Mungkin ada hubungannya dengan keadaan kota dan jemaat Korintus itu sendiri, om?
Gambaran kota Korintus
Kota Korintus bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan, budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini merupakan kota yang baru setelah dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada 146 SM. Barulah setelah kehancuran itu, kota Korintus dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 44 SM. Setelah pembangunan kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi Romawi, yaitu Akhaya yang dipimpin oleh Gubernur Galio dan menjadi pusat perdagangan yang berkembang, khususnya industri keramik (barang tembikar). Selain perdagangan tembikar, kota ini dikenal juga karena kemajuannya yang pesat dalam kebudayaan, pendidikan, dan juga karena banyaknya agama Hellenis yang terdapat di sana. Kota ini didominasi oleh Akrokorintus yang dikenal sebagai dewi asmara. Pelayanan dewi ini banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman Aristofanes. Tindakan amoral itu didominasi oleh perilaku seksual yang sembarangan dan pemujaan dewa-dewi Romawi di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen di Korintus ada sebagian yang termasuk mengikuti praktik-praktik amoral tersebut.
Gambaran Jemaat di Korintus.
Paulus menyebut orang Korintus 'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'. Atas keadaan inilah, jemaat di Korintus menjadi sangat bergembira, namun sikap ini juga yang membuat jemaat di Korintus menjadi congkak, puas diri, sehingga keadaan jemaat menjadi kacau. Akibat kekacauan ii, jemaat Korintus mengalami ekstase (kegembiraan yang meluap). Ekstase ini ditujukan bukan lagi kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-perempuan yang dapat memenuhi hasrat mereka. Terjadinya berbagai macam penyimpangan moral di jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas Yahudi Gnostik. Gnostisisme adalah gerakan spiritual yang mempengaruhi kehidupan Kristen awalnya di sekitar Laut Tengah. Selanjutnya, dalam praktik penyembahan berhala, jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang rasionalis.