Menurut saya mengambil ayat tersebut untuk pembenar perang tidak tepat. Kalau kita ambil konteksnya secara utuh Yesus sedang berpicara tentang pemisahan, atau pertentangan yang akan terjadi akibat namaNya, dimana ketika dalam satu keluarga ada yang percaya dan ada yang tidak percaya kepadaNya, maka terjadi pemisahan/perpecahan dalam keluarga yang bisa saja beresiko hilangnya nyawa (terbunuh oleh pedang).
Intinya, tidak ada satu ayatpun dalam PB yang mengindikasikan bahwa Yesus mengijinkan perang.
yang saya garis bawahi itu sudah memenuhi suatu kondisi peperangan..
maksudnya,
saya menyimpulkan bahwa ayat diatas, Yesus ingin mengatakan, bahwa perpecahan, bahkan pedang bisa terjadi akibat memilih tidak mentoleransi kedosaan.
dalam konteks umum, bisa kia ambil makna, bahwa.. Yesus adalah kebenaran.. ketika kebenaran berada dalam kejahatan.. maka kebenaran tidak boleh bertoleransi demi tidak perang, melainkan tetep tak toleransi terhadap kejahatan.. jika si kejahatan juga bersikap serupa, maka dalam level ini terjadilah perpecahan, dan bahkan pedang, yang artinya perang.
akan tetapi orang kristen tidak berperang demi kekuasaan, tidak berperang demi menyengsarakan manusia, tidak berperang demi hawa bapsu, namun manakala kejahatan tidak mentoleransi kebaikan, maka kita yang berada dalam kebaikan harus memilih pedang dan perpecahan. kasih itu tidak berarti toleran.. mengutip gandhi: Hate sin, love sinner..
btw, adakah larangan perang dalam KS?
Tetapi tentu saja ada yang namanya etika situasi, dimana manusia dihadapkan pada dilema situasi yang sama-sama tidak menyenangkan. Dalam hal ini kedua pilihan sama-sama buruk, tetapi dia mengambil pilihan yang tingkat keburukannya lebih kecil. Tetap salah, tetapi dia bisa berharap bahwa Allah Mahapengampun akan menyelidiki sampai kepada motivasi dan bukan hanya pada tindakan. Jika darah Yesus saja mampu menghapus dosa yang sangat berat (sebagaimana penjahat yang disalibkan bersama Yesus diampuni), maka ketika orang Kristen mengambil keputusan berperang untuk mencegah kejahatan yang lebih besar, seraya memohon pengampunan Allah, saya yakin Allah Maha Pengampun.
Jadi, boleh apa tidak? Secara teologis (maaf kalau istilahnya tidak tepat) tidak boleh, tetapi secara etika Kristen diperbolehkan dengan pertimbangan2 tertentu.
ya, saya setuju dengan pernyataan di atas.
Salam
Allah mengampuni kita, bukan berarti Allah bertoleransi pada Dosa bukan? itu.. Allah tetap musuh Dosa..