Ngomong2, soal sifat dan perilaku saya ingat sebuah cerita begini:
Seorang dosen sedang memberikan kuliah tentang etika di hadapan kurang lebih seratusan mahasiswa.
Dosen tsb memberikan sebuah pilihan dilematis kepada para mahasiswanya demikian:
"Jika kalian harus memilih pasangan hidup antara yang berwajah ganteng/cantik tetapi punya sifat dan perilaku yang buruk,
atau berwajah jelek tetapi sifat dan perilakunya baik, mana yang akan kalian pilih?"
Dan sebagaimana klisenya jawaban2 kita, 99% para mahasiswa pun menjawab bahwa mereka memilih yang hatinya baik,
meskipun wajahnya jelek. Hanya satu orang mahasiswa yang memilih punya isteri cantik meskipun sifat dan perilakunya buruk.
Merasa heran dengan pilihan si mahasiswa, dosen menanyakan alasannya.
Maka jawab si mahasiswa: "Bapak dosen, biar saja kalau temen2 saya lebih memilih punya pasangan yang jelek, mereka akan
rugi karena wajah jelek tidak bisa diapa-apakan lagi supaya cantik, paling dibuat lumayan dengan operasi plastik yang mahal, dan jelas
kecantikannya palsu karena aslinya jelek.
Bapak dosen, saya memilih isteri yang cantik meskipun perangainya buruk,
karena saya punya iman, bahwa Tuhan Yesus mampu mengubah hati manusia, sehingga yang hatinya jahat mampu diubahkan menjadi baik. Maka saya akan menjadi pria paling beruntung karena memiliki isteri yang cantik dan baik hati."
Maafkan intermezo saya...
saya hanya ingin menyampaikan bahwa: baik sifat maupun perilaku bisa diubah.