Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Bud.
Hmmm kalau Paus yang bicara, maka pembaca harus pakai nalar dst dst... Tapi, kalau yang bicara "kutu" seperti saya, gak perlu lah pakai nalar... Hmmm make sense sih. Namanya juga orang katholik jadi memang harus menjunjung Paus lebih dari manusia lain, apalagi dari "kutu-kutu" seperti saya hiks ....
Anyway, saya mau tanya: apakah pernyataan Paus tsb masuk dalam katalog doktrin "Tradisi Suci" yang lisan, yang "pasti benar", atau masuk dalam kategori pernyataan pribadi yg bisa salah? Gimana cara menentukan mana masuk mana?
Cheers
Akal budi dari Budi ternyata cukup halus, nyaris sensitif, ato sudah sensitif?
Saya kira, terlalu berlebihan kalo menyimpulkan
tidak perlu menalar dalam berbicara. Menurut saya, siapapun yang bicara, sebaiknya menggunakan nalar, agar apa yang disampaikan terterima sebagaimana dimaksudkan. Pihak yang mendengar juga perlu menalar, agar apa yang diterima sama sebagaimana dimaksudkan pembicara. Kalo pembicara hanya asal bunyi, yang sering disingkat asbun, terjadilah salah persepsi, ato salah-salah lainnya. Yang ingin saya sampaikan, baik berbicara ato mendengar, sangat perlu nalar. Nalar sehat alias
positive thingking. Sebab, walau ada informasi positif, kalo dinalar dengan negatif, akan salah arti.
Tentang orang Katolik harus menjunjung Paus lebih dari manusia lain, dari satu sisi saya sependapat. Lebih tepatnya, saya memaknai sebagai "menghormati". Namun, bukan dengan tanpa nalar. Paus, ketika mengajarkan ajaran moral memang harus dipatuhi. Kalo tidak, artinya, pendengarnya bukan lagi orang Katolik.
Kalo kembali ke pernyataan Budi yang saya kurang sependapat itu, saya sudah menyampaikan alasan mengapa saya kurang sependapat. Kalau alasan itu Budi pandang kurang pas juga, yah... maafkan, ya? Kita tidak harus sependapat, kan? Sebab, menurut saya, memang demikian adanya. Ada ato tidak ada agama, Tuhan itu tetap Tuhan. Tuhan tidak diciptakan, melainkan menciptakan. Nah, kalo ada yang merasa ato berpikir bahwa agama menciptakan Tuhan, siapa bisa larang?
Damai, damai, damai.