@WP
Sesuai permintaan anda, saya terjemahkan bagian bawahnya.
Walau jauh dari sempurna, mudah mudahan bermanfaat.
Syalom
Third, who's to say we have to know all God's reasons? Who ever promised us all the answers? Animals can't understand much about us; why should we be able to understand everything about God? The obvious poiint of the Book of Job, the world's greatest exploration of the problem of evil, is that we just don't know what God is up to. What a hard lesson to learn: Lesson One, that we are ignorant, that we are infants! No wonder Socrates was declared by the Delphic oracle to be the wisest man in the world. He interpreted that declaration to mean that he alone knew that he did not have wisdom, and that was true wisdom for man.
Ketiga, Siapa yan berkata bahwa kita harus mengetahui semua alasan Allah? Siapa yang pernah menjanjikan kita semua jawaban? Hewan tidak dapat mengerti banyak mengenai kita; mengapa kita harus mampu mengerti segalanya mengenai Allah? Kitab Ayub memperlihatkan, pencarian akar masalah kejahatan, bahwa kita tidak tahu apa tujuan Allah. Betapa pelajaran yang berat: Pelajaran pertama, bahwa kita tidak peduli, bahwa kita semua belum dewasa! Tidak heran jika Socrates dinyatakan oleh peramal sebagai orang paling bijaksana sedunia. Ia menyatakan bahwa ia sendiri tidak memiliki kebijaksanaan, dan itulah kebijaksanaan manusia yang sebenarnya.
A child on the tenth story of a burning building cannot see the firefighters with their safety net on the street. They call up, “Jump! We'll catch you. Trust us. “ The child objects, “But I can't see you.” The firefighter replies, “That's all right. I can see you.”
Seorang anak yang berada pada lantai 10 gedung yang sedang terbakar tidak bisa melihat petugas pemadam kebakaran dengan jaring pengaman di jalan. Mereka berterika, "Lompatlah! Kami akan menangkap kamu. Percayalah." Tetapi si anak menolak, "Tetapi saya tidak dapat melihat kalian." Petugas pemadam kebakaran menjawab, "Betul. Tetapi kami bisa belihat kamu."We are like that child, evil is like the fire, our ignorance is like the smoke, God is like the firefighter, and Christ is like the safety net. If there are situations like this where we must trust even fallible human beings with our lives, where we must trust what we hear, not what we see, then it is reasonable that we must trust the infallible, all-seeing God when we hear from his word but do not see from our reason or experience. We cannot know all God's reasons, but we can know why we cannot know.
Kita semua mirip seperti si anak kecil itu, iblis mirip seperti api itu, ketidak pedulian kita ibarat asap, Allah ibarat petugas pemadam kebakaran, Kristus ibarat jaring pengaman. Jika situasinya sampai pada kita harus percaya pada manusia yang bisa salah untuk keselamatan jiwa kita, dimana kita harus percaya pada apa yang kita dengar, bukan pada yang kita lihat, maka seharusnya sungguh masuk akal bahwa kita percaya pada yang tidak mungkin salah, kita mendengar ucapanNya tetapi kita tidak melihatNya. Kita tidak selalu tahu semua alasan Allah, tetapi kita bisa tahu bahwa kita tidak mampu mengetahuinya.
God has let us know a lot. He has lifted the curtain on the problem of evil with Christ. There, the greatest evil that ever happened, both the greatest spiritual evil and the greatest physical evil, both the greatest sin (deicide) and the greatest suffering (perfect love hated and crucified), is revealed as his wise and loving plan to bring about the greatest good, the salvation of the world from sin and suffering eternally. There, the greatest injustice of all time is integrated into the plan of salvation that Saint Paul calls “the righteousness (Justice) of God”. Love finds a way. Love is very tricky. But love needs to be trusted.
Allah membiarkan kita mengetahui banyak hal, Ia telah mengangkat tirai kejahatan dengan kehadiran Kristus. Disana, kejahatan terbesar yang pernah terjadi, lengkap dengan kejahatan secara spiritual dan kejahatan fisikal, lengkap dengan dosa terbesar (keputusan) dan penderitaan terbesar (dibenci dan disalibkan), terungkap rencana penuh kasih Nya untuk membawa kebaikan terbesar, penyelamatan dunia dari dosa dan penderitaan kekal. Disana, ketidak adilan terbesar yang pernah terjadi digabungkan dengan rencana penyelamatan yang diucapkan oleh Paulus dengan "Kebenaran (keadilan) Allah". Kasih menemukan jalannya. Kasih sangat rumit. Tetapi kasih butuh kepercayaan.
The worst aspect of the problem of evil is eternal evil, hell. Does hell not contradict a loving and omnipotent God? No, for hell is the consequence of free will. We freely choose hell for ourselves; God does not cast anyone into hell against his will. If a creature is really free to say yes or no to the Creator's offer of love and spiritual marriage, then it must be possible for the creature to say no. And that is what hell is, essentially. Free will, in turn, was created out of God's love. Therefore hell is a result of God's love. Everything is.
Sisi terburuk dari masalah kejahatan adalah kejahatan kekal, neraka. Apakah neraka tidak bertentangan dengan Allah yang Mahakuasa dan Mahakasih? Tidak, karena neraka adalah akibat dari kehendak bebas. Kita bebas memilih neraka; Allah tidak merancang siapapun untuk masuk neraka. Jika sebuah ciptaan benar benar bebas untuk berkata ya atau tidak terhadap tawaran kasih Sang Pencipta dan penyatuan kasih dalam pernikahan sriritual, maka seharusnya memungkinkan juga bagi Sang Pencipta untuk berkata tidak. Dan itulah neraka sebenarnya. Kehendak bebas, sebaliknya diciptakan dari kasih Allah. Karenanya neraka adalah akibat dari kasih Allah.Sepenuhnya.
No sane person wants hell to exist. No sane person wants evil to exist. But hell is just evil eternalized. If there is evil and if there is eternity, there can be hell. If it is intellectually dishonest to disbelieve in evil just because it is shocking and uncomfortable, it is the same with hell. Reality has hard corners, surprises, and terrible dangers in it. We desperately need a true road map, not nice feelings, if we are to get home. It is true, as people often say, that “hell just feels unreal, impossible.” Yes. So does Auschwitz. So does Calvary.
Tidak ada orang waras ingin neraka ada. Tidak ada orang waras ingin kejahatan itu ada. Tetapi neraka adalah kejahatan yang diabadikan. Jika terdapat kejahatan dan jika ada keabadian, maka neraka itu pastilah ada. Adalah ketidak-jujuran logika menolak keberadaan kejahatan hanya karena mengejutkan dan membuat tidak nyaman, begitu juga dengan keberadaan neraka. Kenyataan memiliki sudut yang keras, mengejutkan, dan bahaya yang menakutkan. Kita sungguh sungguh membutuhkan peta yang bisa dipercaya, bukan kenyamanan perasaan, jika kita ingin sampai di rumah. Adalah benar, bahwa ada orang yang berkata, bahwa 'neraka sepertinya tidak nyata, mustahil.' Ya, begitu juga Auscwitz (kamp konsentrasi yahudi jaman Nazi). Begitu juga Calvary.