Damai bagimu Han.
orang kristen (k maupun non k) tidak ingin kitabnya sama dengan quran maka diusahakanlah buat tidak memakai kata takdir walaupun pada hakekatnya punya pengertian yang sama maka diusahakanlah untuk tidak memakai kata yang sama
maka kalau pakai search engine enga ketemu kata takdir harap maklum.
Khusus untuk yang saya garis bawahi itu, saya ingin menyampaikan pandangan.
Menurut saya, mengingat Alkitab itu lebih dahulu ada daripada Al Qur'an, maka pembaca Alkitab tidak mempunyai keinginan, ato
interest, ato apapun atas Al Qur'an. Ringkasnya, pembaca Alkitab, tidak menganggap Al Qur'an. Dengan demikian, ada ato tidak, sama ato tidak, mirip ato tidak, antara Alkitab dengan Al Qur'an, bukan menjadi poin perhatian pembaca Alkitab.
Sedikit berbeda dengan pembaca Al Qur'an. Mengingat sudah ada Alkitab sebagai model, maka Al Qur'an dibuat sama, ato mirip dengan Alkitab, dan banyak kisah-kisah yang dimirip-miripkan, disama-samakan dengan yang terdapat dalam Alkitab. Namun, kalau dicermati, pada bagian-bagian tertentu, ada pembeda. Dengan perbedaan dimaksud, pembaca Al Qur'an ingin menunjukkan bahwa Alkitab 'salah', dan Al Qur'an berupaya menyempurnakan 'kesalahan' Alkitab.
Bagi mereka yang terindoktrinasi, inti pikiran seperti itu, bahwa Al Qur'an dibuat untuk 'menyempurnakan' Alkitab, terpateri permanen dalam sanubarinya. Padahal, bila pembaca Al Qur'an itu memberi ruang kepada nalar sehatnya, mencoba membandingkan secara obyektif, mereka akan menemukan perbedaan-perbedaan (negasi kemiripan/kesamaan antara Al Qur'an terhadap Alkitab) di sana-sini. Menurut pencermatan saya, Al Qur'an lebih banyak menonjolkan keinginan dan ego Muhammad dengan menjadikan Allah dan Jibril sebagai tameng, sementara Alkitab banyak berkisah tentang kasih Tuhan kepada manusia.
Kembali kepada
ketidakinginan Orang Kristen atas kesamaan Alkitab terhadap Al Qur'an, saya tidak sependapat. Menurut saya, Kristen tidak mempermasalahkan apakah kemudian Al Qur'an dibuat sesama/semirip mungkin dengan Alkitab. Dengan kata lain,
sebelum Al Qur'an bilang, "Laquum dinuquum waliyadien", pembaca Alkitab sudah mempraktikkan
bagimu agamamu, bagiku agamaku, sambil memperkenalkan Injil kepada seluruh bangsa.Damai, damai, damai.