Oktober 16
Manusia Tidak Hidup dari Roti Saja
Seorang pertapa menjalani hidup biasa dengan seorang rahib, yang hatinya penuh dengan belas kasih.
Suatu kali, pada masa paceklik, orang-orang datang kepada mereka untuk ambil bagian dalam perjamuan kasih, dan dia membagikan roti kepada siapa saja yang datang.
Ketika saudaranya melihat hal ini, dia berkata, “Berikan padaku bagianku, dan lakukan sesukamu dengan bagianmu.”
Maka, dia membagi roti itu menjadi dua, dan terus membagikan bagiannya seperti biasa.
Orang-orang mengerumuni pertapa tersebut, karena mereka mendengar bahwa dia memberi semua yang datang.
Allah, melihat apa yang dilakukannya, memberkati roti itu.
Tetapi rahib yang mengambil bagiannya, dan tidak memberikan apa-apa, ketika dia telah memakan semua rotinya, berkata kepada pertapa yang satunya, “Rotiku hanya tinggal sedikit, abba; ijinkan aku kembali dan tinggal bersamamu.”
Pertapa itu berkata kepada, “Tentu saja, terserah maumu saja.”
Maka mereka hidup bersama lagi dan memiliki segala hal yang sama.
Sekali lagi, mereka punya banyak makanan, dan sekali lagi orang-orang yang membutuhkan terus berdatangan untuk menerima perjamuan kasih.
Suatu hari, rahib itu kebetulan masuk dan melihat bahwa tidak ada roti yang tersisa.
Seorang miskin datang dan mohon sedekah.
Maka pertapa itu berkata kepada rahib tersebut, “Berilah dia sedikit roti.”
Rahib itu menjawab, “Tidak ada yang tersisa, abba.”
Pertapa itu berkata, “Pergi dan carilah sedikit roti.”
Rahib itu masuk lagi dan melihat sekeranjang penuh roti. Dia ketakutan melihat pemandangan tersebut dan mengambil beberapa dan memberikannya kepada orang miskin itu.
Dia menyadari iman dan kebaikan dari pertapa itu, dan memuliakan Allah.