Diadu logika juga tidak ada caranya Tuhan yang Maha Kaih menciptakan manusia untuk binasa.
Saya tidak memaksakan pemahaman saya kepada predestianism, biar saja kalau orang mau salah terus, bukan urusan saya toch.
Itulah syaa katakan cara baca Alkitab nya yang harus diperbaiki, karena cara baca Alkitab yang keliru mengakibatkan pemahaman yang keliru pula.
Bertukar pikiran dengan orang yang tidak punya logika tidak berguna dan buang buang waktu, begitu kan?
Syalom
Hal yg sama dapat dikatakan oleh mereka ttg orang2 yg anti-predestination.
See? No communication. Ujung-ujungnya ya cuma saling "menuding" saja. Dan saya setuju bahwa itu tidak berguna dan buang-buang waktu. Oleh sebab itu, saya ingin mengusulkan cara berkomunikasi yg lain sehingga ada manfaat dan tidak buang-buang waktu bagi diri kita.
Saya menyebut "cara berkomunikasi yg lain" dengan metode ethnografis.
"Using ethnographic methods you put yourself in a strange position. In a foreign country with a new language, you already feel like the outsider coming in. Using ethnographic methods you must let go of your own presumptions and assumptions about a group of people in order to effectively learn anything about them. You cannot look at them the same way you look at people in your own culture. It is important to put aside personal feelings and not to judge, otherwise conflict might arise. "
http://www.geo.mtu.edu/rs4hazards/links/Social-KateG/Ethnographic%20Methodology.htmDengan menerapkan metode ini ketika kita berkomunikasi dengan suatu komunitas yg berbeda dengan kita, kita tidak berfokus pada mencari conflicting elements. Yang kita cari adalah pengetahuan ttg bagaimana komunitas tsb hidup di dalam sistem kultur mereka sendiri. Pengetahuan ini pada gilirannya akan menjadi bekal yg berguna bagi kita untuk menjalani hidup bersama dengan berbagai komunitas di dunia ini dalam damai (coexist!)
Saya menemukan penerapan metode ini oleh Paulus di 1 Korintus 10:27-33. Di situ Paulus memang tidak sedang bicara soal metode ethnografis per se. Ia sdang bicara soal bagaimana orang Kristen menghadapi situasi2 dari komunitas yg berbeda. NAmun, apa yg Paulus nasehatkan, saya lihat, serupa dengan metode ethnografis.
Saya yakin orang Kristen tidak dipanggil untuk menghakimi, tapi dipanggil untuk menjadi berkat bagi semua orang tanpa terkecuali. Saya yakin pemahaman ttg panggilan untuk menjadi berkat ini diamini baik oleh kaum predestinationist maupun anti-predestinationist.
Cheers.