate adalah antonym dari procreate :D.

Sepertinya kata procreate itu suatu kesatuan, medice ... dimana itu adalah katakerja dari suatu aksi yang menghasilkan anak.

Examples of PROCREATE :
Animals have a natural instinct to procreate.
http://www.merriam-webster.com/dictionary/procreate

Origin of PROCREATE
Latin procreatus, past participle of procreare, from pro- forth + creare to create — more at pro-, create
First Known Use: 1536

Pake kontasepsi terus tapi akhirnya punya anak/keturunan juga ===> tidak Pro Kreasi

Gak pernah pake kontrasepsi bahkan selalu di masa subur, tapi gak punya keturunan juga ==> Pro Kreasi.

Quote
Each marital act, each sexual encounter must be open to the procreation of children http://home.earthlink.net/~rickpen16/catholicmarriages/id20.html

Kalimat diatas (imo) nggak sedang ngurus niat pasutri mau punya anak ato kagak. Kalimat itu menjelaskan dikala terjadi hubungan seksual pada pasutri - maka harus terbuka ke prokreasi. Dan CARA-nya adalah event penetrasi dan tumpah didalam. Si suami gak berniat mao tumpahin didalam kek, mao ditumpahin didalam kek gak ada sangkut pautnya dengan kalimat ijo - si istri ML mao buat bikin anak kek, nggak kek ... gak ada sangkut pautnya dgn kalimat ijo --- POKOKnya, once they do sexual encounter - maka caranya adalah event penetrasi skin to skin dan tumpah didalam.

Jadi IMO, kalimat :
Each marital act, each sexual encounter must be open to the procreation of children ---> nggak ngurus / nggak berfokus /nggak sedang mengait2kan pada Niat/Will/Tujuan/Rencana pasutri ybs.

Apapun itu Niat/Will/Tujuan/Rencana pasutri, pokok IJO :D.
Bener kan ? bukankah memang begitu maksudnya kalimat ijo tsb ?
Please CMIIW :).

Tidak dikatakan 'berniat' pun maka sudah jelas disana ada niat. Mudah melihatnya (niat atau tidak) dari sisi sebaliknya.

- Kalau gak niat pasutri tidak akan melakukakannya; karena sudah diharuskan open to the procreation of children

- Kalau gak niat pasutri akan melakukannya dengan pengaman (kontrasepsi)

- Kalau gak niat pasutri akan mengaborsinya.



Quote
Minum pil KB itu ibarat sso sengaja masukin batu sekepel di kerongkongan (terserah, apapun niatnya - gak pengaruh), lalu melakukan kata kerja "makan". Nah, kalo ampe kejadian seperti ini, maka tidak bisa dikatakan orang itu melakukan kata kerja "makan". Karena definisi "makan" adalah makanan ditelen sampe ke lambung. Mengenai lambungnya/kerongkongannya mengalami kerusakan (yang bukan karena di ogrok2 ama biji kedondong) sehingga tidak bisa mencerna - tidak ada sangkutpautnya dengan kata kerja "makan".

Bagaimana kalau sudah dikunyah, ditelan, dan sampai di lambung lantas dimuntahkan?

Bagaimana kalau sudah terjadi pembuahan lantas diaborsi?

=====

Salam,

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #207 on: April 23, 2013, 11:28:13 PM »
@bro medice:
Maaf, ijin interupsi dan ikutan dalam diskusi.
Menurut bro medice, apakah KBA dgn sistem kalender, yg ditujukan utk mencegah terjadinya kehamilan, hal ini dapat dibenarkan (justified) menurut moral katolik?
Kok sepertinya aku memahami bahwa bro medice mendukung contraception jika caranya adalah alami, i.e. sistem kalender? CMIIW.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #208 on: April 23, 2013, 11:45:44 PM »
Soal Tidak setuju dengan pendapat adalah  Hal biasa bagi oom ,sebab beda kepla beda pula pendapatnya.
Hukuman berbeda dengan pengertian dosa.
didalam lukas diatas jelas sekali bahwa jika melakjkan sesuatau kesalahan (yang Bukan Dosa) tetapi orang itu tidak mengetahui  bahwa hal yang dilakukan itu salah maka akan dapat sedikit pukulan (hukuman ringan)
jadi jika kesalahannya ringan sangat dimungkinkan bebas dari hukuman, cuma diperingati saja.

Sedangkan pengertian Dosa adalah melawan Perintah Tuhan, bukan Macam perbuatan (misal membunuh kalau disuruh Tuhan , bukankah tidak dosa  ???)
Oom juga sangat yakin bahwa Adam akan tidak berdosa ,jika seandainya Tuhan tidak pernah memberitahu tentang larangan untuk makan buah pengetahuan

Tuhan Yesus membrkati

Han

Om Han,
IMO, kalo kita mengacu pada definisi pribadi mengenai dosa, maka kita sudah sampai pada akhir diskusi dan kesimpulan bisa diambil.
"You believe to what you believe, and I believe to what I believe. End of discussion. :)"

Tapi aku kira kita di sini adalah utk mendiskusikan secara objective, jadi IMHO kita seharusnya terbuka pada kemungkinan bahwa kesimpulan dari diskusi bisa jadi mengkoreksi pendapat pribadi kita.

Dari KGK #1850: "Dosa adalah satu penghinaan terhadap Allah" .
IMHO, jika kita sampai melakukan sesuatu yg mendatangkan hukuman dari Sang Tuan, hal ini tentunya sudah merupakan penghinaan kepada Tuan tersebut sekalipun kita tidak menyadari telah melakukannya. Sebab kalo hal ini bukan merupakan penghinaan, mengapa Sang Tuan sampai menjatuhkan hukuman kepada kita?

IMHO, mengenai Adam memakan buah terlarang, seandainya Allah tidak memberitahu Adam, dan Adam memakan buah itu tanpa mengetahui bahwa hal itu salah, Adam akan tetap menerima konsekuensi yg sama, i.e. diusir dari taman Eden.
Bedanya, IMHO mungkin Allah tetap memberikan kemudahan2 bagi Adam dan Hawa yg hidup di luar taman Eden (e.g. Adam tidak perlu sesusah itu utk mencari makan, kesakitan Hawa ketika melahirkan tidak akan sebesar yg dialaminya, dsb).
Intinya, mengetahui atau tidak mengetahui, Adam/Hawa (dan kita semua) tetap melakukan pelanggaran / penghinaan kepada Allah / dosa, sehingga kita mendatangkan hukuman dari Allah.
Jadi IMHO, tetap lebih baik jika kita mempelajari lebih dalam ttg hal2 apa yg dapat menghina Allah (dosa) dan mendatangkan hukuman, dan menghindari hal2 dosa tersebut.

Contoh sederhana saja dari pengalaman pribadi, sebagai pengurus FIK, kami telah merangkumkan peraturan2 berforum yg dapat membantu kenyamanan kita berdiskusi. Jika ada member yg tidak tahu tapi melanggar peraturan, jujur meskipun kami maklum (tidak perlu mengeluarkan sanksi berat), tetapi tetap ada perasaan "terhina", kok peraturan yg telah susah payah kami buat tidak dibaca.
Nah, kalo aku bandingkan dgn ignorance manusia utk mencari hal2 yg tidak berkenan bagi Allah. Dengan mengabaikan kemungkinan2 ada hal2 yg dapat menghina Allah (dosa), sengaja tidak mempelajari ajaran2 Gereja yg utuh agar tidak terkekang oleh peraturan2, IMHO ini juga sudah merupakan penghinaan kepada Allah.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #209 on: April 23, 2013, 11:55:10 PM »
lho om malah engga setuju kalau contoh nya di pantes pantesin supaya bisa dilakukan oleh seorang romo , semisal kondom di tiup dan di berikan kepada anak anak supaya anak anak girang mendapat mainan balaun balonan.
sebab contohnya kan jadi kabur dengan inti persoalan ketika paus memuji pemakaian kondom ditengah pelacuran.

Romo kan sudah
 dewasa dan sudah  sekolah di seminari tentunya "Tau 'mana yang boleh dan mana yang tidak baik
cara peragaan tentu  tidak selalu harus dengan melepas busana.
jika paus sudah memuji pemakaian kondom diantara para pelacur (meskipun  buat cegah Aid) maka pujian itu harus  direspun /didukung oleh romo romo sebagai kepanjang tanganan Paus.dan di teruskan ke umat.
tapi cara penyampaian nya itu lah yang harus hati hati karena yang dihadapi adalah umat yang awam dan ada yang pendidikannya rendah
Oom sudah analogikan ditas dengan logika kakilima.

Tuhan Yesus memberkati

han
Nah persoalan/pertanyaan ini oom kembalikan kepada asal muasal polemik.
Buat apa paus memuji para pelacur yang pake kondom ???

lho kan , masalahnya adalah Pengunaan kondom yang dilegalkan kalau bukan untuk kontrasepsi, dan pelarangan kondom untuk kontrasrpsi rekreasi tanpa pro kreasi.


berdasarkan pengalaman kita bisa memprediksi kapan mimpi itu datang, setidaknya kita bisa berjaga jaga yaitu bila sudah NKO

lho, kita bukan menghina,/melecehkann figure pemegang imamat karena kita tidak menuduh mereka melakukan hal hal negatif.,
kita justru sangat menghormati mereka dengan kita mengetahui betapa besarnya pengorbanan mereka dengan tidak melakukan rekreasi demi supaya lebih fokus dalam perlayanan penginjilan

Tuhan Yesus memberkati

han

Om Han, aku rasa yg aku postingkan di reply #159 utk bro Djo sudah menjawab pertanyaan Om.  :)

AFAIk, kondom yg dipakai oleh PKS itu TIDAK PERNAH DIRESTUI, bahkan paus emeritus Benedictus XVI pun tidak pernah merestui penggunaan kondom.
Paus emeritus hanya memuji langkah awal (niat) dari PKS yg masih menghargai kehidupan, i.e. takut mati dgn penyebaran virus HIV.
Praktek prostitusi ultimately harus dihentikan, praktek sex sesama jenis ultimately harus dihentikan.
Ketika realitas hidup mengatakan bahwa dosa2 ini belum dapat diberantas habis, maka dosa2 yg lebih minor seperti penggunaan kondom, yg meskipun pada hakekatnya merupakan dosa tapi merefleksikan harapan2 kecil dalam usaha menekan praktek dosa yang lebih besar (menghargai kehidupan dibanding mengakhiri kehidupan, sex yg lebih humanis dibanding sex for money only), hal ini lah yg dipuji, bukan penggunaan kondomnya.

Jika penggunaan kondom itu dalam kasus hubungan suami istri, di mana tidak ada dosa di dalamnya, maka dosa seminor apapun itu, dapat berakhir menjadi dosa yg besar.
Ibarat "sebab nila setitik rusak susu sebelanga", maka kekudusan union dari suami istri itu akan menjadi ternoda ketika dalam union yg dikuduskan itu mereka melakukan dosa kontrasepsi.

IMHO dan AFAIK, tidak pernah ada justifikasi penggunaan kondom dalam hubungan seksual.
Jika ada praktek prostitusi yg tidak/belum dapat diberantas habis, ketika ada praktek homoseksual yg tidak/belum dapat dibasmi habis, maka dosa yg lebih minor, yg sekalipun sejatinya merupakan dosa tetapi mereflesikan harapan2 kecil dalam usaha menekan praktek dosa yg lebih besar, misalnya dgn menggunakan kondom, maka harapan2 kecil ini lah yg dipuji oleh paus emeritus Benedictus XVI. Tetapi dosa tetap dosa dan tidak pernah dipuji, dan paus emeritus pun telah menyatakan dalam kalimat berikutnya bahwa kondom menunjukkan penyimpangan makna seksualitas --> IMHO dapat diartikan bahwa kondom itu dikutuk (dinyatakan menyimpang).

Lebih jauh, pujian ini adalah pujian pribadi dari paus emeritus, BUKAN dari Gereja karena paus emeritus waktu itu tidak sedang berbicara secara ex-cathedra.
Seandainya, sekali lagi seandainya, paus emeritus waktu itu mengajarkan bahwa kondom itu diijinkan, karena beliau waktu itu tidak sedang berbicara secara ex-cathedra, hal ini tidak berarti bahwa semua romo dan umat GK harus mematuhi yg disampaikan oleh paus emeritus waktu itu.

AFAIK, tidak pernah ada justifikasi penggunaan kondom dalam hubungan seksual, entah dalam hubungan suami istri yg sah, maupun hubungan seksual yg berdosa.
Jadi aku masih tidak dapat menerima contoh2 kasus yg Om berikan. Utk apa romo mengajarkan cara menggunakan kondom? Yg perlu diajarkan oleh romo adalah justru menghentikan seks yg berdosa, dan mengajarkan agar melakukan seks secara sah dan kudus di hadapan Allah.
« Last Edit: April 23, 2013, 11:59:09 PM by Jenova »
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)