Jadi, Si B bukan berkehendak untuk percaya, melainkan berkehendak untuk nurut karena ia percaya. Secara alamiah, "berkehendak untuk percaya" itu tidak mungkin. Kalau ada orang yang bilang," saya ingin percaya", sebenarnya artinya adalah "saya tidak percaya".
pinoq,
Bagaimana kalo ada orang bilang : "saya percaya" ?
Apakah kita2 manusia bisa
yakin golagakin pasti kemusti 100% bahwa orang tsb mempunyai ImanPercaya ? ...
Seperti yang saya di atas, Si B tidak berkehendak utk percaya, melainkan percaya dulu baru berkehendak untuk nurut.
Kita kesulitan disini pinoq.
Seperti pada post2 saya sebelumnya :
Saya membedakan antara yg merah dgn yg biru. Yang biru itu dalam asumsi saya adalah
ImanPercaya. Sedangkan yang merah adalah Kehendak --->
berkehendak utk percaya.
Dari yang merah itu, BISA menjadi yg biru.
Mari kita lihat si B.
Sementara, Si B juga punya pertanyaan-pertanyaan yg sama, tapi ia akhirnya ia memilih untuk berjalan karena ia percaya
Bukankah si B, JUGA mempertimbangkan segala kemungkinan2 yg terjadi apabila dia menyeberang ?
Tidakkah pinoq 'melihat' bahwa si B pun
berkehendak utk percaya ?
1. Kalo si B tidak ada kehendak utk percaya melainkan langsung percaya --- logisnya adalah tanpa ba-bi-bu di benak pikirannya - maka dia langsung melangkah menyeberang.
2. Tetapi si B pun mempunyai pertanyaan2 dibenaknya yang sama dgn si A. Dimana saat itu si B dihadapin pilihan :
percaya ato nggak yah ? (
sekali lagi ini terbukti dari pertimbangan2nya ttg apakah es akan pecah ? apakah akan kuat buat 2 orang dlsb) ---> artinya si B ini masih dalam tahap berkehendak utk percaya.
Dan bagi si A pun -- masih BISA mempunyai kemungkinan utk menjadi
percaya (berImanPercaya), dalam asumsi
it's a matter of time..
Sekarang si B sudah menyeberang dan berseru kepada si A :
“Ayo jalan saja. Permukaan danau itu kuat kok
Bukankah reaksi si A bisa saja juga melakukan aksi menyeberang tsb ?
Jadi, IMO --- masih ada kemungkinan sso yg tadinya
berkehendak percaya, menjadi
berImanPercaya.
Darimana orang lain bisa tahu kalo seseorang percaya? Ya, ditanya saja: “kamu percaya nggak?”
Apabila jawabannya : "
Ya, saya percaya" .... lalu bagaimana kita bisa yakin bahwa yang dijawabnya itu adalah berImanPercaya ?
Analisis: si bocah bisa sampai pada tahap mengingini es krim coklat itu tentu karena bocah itu percaya bahwa apa yg dikatakan orang tsb ttg es krim coklat itu benar.
Kenapa si bocah nggak langsung ngloyor sebelum si dewasa memakan eskrim tsb dgn ekspresi muka sedap ?
Jawabnya :
Karena si bocah berkehendak utk percaya.
Kalo dia sama sekali gak ada kehendak utk percaya - maka dia akan ngloyor pergi tanpa menunggu si dewasa makan eskrim tsb ...
Si bocah itu perlu HARUS menjalani tahap mempercayai dulu bahwa informasi yg didapatnya ttg es krim tsb benar
IMO, nggak selalu harus begitu, kalo si dewasa tsb adalah ibunya sendiri dan
ada mutual love yg baik antar ibu dan anak tsb, maka dia mungkin saja langsung melahap eskrim tsb tanpa perlu yg
ijo ...
14:9 Orang itu duduk di sana mendengarkan Paulus berbicara. Paulus melihat bahwa orang itu percaya dan karena itu ia dapat disembuhkan
Nah, dari mana Paulus bisa tau bhw orang itu percaya, padahal orang itu cuma duduk mendengarkan ?
bagaimana/seperti apa AKSI-perwujudan sso yg mempunyai iman-percaya kepada Tuhan ? (global - bukan ke institusi agama)
Mungkin orang tsb memiliki rasa kuatir ttg nasibnya di dunia akhirat nanti. Karena takut masuk neraka, orang ini akan berusaha melakukan hal-hal yang ia pikir bisa membeli tiket ke surga (perbuatan baik, doa-doa, puasa, kurban-kurban, dsb).
Apakah yg merah itu yg bisa disebut
berImanPercaya kepada Tuhan ?
Kalau bisa disebut demikian, maka artinya si B melakukan aksi menyeberang karena
saking takutnya dimakan serigala dimana dia berada saat itu ..
(spesifik - ke institusi agama Kristen).
Ia bersyukur dan memuji-muji Allah Tritunggal karena sudah diselamatkanNya. Ia memiliki kehendak yang tunggal yaitu melakukan kehendak Allah demi membuat Allah senang dan bangga pada diriNya (bukan lagi demi masuk surga). Ia akan mengasihi Allah dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budinya
apakah hanya di keKristenan org yg bisa dalam kondisi demikian ? apakah hal mustahil bagi nonK utk bisa spt pada quote diatas ?
Ia akan sangat sensitif dengan dosa-dosa yang ia lakukan (dosa membuatnya sengsara hebat) karena ia tahu bahwa dengan dosa-dosa itu, ia melukai Dia yang mencintainya.
kok sudah berImanPercaya masih ada AKSI yg tidak menunjukan bhw dia berImanPercaya ?
Bukankah artinya si bocah, sekalipun dia
berIman-percaya eskrim tsb enak rasanya (berdasarkan ngeliat ekspresi wajah si dewasa saat makan eskrim) --- masih terbuka kemungkinan bhw si bocah tetep nggak mau makan itu eskrim ?
pinoq,
IMO, Sso
bisa berkehendak utk
Percaya ... namun
berImanPercaya tidak bisa dikehendaki sso, dipaksakan, diusahakan atopun dibuat buat.
Sso bisa
berAKSI hal hal yg bisa 'menuntun' orang laen yg melihatnya memberi nilai bhw orang tsb
berIman -- namun IMO, itu bukan suatu kepastian - karena cuma Tuhan yg bisa tau pasti.
Bagi saya,
Iman (percaya) itu --- tidak semudah di analogikan
eskrim bocah atopun
nybrang es. Karena saya cenderung mengertikan
Iman itu ibarat Cinta (Kasih) ---> nggak bisa saya formulasikan ...
salam.