"By the sweat of your brow you will eat your food until you return to the ground, since from it you were taken; for dust you are and to dust you will return.”
Yg di underlined adalah kalimat utama. Yg biru "cuma mengulangi" yg merah.
betul, saya juga sempet menangkep "pengulangan" yang budi paparkan diatas. Ibaratnya yg biru kalimat empasis kali yah bud ?
(Artinya, kalo yg biru nggak ada, message dari kalimat utamanya tetap tidak berkurang/berubah). Yg biru dibaca berdasarkan yg merah dan di yg merah itu tidak ada info ttg akibat dari makan buah/tidak makan buah (apakah mortal atau immortal)
Oleh karena itulah, seperti pada post saya di thread OS - kalimat biru itu saya pendapati kalimat "berdiri sendiri", menyatu dan tidak berubah dikarenakan adanya suatu kondisi lain yang berubah.
Jadi, kita perlu melihat ke konteks ayat tsb, bila kita ingin berbicara ttg akibat dari makan buah/tidak makan buah (apakah mortal atau immortal).
Nah disinilah yang saya nggak mengerti. Karena ya budi tau sendiri ... kalimat biru diatas saya pikir emang "berdiri sendiri".
"able to keep his mortality eternally" --> apa ini bukan immortality yah?
hehehe ... "eternally" itu hiperbolis saya, bud .... lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget ....
.
Soalnya kalo yang eternal itu - ya cuma Tuhan, imo.
"able to keep his mortality eternally" --> apa ini bukan immortality yah?
Ya, bisa dibilang begitu. Namun pre-kondisi-nya Adam waktu diciptakan (dalam khayalan saya) adalah mortal,
karena Adam debu dan debu kembali ke debu dan PK ya itu dah gunanya utk memerpanjang ke-mortalan Adam
.
Wah nggak tau deh. Bisa jadi kalo mereka nggak makan buah, mereka nggak tua-tua dan mereka akan menjadi banyak tanpa melalui proses yg sama pasca-makan buah
Kalo menurut odading, aku rasa Alkitab gak ampe begitu rancu/membingungkan sebegitunya deh bud
, pada kalimat sbb :
(28) Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; Mosok kita selalu mesti mengajukan suatu pre-kondisi dulu dalam mengertikan kalimat merah ? Sbb :
diliat dulu itu sudah makan buah ato belon ?
Kalo belon makan buah, beranakcucunya itu caranya
berbeda dgn seperti yg kita ketahui (yaitu melalui hubungan sex).
Nah kalo setelah makan buah, ya cara beranakcucunya
sama kayak yg sekarang yg kita ketahui, bersetubuh.
atau misal :
Oh.. saat Allah berkata demikian di ayat tsb TENTU maksudnya bukan melalui hubungan sex... melainkan dengan cara membelah diri ... setelah makan buah, baru melalui hubungan sex.
hehehe...
.
Bisa jadi proses perbanyakannya sama seperti ketika Allah membuat satu manusia jadi dua manusia. Maksud saya, jika mereka tak makan buah, bisa jadi Allah akan selalu berada di antara manusia, terlibat dalam setiap proses2 ke-manusia-an(mulai dari perihal perbanyakan hingga perihal rekreasi/"jalan-jalan sore").
Hawa berkata :
Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan, bud
.
Entahlah... mungkin "error"nya ada di saya ... karena buat saya, dengan berpedomankan Adam diciptakan immortal
(dan "mengijinkan" diri saya berpedomankan konsep OS) saya malah jadi ketemu "tabrakan2" ketika menjumpai beberapa ayat laen ...
Namun, mereka makan buah itu sehingga manusia pun terpisah dari Allah.
Sebenernya prinsip dasar saya sih berpegangnya ke metafora ttg kisah AdamHawa disitu, bud.
Kalo saya lagi "switch" secara literal, ya keterpisahan yang dialami KainHabil adalah : mereka nggak akan denger
keteplak-keteplok langkah kakiNYA lagi JJS di hari nan sejuk ...
.
Namun, secara kalimat Hawa diayat atas - serta nasehat Allah ke Kain ... bukankah cukup jelas bhw rohani mereka belon jeblog2 amat sehingga terpisah dgn Allah, kan ya bud yah ?
(jauh dimata dekat dihati ).Anyway, setidaknya bagi saya :
kelahiran dan kematian adalah karunia kehendak Allah - dan itu natur manusia flesh&blood (termasuk Adam). Auban yah bud si odading... hehehe
salam.